Dasha mengambil tasnya kemudian menghela nafas sembari berjalan keluar. Tanpa Alika ia merasa sendiri, namun di sisi lain hatinya juga merasa sinis saat melirik Alika. Dasha adalah definisi sikap melawan setan.
Hal buruk yang hendak difikirkan olehnya selalu tersingkir lebih dulu. Dasha tidak punya niat buruk pada siapapun.
"Langsung ke RS kan?" Tanya Leon berjalan mensejajarkan langkah.
"Iya." Balas Dasha mengangguk. Keduanya kemudian berjalan bersamaan hendak menuju ke parkiran.
Sialnya, mereka harus berpapasan dengan Darren di ujung koridor. Padahal Dasha mati matian ingin menghindari mantannya itu.
"Mau kemana?"
"Nganterin Dasha ke RS, mau njenguk." Balas Leon datar.
"Gue juga mau kesana. Dasha bareng gue aja, lo pulang." Tawar Darren segera digelengi oleh Dasha.
"Beda, bro. Lo dateng sebagai pacar Alika, dan dia sebagai sahabat. Ga boleh barengan, ntar si Alika malah drop lagi, lama lama ngek tu pelakor."
"Leon.." desis Dasha sementara Darren hanya menatap mereka datar.
"Terus, ada urusan apa lo sama Alika?" Darren bersedekap dada, menatap lurus ke Leon.
"Tujuan gue nganter Dasha, bukan sama Alika."
Darren tersenyum miring, "Gue sama dia satu tujuan. Lo pulang, pulang aja. Lagian arah rumah Lo sama rumah sakit berlawanan."
"Lah orang dia maunya sama gue." Bantah Leon membuat Darren menajamkan tatapannya. Ia berharap sahabatnya itu mengerti, namun Leon tetaplah Leon, ia sudah berjanji melindungi Dasha dari si brengsek ini.
"Gue yang nganter dia." Tekan Darren.
"Dianya ga mau. Gue yang nganter dia." Leon tetap kukuh.
"Gue sat!"
"Gue nyet!"
Dasha melirik mereka berdua jengah, kemudian memilih melangkah lebih dulu.
"Tunggu!" Darren mencekal bahunya. Segera tangan cowok itu ditepis oleh Leon, "Lancang banget lo. Gue laporin bu Nera, Lo grepe-grepe."
"Ga jelas bangsat!" Balas Darren kasar kemudian menatap Dasha. "Ke sana bareng gue."
"Heh apa apaan—"
"Udah Leon. Oke, aku bareng Darren." Potong Dasha melerai, dibalas helaan nafas berat oleh Leon.
"Lo yakin Sha?"
Dasha mengangguk, "Jangan bilang mama, kamu istirahat aja."
"Ada syaratnya."
"Apa?"
Leon menyimpan dengusan kasarnya. Ia menatap lurus ke arah Darren kemudian ke Dasha. "Nanti malem kita jalan, oke? Setuju ga setuju, gue jemput Lo." Ujarnya kemudian pergi begitu saja.
"Anak anjing." Desis Darren.
"Jadi?" Kekesalannya buyar saat mendengar suara Dasha. Bukannya membalas, laki laki itu malah terbengong seperti manusia autis.
"Kamu buang buang waktu, aku pergi sendiri aja." Dasha melangkahkan kakinya kembali.
"Sorry, gue ga maksud." Darren mensejajarkan langkahnya. "Sha gue—" ucapannya terputus saat tidak ditanggapi apapun oleh Dasha.
Gadis itu berusaha menulikan pendengarannya, tidak mau menangis akibat suara Darren yang semakin lama semakin mengganggu hati dan pikiran.
"Sha!"
![](https://img.wattpad.com/cover/251346972-288-k982162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Teen Fiction⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...