Bab 12

29.7K 2K 4
                                        

Aku ngga habis pikir dengan Zevan. Gimana sih sebenarnya dia melihat hubungannya dan Dara? Perasaan kemarin dia baru mengutarakan pada kami bahwa dia mau menjadikan Dara istrinya dan langsung membuatku merasa hancur. Karena itulah aku menginginkan Sinta malam itu untuk menjadi pelampiasanku. Tapi yang kutemukan malah wanita itu. Lalu dia bilang masih ada Andien dalam hatinya.

Sekarang dia duduk di depanku dan minta izin utuk menginap di tempatku. Apa dia mau menghindari Dara lagi? Kapan dia mau berubah jadi lebih dewasa? Kalo kamu memang belum yakin sama perasaan kamu, lebih baik lepaskan dia. Dan kupastikan, aku adalah orang pertama yang bakal mengejarnya.

"Jangan kayak umur belasan gini lah Van, lo ngga bisa ngehindarin Dara begini." lihat? yang kudapati malah aku memberi nasehat padanya. Bukannya kalo aku emang mau mendapatkan Dara seharusnya aku mendukungnya kan?

"Kalo emang Andien masih ada di hati lo, lo harus belajar buat ngelupain dia. Lo harus yakinin hati lo buat Dara." Zevan sahabatku. Mana mugkin aku merebut Dara darinya. Perasaan mereka terlalu kuat untuk memberikanku celah untuk menelusup masuk diantara mereka.

"Gue butuh jauh dari dia buat berfikir dan mengerti perasaan ini No," aku ngga mungkin biarin Zevan menginap di apartemenku malam ini karena aku sudah punya seseorang disana yang bakal menungguku. Kami berempat memang akrab, tapi aku ngga pernah membicarakan wanitaku pada ketiga sahabatku itu.

"Lo nginap dirumah Andra atau Alan aja. Gue ngga bisa," tolakku sekali lagi.

"Gue mau di tempat lo." paksanya. "kasih gue kode apartemen lo sini,"

"Nggak. Lo nginap di rumah gue malam ini," kulemparkan kunci rumah yang selama ini jarang kukunjungi sejak aku membelinya tahun lalu. Rumah itu rencananya akan kurenovasi tapi sampai sekarang belum sempat kukerjakan. Rencananya aku mau meminta bantuan Zevan untuk mengerjakannya nanti karena dia sangat berpengalaman dalam hal mendesain bangunan. Dia menjalankan perusahaan konstruksi milik ayahnya dan berkembang pesat ditangannya. Biar lah dia menginap disana, daripada memergoki wanitaku.

***

Waktu hampir menunjukkan pukul 1 dinihari waktu aku tiba di apartemen. Zevan berhasil mengajakku ke Silver Moon dan menemaninya minum. Kenapa dia hanya menyusahkanku? Harusnya Andra dan Alan bisa menggantikanku. Kuedarkan pandanganku dan menemukannya disana, tertidur di sofa. Ngga salah memang aku mempercayainya. Dia jujur dan tepat janji. Wajahnya jauh terlihat lebih muda dari umurnya yang terpaut 2 tahun diatasku. Putih dan bening. Tapi wajah ini berbeda dengan wajah tangguh yang dia coba perlihatkan. Keningnya sedikit berkerut dan ada raut kesedihan disana. Sebenarnya apa yang dialami olehnya? Apa peduliku sebenarnya? Aku sudah cukup membantunya saat ini.

Selesai mandi, kulihat dia masih tertidur. Pelan-pelan kutepuk pipinya. Benar saja, terasa sangat lembut ditelapak tanganku. Kulihat dia agak kaget melihat kehadiranku di depannya. Hari ini dia mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam dan celana panjang kain. Dia balas memandangku dengan berani. Aku masih diam sambil terus memperhatikan setiap ekspresi wajahnya. Bibir tipisnya ngga terlihat akan membuka sedikitpun. Dia menungguku bicara rupanya.

"Kamu akan terus ada disini sampai saya memutuskan untuk mengambil apa yang sudah saya bayar padamu kemarin." aku hanya ingin memperjelas maksudku menyuruhnya kemari. Aku merasa seseorang perlu untuk menemaniku disini. Aku cukup bisa bertahan saat dikantor seharian untuk ngga membiarkan Dara mengisi pikiranku. Aku harus punya pengalih pikiran saat dirumah sendirian.

"Saya ingin tahu dengan lebih rinci pekerjaan apa yang akan saya lakukan disini dan bukan termasuk dalam bayaran yang saya terima kemarin kan?" tentu saja aku akan membayarnya untuk waktu yang dia berikan untukku.

"Saya akan bayar untuk setiap waktu kamu." jawabku "Kamu akan berada disini sebelum saya datang dan menunggu. Terserah kamu mau melakukan apa. Asalkan jangan pernah memasuki dan keluar dari kamar saya tanpa saya suruh." aku memang paling nggak suka ada yang masuk kekamarku tanpa ada izin dariku.

"Hanya itu?" tanyanya menantangku. Dia mau melakukan pekerjaan lebih untukku? tidak, terima kasih. Kamu hanya akan kujadikan hiasan malamku.

"Kamu akan menemani saya. Tidur, makan, apapun yang saya lakukan dirumah ini. Hanya ketika saya memintanya."

***

Setelah selesai makan malam dan membereskan sisa-sisa makan kami, aku beranjak menuju ke kamar. Dia sudah disana, duduk di sudut kasur menungguku. Aku lebih suka bertelanjang dada kalo tidur. Nggak ada ekspresi waktu dia melihatku melepas baju didepannya, dia malah melepas ikatan rambutnya. Rambut hitam itu membingkai wajahnya, aku sempat takjub sekejap. Bagaimana mungkin wajahnya bisa terlihat sangat putih dan bersinar sekarang.

Dia meminta izin untuk mengambil buku masih dengan aksen kakunya itu. Aku lebih suka kami bicara santai, karena mulai sekarang dia akan lebih sering bertemu denganku. Dan rasanya aku gerah mendengarnya bicara dengan terlalu formal padaku.

Aku terbangun oleh suara gemerisik disebelahku. Dia belum tidur ternyata, kulihat dia membelakangiku sambil mengetik pesan singkat di hapenya.

-Kakak bisa jaga diri baik-baik Devi. Kamu harus sekolah dengan baik dulu. Baru kakak bolehin cari kerja.-

Aku sempat membaca pesan yang dia tulis disana sebelum berbalik, pura-pura masih tidur. Syukurlah dia nggak sadar aku sudah bangun. Kulihat dia berjalan menuju jendela dan duduk disana. Dia beberapa kali menghela nafasnya, bisa kulihat wajahnya yang keliatan sedih. Aku yakin dia banyak menyimpan masalah dalam hatinya. Terbukti dari dia yang memukul dadanya berkali-kali seakan berharap dia akan merasa lega bila melakukan hal itu.

"Tuhan, aku akan tetap bertahan dengan semua ujian ini." bisiknya sangat pelan. Masalah apa yang dia tanggung saat ini? Harus kuakui wajah sendunya itu malah terlihat cantik dibawah sinar bulan apalagi ditambah rambut panjangnya yang terurai ditiup angin malam. Kulit putihnya kembali terlihat sangat bersinar.

Aku langsung pura-pura tidur lagi waktu dia berbalik ke arahku. Aku tau dia memandangiku, makanya aku terus menutup rapat mataku. Takut kalo dia menyadari aku cuma pura-pura tidur.

***

BIRU  (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang