13- Berpura pura

66 18 1
                                    

Darren on mulmed.
Gemes tapi egois:)

Happy reading!




Dasha menatap tas ransel besar yang sudah ia siapkan untuk kemah besok. Mata bulatnya masih menampilkan kaca kaca bening. Kejadian sore tadi masih begitu teringat.

Dasha baru saja selesai membersihkan diri. Rambutnya belum dikeringkan sama sekali dan tatapannya makin lama makin kosong.

Ditikung sahabat sendiri?

Ditusuk dari belakang?

Dikhianati?

Mungkin bagi sebagian orang itu sudah sangat umum. Sangat terkesan biasa padahal aslinya sangat menyakitkan. Dasha ingin bersorak rasanya bila saja hal ini tidak menyakiti hatinya sendiri.

Alika dan Darren patut diacungi jempol. Coba saja mereka ikut casting, pasti lolos. Pemain drama yang sungguh luar biasa.

"Dasha.. udah siap perlengkapan buat besok nak?" Tanya Seva, masuk ke kamar putrinya.

"Udah" balas Dasha kemudian mengusap matanya.

"Kok kamu keliatan sedih gitu, kenapa?"

Dasha memeluk Seva dari samping. Ia tidak ingin terus terusan menumpahkan air mata pada bundanya. Dasha hanya mendengus singkat berusaha mengatur emosi dalam diri. "Bunda.. Gimana kalau Dasha ga usah ikut kemah aja ya?"

"Kenapa gitu? Kan bunda udah titipin kamu ke Darren"

"Emm.." Dasha mengulum bibirnya. "Gapapa"

"Ada masalah?" Seva meletakan ponselnya dan mengelus rambut Dasha.

Dasha menunduk, hatinya berteriak iya namun ia tidak mau membuat bundanya khawatir. "Em ga jadi deh bund"

Seva tersenyum, feeling seorang ibu tidak pernah salah. Ia merasakan sesuatu yang janggal ketika melihat wajah Dasha. "Apapun yang terjadi, Dasha ga boleh sedih, jangan pendam sendiri masalahnya. Ceritakan ke orang orang terdekat kamu, termasuk bunda dan sahabat kamu, Alika"

Nah itu masalahnya!

Masalahnya ada pada Alika.
Dan Darren.

***

Dasha meneguk sebotol susu hangat yang sudah disiapkan Seva tadi. Kini ia berada di lapangan sekolah, berkumpul bersama murid murid yang lain.

"Hai Dasha!" Dasha menoleh ke kanan. Ia tersenyum tipis mendapati Alika. "Hai"

"Ih susu coklat ya? Kok ga bawain gue juga sih" Cengir Alika kemudian merebut botol susu coklat Dasha dan memasangkan sedotan kemudian meminumnya sampai habis.

Dasha tersenyum tipis sekali lagi. Alika nampak tak ada rasa bersalah. Alika bertingkah seperti biasa. Alika sama seperti hari hari biasanya, sementara perasannya sendiri tak karuan.

"Eh Sha, inget ya kita harus bareng terus" ujar Alika semangat.

"I-iya"

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang