Dasha tertegun saat melihat Alika pindah tempat duduk ke pojok belakang. Padahal mereka selalu menjadi teman sebangku sejak kelas 10.
Dasha tak terlalu memusingkan itu. Ia duduk perlahan kemudian menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Satu tangannya turun, mengusap perutnya pelan. Dasha takut, bingung dan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia belum bisa menerima kehadiran anak ini, namun di sisi lain hatinya yang lembut dan pemaaf itu selalu tergerak.
"Sha?" Dasha mengangkat kepalanya, mendengar suara Neina.
"Iya?"
"Tadi lo dipanggil pak Ruhi, kalau ga salah disuruh ke area kolam. Soalnya pak Ruhi ada urusan sama beberapa anak kelas 10 yang jadwal OR."
"Kenapa aku dipanggil?"
"Ya mana gue tau, disuruh kesana buruan." ujar Neina kemudian kembali ke tempat duduknya.
Dasha sedikit mengerutkan kening, ia kemudian tetap keluar menuju ke area kolam renang. Dasha masih mengenakan seragam biasa, karena perutnya belum membesar.
Kini ia sampai di pinggir area kolam renang. Dasha tidak menemukan siapapun disini, otaknya mulai berfikir bila ia ditipu oleh Neina.
"Hey." Dasha menoleh mendengar suara Shafira yang tiba-tiba muncul.
"Shafira?"
Shafira tersenyum miring, "Sama siapa lo ngelakuin itu?"
Dasha bungkam, ia tidak ingin membicarakan masalah tempo lalu. Sebenarnya Dasha masih belum bisa memaafkan perbuatan Shafira.
"Udah hamil?" pertanyaan Shafira makin membuat Dasha terdiam.
Shafira maju selangkah, tangannya mengangkat dagu Dasha. "Asal lo tau, gue harus pindah sekolah dan nyusahin mama karena mama lo itu. Kenapa sih? Apa yang udah terjadi sama lo setelah itu? Bukannya lo selamat dari Rega?"
"Lepas!" Dasha menyentakan tangan Shafira, "Apa yang terjadi sama aku, bukan urusan kamu."
"Wah ternyata bener lo udah jadi jalang?"
"Diam!" bentak Dasha membuat Shafira tersentak mundur. Masa kehamilan pertama, emosi, mood dan perasaan Dasha sangat sulit diatur. "KAMU LICIK!"
"Sensitif banget," pancing Shafira sambil tersenyum miring membuat Dasha semakin terbakar emosi. Dasha menarik rambut panjang Shafira yang tergerai hingga pemiliknya mengaduh.
Tak mau kalah, Shafira menarik rambut Dasha juga. "GILA LO DASHA! POLOS-POLOS GILA!"
"DARIPADA KAMU JELMAAN IBLIS!" balas Dasha berteriak.
"LO— ARGHH!" mendekati kolam renang, Shafira berusaha mendorong Dasha agar gadis itu terjatuh.
"HEY KALIAN, BERHENTI!" entah darimana datangnya, pak Ruhi berteriak sambil berlari kecil. Di belakang juga ada beberapa siswa kelas 10 yang mengikutinya.
"DASHA! SHAFIRA!" teriaknya lagi.
Dasha melepaskan jambakannya, namun tidak dengan Shafira. Ia malah mengeratkan cengkramannya di rambut Dasha hingga Dasha meringis. Memanfaatkan kesempatan, Shafira mendorong Dasha sekuat mungkin bermaksud agar Dasha segera tercebur.
Namun seseorang berhasil menarik Dasha dari jangkauan Shafira, dan kaki Dasha dengan sengaja menendang betis Shafira, hingga akhirnya titisan medusa itulah yang tercebur ke dalam kolam.
"SHAFIRA!" pekik pak Ruhi, "Hey cepat tolong dia!" titah pria itu pada beberapa murid kelas 10.
Sementara di tempat, Dasha tersenyum miring merasa puas. Ia menoleh pada seseorang yang sudah menyelamatkannya. Dasha pikir dia Darren, ternyata Leon.

KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Novela Juvenil⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...