"Apa yang Lo omongin ke Dasha?!" Darren mendorong dada Leon dengan kasar, hingga korbannya tersentak mundur.
Leon tersenyum miring, "Kenapa? Dia putusin Lo kan?"
"Bangsat! Lo yang ngat—"
"Gue yang kasih tau semuanya ke Dasha" Serin memotong sambil bersedekap dada. Kemudian ia berjalan kearah sepupunya itu. "Cukup sampe sini permainan Lo. Jangan libatin Dasha lagi, dan beri tau ke om Aldo kalau pacar Lo itu Alika"
Tangan Darren mengepal erat. "Lo—"
"Lo taukan seberapa kasarnya permainan ayah Lo itu? Lo tega korbanin Dasha yang lemah lembut gitu?"
Darren terdiam, "Ga usah kompor kalian. Gue bisa selesaiin semuanya sendiri"
"Pada akhirnya Lo harus pilih salah satu dari mereka. Dan pasti akan menyakiti yang satunya. Lebih baik gini, Dasha udah terlepas dari Lo. Jangan kejar dia lagi kalau Lo ga tulus" Ujar Serin kemudian pergi meninggalkan Darren.
Leon menepuk nepuk pundak Darren, "Congrats. Udah putuskan? Berarti gue bebas deketin Dasha"
***
"Nah sekarang silahkan berpencar bersama kelompok kalian! Ingat yang duluan sampai bakalan ada hadiah istimewanya!" Ujar bu Dina pada murid muridnya.
Kelompok Dasha terdiri dari Alika, Neina dan Lani. Mereka berempat bersamaan berjalan menuju ke dalam hutan. Keempatnya merupakan kelompok paling telat yang berjalan, karena tadi harus mencari senter cadangan lebih dulu.
"Ih baru masuk aja udah merinding gue" Lani mengusap lengannya.
"Sama anjir, masih jauh apa ya?" Neina menimpali.
"Baru juga jalan, ya kali udah sampe aja" Alika mendengus tetap mengarahkan senternya ke depan. "Sha, jangan ngelamun. Ntar Lo kerasukan"
"Tauk nih, ntar Lo nakut nakutin kita"
"Enggg.." Dasha tersentak, kepalanya sedikit pusing entah karna apa. "Sorry"
"Sha, gue boleh pinjem jaket Lo nggak? Pake Hoodie masih dingin tenyata" tanya Alika sambil memeluk dirinya sendiri.
Dasha sedikit bimbang. Di sisi lain, udara malam juga sangat menusuk dan ia membutuhkan jaket itu.
"Boleh ya Sha?"
Mau tak mau Dasha mengangguk kemudian melepaskan jaketnya, menyisakan kaos tak terlalu tebal yang ia kenakan. "Ini"
"Thank you, Sha!" Pekik Alika senang sambil mengenakan jaket itu.
"Lik, Lo ga kasian sama Dasha?" Bisik Neina melihat Dasha yang mulai mengusap ngusap tangan.
"Emmm orang dia kasih jaketnya juga kan? Gue kedinginan Nei" Alika beralibi pelan.
"Tapi—" ucapan Neina terhenti saat semak semak di sebelah mereka bergoyang. Lani sontak mengarahkan senternya ke arah semak itu.
Jantung keempatnya berdebar cepat. "I-itu apa?"
"Gatau!" semak semak itu semakin bergoyang cepat, sementara keempatnya sudah makin ketakutan.
"Coba liat dulu" ujar Lani mendorong Neina.
"Ih kok gue? Lo aja lik" Alika menggeleng kemudian menggeser geser Dasha, "Lo aja Sha"
"Iya Lo aja Sha" ketiganya mendorong Dasha agar maju menuju semak itu.
"Aku.." Dasha mengatupkan bibirnya karna udara dingin sekaligus jantung berdebar cepat.
"Buruan liat Sha!" Dasha menoleh sebentar ke kelompoknya kemudian maju selangkah menuju semak itu.
Tak lama ia mendengar langkah kaki cepat beriringan. Kepalanya menoleh dengan cepat, senternya mengarah mencari Alika, Lani dan Neina. Namun sayangnya ia tinggal sendiri disini.
Dasha makin tak karuan di tempat. Ia berbalik hendak menyusul, namun tiba tiba saja nafasnya terasa sesak, pandangannya menggelap dan tubuhnya terseret ke arah semak itu.
****
Ada 3 pos yang harus mereka lalui. Alika, Lani dan Neina ngos ngosan sampai di pos pertama. Tak hanya mereka yang disitu, ada kelompok Darren dan juga Serin serta beberapa kelompok lain.
"Kalian cuman bertiga? Satunya mana?" Seisi pos langsung menengok saat pak Ruhi bersuara.
Ketiganya menoleh juga ke belakang, "Loh tadi Dasha..?"
"Lo sih pake ngajak kita lari, kan Dasha jadi ketinggalan" Alika menyalahkan Lani.
"Kok gue? Kan Lo yang nyuruh"
"Tauk ni Lika" Neina menimpal.
"Kalian yang lari duluan! Pake narik gue segala" Alika masih membela diri.
"Heh sudah sudah! Kenapa malah saling menyalahkan? Sekarang bagaimana teman kalian?" Pak Ruhi mengusap wajahnya kasar.
"Biar saya yang cari pak!" Darren berdiri dari tempatnya. Raut wajah cowok itu terlihat tegang, urat urat lehernya terlihat.
"Eh Darren Darren—" panggilan pak Ruhi tidak ditanggapi. Cowok itu terlanjur berlari kembali ke hutan.
Semua yang ada disitu menyaksikan. Mereka menyaksikan bagaimana raut khawatir Darren sangat terbaca jelas.
Alika mengepalkan tangannya kuat kuat tanpa disadari siapapun. Matanya memanas, namun semua berusaha ia tahan. Bersamaan dengan itu wajahnya memucat. Pengumpulan dendamnya makin besar.
Tiba tiba saja bahunya ditepuk dari belakang. Ia menoleh melirik Serin yang menampilkan raut datarnya. "Kenapa ga mulai lagi dramanya?"
****
"DASHA!!" Teriakan Darren menggema di tengah hutan yang cukup lebat ini. Fikirannya kacau sementara jantungnya berdebar cukup cepat. Mukanya masih menampilkan raut kekhawatiran.
"DASHA LO DIMANA?!" teriaknya lagi namun hanya terbalas dengan suara serangga yang amat bising.
Darren berdecak kemudian mengarahkan cahaya senternya kemanapun. Langkahnya terhenti saat merasa menginjak sesuatu. Ia melirik ke bawah mendapati senter kecil yang masih menyala.
Ia mengambil senter tersebut. Matanya langsung melirik ke sekitar. Ia yakin senter ini milik Dasha. Namun dimana gadis itu?
"DASHA! LO DENGER GUE?" teriaknya lagi tak mendapat balasan apapun.
Darren menghela nafas kasar sambil memegang dadanya yang berderu hebat. Bagi Dasha mungkin hubungan ini sudah putus begitu saja, namun tidak untuk Darren. Ia akan terus mempertahankannya.
Pada awalnya Darren memang ingin menggunakan Dasha untuk melindungi Alika. Namun kini perasaanya berubah. Tumbuh perasaan tak ingin kehilangan.
Ia tidak ingin melepas Dasha sampai kapanpun. Persetan dengan ucapan Serin dan Leon. Ia hanya ingin mempertahankan Dasha. Hatinya memang egois. Sangat egois.
Ponselnya menyala menampilkan 1 notifikasi yang langsung membuat raut wajahnya berubah. Tangannya mengepal kuat, matanya menajam.
Ia mendesis kuat, hingga giginya bergemeletuk. "Sialan!"
****
Vote komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Teen Fiction⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...