27- Wedding day

69 9 31
                                        




"Oke semua udah siap pak?  Baik, terimakasih." Seva menurunkan ponselnya kemudian berbalik, ia menatap sang putri dengan ukiran senyum tipis yang tak dapat ditebak.

Ia mendekat dan memperhatikan riasan yang menambah kecantikan di wajah Dasha. Juga gaun elegan yang terpasang di badan Dasha. Semua sudah diatur oleh Seva, ia tidak mau memberatkan Dasha dengan riasan kepala yang besar juga dengan gaun panjang yang menyulitkan.

"Maaf nyonya, silahkan dilihat." ujar salah satu perias dibalas anggukan Seva.

Setelah itu 3 perias keluar dari ruangan yang digunakan untuk merias Dasha. Membiarkan Seva berbicara dengan putrinya.

"Cantik banget anak bunda."
tak ada balasan, Dasha masih menatap kosong ke kaca.

Seva berdiri di belakang Dasha, menepuk kedua bahu Dasha sambil tersenyum. "Kenapa cemberut? Mana senyumnya?"

"Bunda!" Dasha berbalik sambil memeluk pinggang Seva sekuat mungkin.

"Kenapa sayang? Hey?"

"Bunda jangan bersikap seolah-olah bunda gapapa."

"Bunda emang gapapa, Dasha. Kamu kenapa?"

Dasha makin mengeratkan pelukannya, "Bunda pasti kecewa, dari kemarin bunda bersikap seolah ga ada apa-apa. Tapi—"

"Hey." potong bunda sambil menunduk mengusap rambut Dasha. "Bunda emang kecewa, bunda tau Dasha pasti juga sedih. Tapi bunda sadar, kamu sama Darren nggak salah, hanya kalian harus pertanggung jawaban nyawa ini juga." Seva menyentuh perut Dasha.

"Jangan egois, Dasha. Pikirin perasaan dia juga," Seva tersenyum lembut, "Bunda pernah ngalamin ini semua. Bunda sama ayah menikah waktu usia bunda 20 tahun. Kita beda 8 tahun, ayah kamu umur 28. Awalnya semua hanya perjodohan tapi lama kelamaan kita mulai bisa menerima satu sama lain. Dan akhirnya hadirlah kamu."

"Kamu sudah menjadi tanggung jawab bunda sama ayah saat itu hingga sekarang. Ayah mungkin kecewa tapi juga bangga kalau putrinya ini bisa tegar." ujar Seva meyakinkan, masih disimak oleh Dasha.

Kini wanita itu mengambil sebelah tangan Dasha dan menempelkan di perut putrinya itu. "Jaga, rawat dan besarkan dia untuk bunda dan ayah. Bunda tau kamu bisa."

"Ini semua jebakan, bunda—"

"Bunda tau ini jebakan. Bunda udah bicara sama Shafira, dia hanya ngambil keputusan sepihak buat bantu mamanya. Bunda udah maafin dia, mamanya juga shock setelah bunda ceritain."

Dasha mendongak, berusaha menghalau air matanya.
"Tapi nanti gimana?"

"Gimana apanya, sayang? Nanti 'kan kamu jadi seorang ibu, sama seperti bunda."

Dasha memeluk bundanya lebih erat lagi, seakan tidak mau pergi. "Bunda yakin sama semua ini?"

"Untuk Dasha dan malaikat kecil ini, bunda yakin. Apapun yang terjadi ke depannya, bunda akan selalu ada di belakangnya Dasha."

Dasha mengangguk, "Sayang bunda."

Seva tersenyum, "Udah jangan nangis. Ayo, bentar lagi turun, siap-siap."













*******














Acara pernikahan diselenggarakan di sebuah gedung mewah namun tertutup. Beberapa puluh bodyguard disiapkan Seva dan Aldo untuk menjaga keamanan.

Tidak banyak yang hadir disini. Hanya ada Seva, Aldo, dan beberapa saksi yang sudah dibayar untuk tutup mulut atas pernikahan Dasha dan Darren. Mereka tidak mau ada yang mengetahui tentang hal ini.

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang