Pyurr
Satu persatu batu terlempar ke dasar sungai. Langit masih sedikit gelap, matahari belum mau menampakan diri dan kabut masih sedikit menutupi area perhutanan ini. Terutama bagian sungai yang kini berada di depan Dasha.
Dasha tidak peduli. Udara dingin di pagi buta seperti ini tidak ada apa apanya dibanding dengan perasaannya yang kian kacau.
"Jadi apa langkah Lo selanjutnya?" Tanpa menoleh, Dasha sudah bisa menebak suara siapa itu.
"Bertahan" balas Dasha singkat.
"Lo gila?"
"Aku bercanda" Dasha mendesah malas. "Aku bukan melepas untuk hati, tapi untuk sahabat"
"Sha, gue belum cerita—"
"Kamu bener, Serin. Emang seharusnya dari dulu aku putusin Darren"
Serin berdecak. "Lo jadi cewek jangan polos polos banget. Soalnya polos Lo kebegoan"
Dasha menoleh sambil meletakan batunya. "Makasih sarannya. Kamu itu baik, tapi sayang dimanfaatkan juga sama Darren"
"Kita sama, Serin. Aku dimanfaatkan untuk melindungi Alika dari ayahnya Darren, sementara kamu dimanfaatkan untuk menutupi Alika dari aku." Serin bungkam atas ucapan Dasha.
"Kenapa kamu ngebongkar semuanya? Kamu ga takut sepupu kamu itu marah?"
"Gue harus ceritain semuanya ke Lo" ujar Serin dengan nada datar.
"Berapa banyak yang mau kamu ungkap?" Dasha tersenyum tipis. Apakah hatinya akan kuat mendengar pernyataan Serin nanti mengenai hubungan Alika dan Darren?
"Lo harus tau, Dasha"
"Buat apa?"
"Lo pacarnya, bego!" Ketus Serin mendengus.
"Sebentar lagi bukan"
Serin menggumam, "Okey" gadis itu mengedikan 2 lengannya bersamaan. "Gue tunggu kabar—"
"Hai! Lo ngapain sama Dasha?" Alika menarik tangan Dasha sedikit menjauh dari Serin. "Sha, Lo diapain sama dia? Ngomong sama gue. Apa yang dia bicarain?"
Serin memutar kedua bola matanya dengan malas. Alika terlalu banyak bertingkah. Sudah baik ia dan Leon sempat menutup mulut, namun gadis satu itu malah semakin menjadi. Sialan.
"Udah, Lika.. Serin ga ngapa ngapain aku" ujar Dasha pelan, "Tapi kamu" lanjut gadis itu dalam hati.
"Ayo kita balik ke tenda" Dasha berjalan lebih dulu meninggalkan mereka.
Sementara Alika berdecak kemudian melirik tajam kearah Serin. Keduanya beradu pandang beberapa detik, menyiratkan satu tanda peringatan. Kemudian Alika berlalu pergi, menyusul Dasha.
****
"Itu balonnya ditaruh di jidat" Pak Ruhi mengarahkan balon berisi air ke jidat Ronal, kemudian diapit oleh jidat Leon juga. Keduanya mewakili kelas untuk lomba membawa balon menuju daerah yang sudah ditentukan.
"AYO LENAL! MANGATSS!" Teriak para siswi menyemangati kedua laki laki itu.
Darren hanya menatap mereka sembari tersenyum tipis. Kedua sahabatnya itu tidak pernah serius dalam melakukan apapun.
Kemudian pandangannya berpindah. Jatuh ke area perlombaan memasak yang diikuti siswi siswi termasuk Dasha dan Alika. Ia menatap kedua perempuan yang asik berkutat dengan alat alat masak itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/251346972-288-k982162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Teen Fiction⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...