30- Menggemaskan

57 11 15
                                        




"Terjadi benturan tadi, saya harap tidak akan terjadi lagi. Selain itu, tolong jangan biarkan Dasha membawa hal-hal berat, termasuk tas sekolah. Sampai sekarang, perkembangan janin, bagus." ujar dokter Nala.

"Terima kasih dokter." balas Dasha disambut anggukan dokter Nala. Kemudian mereka keluar dari ruangan dokter Nalla, dengan Darren yang membantu memapah istrinya.

Dasha mengusap perutnya, ia mengkhawatirkan anak ini. Itu tandanya rasa sayang sebagai seorang calon ibu semakin tumbuh dalam diri Dasha.

"Mulai besok, tiap dateng sama pulang sekolah, aku yang bawain tasnya."

"Aku bisa sendiri, Darren."

"Kamu nggak denger kata dokter tadi?" Dasha sedikit menunduk. Jujur, ia tidak mau menyusahkan Darren.

"Ayo pulang."

"Tunggu." cegat Dasha, "Tadi Alika ditarik paksa sama cowok. Aku takut dia kenapa-napa, kita susul dia dulu."

Darren menggeleng, "Biarin aja, Sha."

"Ga bisa Darren, dia-"

"Emang lo tau kemana Alika dibawa?" potong Darren, nadanya berubah menjadi datar. Dasha hanya membalas dengan gelengan.

"Lo sendiri 'kan yang minta gue buat ga deket-deket lagi sama Alika? Lagi pula dia udah banyak nyakitin lo. Gue juga janji mau merubah diri, tolong jangan bikin rumit, Sha." Darren berjalan lebih dulu, meninggalkan Dasha yang tengah meremas jarinya sendiri.

"Darren tunggu! Jangan marah." Darren hanya menghela nafas saat Dasha memeluknya dari belakang. Ia berbalik dan balas memeluk, singkat.

"Nggak marah, cuman tolong pikirin diri kamu sendiri. Dan-" Darren mendongakkan wajah Dasha, supaya menatapnya. "Anak kita."








****









"Bunda belum pulang ya?" gumam Dasha celingukan di depan jendela.

"Belum, kenapa?" Darren menyahut meski Dasha tidak berbicara dengannya.

"Mau nitip ayam geprek. Tapi di luar hujan, bunda pasti pulangnya malem banget."

"Aku beliin aja." Darren beranjak hendak mengambil kunci mobil, namun kembali dicegat oleh Dasha. "Nanti aku sendirian di rumah, takut. Kamu juga lagi ngerjain tugas."

"Ya udah, duduk dulu sana."

"Ayam gepreknya gimana?" melihat sorot mata Dasha, Darren spontan bertanya. "Ngidam lagi ya?"

Dasha mengangguk dengan polos. Gara-gara liat acara di televisi tadi sore, bayangan ayam geprek dengan 10 cabe rawit terus berputar di kepalanya.

"Bentar, duduk sana, jangan capek-capek." Darren membalikkan badan Dasha kemudian mendorongnya pelan agar duduk di sofa. Ia terlihat sibuk mengutak-atik ponselnya, menghubungi seseorang.

Ia kembali ke sofa, lanjut mengerjakan tugasnya.
"Bentar lagi ayam gepreknya dateng."

"Makasih, Darren."

Selama beberapa menit keheningan mengisi mereka. Dasha memperhatikan Darren dari samping. Pikirannya berkelana, membayangkan berbagai perlakuan buruk yang didapatkannya dari Darren waktu pacaran. Hingga ketika mengingat hari dimana hubungan Darren dan Alika terungkap, rasanya Dasha Ingin menghajar habis laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya.

"Kenapa?" tanya Darren.

"Baku hantam, yuk." ajak Dasha membuat Darren menoleh sepenuhnya. "Sha-"

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang