Nessa POV
Semua terlalu cepat hingga aku hampir tidak mempercayai apa yang terjadi pada kami saat ini. Lamaran romantis seperti dalam film, rencana pernikahan impian yang sering dibayangkan sewaktu masih kecil, gaun putih dengan banyak renda dan rok yang mengembang seperti yang ada dalam cerita-cerita di negeri dongeng, dan pengiring pengantin yang memegang ekor gaun sambil menebarkan kelopak mawar putih disepanjang jalan menuju altar pernikahan tak kutemukan dalam kehidupan nyataku. Aku membuang jauh semua khayalan itu, karena yang terjadi sekarang jauh lebih indah dari semua impian itu. Aku berdiri disini. Mengucapkan janji suci bersama Nino. Kekasih impian yang kini benar-benar menjadikan aku pendamping hidupnya.
Kami melangsungkannya di kapel kecil yang berada tak jauh dari rumah keluarga Nino. Hanya di hadiri keluarga dan para pekerja di rumah mereka, beberapa kerabat dekat dan juga Devi yang baru tiba tadi malam. Giana yang menyiapkan semuanya. Walau sederhana, dia menjadikan pernikahan kami sangat indah. Seluruh ruang kapel dihias menggunakan bunga lily berwarna putih. Aku mengenakan gaun putih panjang berpotongan sederhana namun sangat cantik dengan mutiara yang menghias beberapa bagiannya. Aku merasa cantik hari ini. Semoga pria yang berdiri disampingku sekarang juga merasakannya. Dia terlihat luar biasa dengan tuxedo hitamnya.
Kami sudah sah menjadi sepasang suami istri sekarang. Nino membuka veil yang kukenakan. Memandangku dengan lekat dan berkata,
"Kamu sangat cantik, istriku."
***
Nino POV
Bila ini mimpi, kumohon jangan bangunkan aku untuk selamanya. Aku benar-benar memilikinya sekarang. Dia istriku dan aku kini menjadi seorang suami sekaligus Ayah. Tak akan pernah henti aku akan mengucapkan terima kasih karena dia bersedia menjalani kehidupannya kedepan bersamaku.
"Kamu bahagia?" Nessa meletakkan kepalanya dipahaku sambil berbaring memandang taburan bintang yang menghias langit malam ini.
"Jauh melebihi kebahagiaanmu." ucapnya dengan serius.
"Aku akan menjaga kalian, melindungi dan selalu mencintai kalian. Selamanya" kuraih jemari tangan Nessa yang kini dihias cincin pernikahan kami seperti yang juga tersemat dijemariku.
"Dan aku ngga akan pernah berpuas diri untuk menerimanya. Aku tau semuanya akan terus bertambah setiap harinya. Seperti yang kurasakan," Nessa mengalihkan kepalanya dari pahaku dan kini duduk disana. Menatapku dengan mata beningnya.
"Aku mencintaimu. Dan semakin hari akan terus bertambah, karena aku memang sangat mencintaimu." ini kali pertama dia mengucapkannya langsung didepanku. Aku selalu menyiapkan diriku untuk menghadapi saat seperti ini. Tapi aku ngga pernah membayangkan sebahagia ini saat dia mengucapkannya. Bibir yang biasa tertutup untuk membicarakan isi hatinya dan memilih memendam dalam hati saja itu kini berucap dan mengatakan bahwa dia mencintaiku. Dia memilih waktu yang tepat. Setelah semua rintangan dilalui dan kami tiba pada hari bahagia ini. Seandainya dia mengatakannya lebih awal, aku mungkin ngga akan terpacu untuk berusaha keras mendapatkan mereka. Istri dan putraku terlalu berharga untuk didapatkan semudah itu.
"Aku punya banyak waktu untuk membuat kalian bahagia." inilah Nessa yang sebenarnya. Dia ternyata punya sisi manjanya juga. Aku mulai mengetahuinya sejak kami mulai bersama. Apalagi setelah resmi menikah, dia semakin manja. Sekarang saja, dia sudah mulai menempel padaku. Memeluk pinggangku sepertinya jadi kesukaannya. Aku sangat menyukai bila dia seperti ini. Rasanya aku selalu ingin dia berada disisiku kemanapun aku pergi. Tak akan pernah puas rasanya aku ingin terus bersamanya.
"Dan aku masih punya janji untuk membawamu ke pulau itu. Begitu pulang, aku akan mengajakmu dan Vasa." aku masih ingat janji yang kuucapkan pada Nessa hari itu di pantai. Janji itu jugalah yang membuatku ingin secepatnya membelinya dari keluarga Harsono waktu itu.
"Benarkah? Kupikir kamu sudah lupa."
"Aku ngga akan melupakannya." kukecup puncak kepala Nessa dengan penuh kasih sayang. Aku tau dia menyukainya.
"Kira-kira Vasa sedang apa ya?" tanyaku pada Nessa. Kami memang sedang tidak berada dirumah sekarang. Kami sedang menikmati malam dipinggir pantai Myrtos. Langit malam berhias bulan membuat pantulannya di laut yang terkenal memiliki warna ajaib yang terhampar di depan kami terlihat sempurna. Semoga Nessa ngga bosan karena aku terus mengajaknya ke laut yang selalu menjadi tempat liburan favoritku.
Vasa sedang dirumah bersama orang tuaku dan juga Giana juga Devi dan Deliah yang sangat menyayanginya. Mereka dengan senang hati mengirim kami kesini dan menahan Vasa bersama mereka."Dia pasti sedang merepotkan Opa dan Oma juga para tantenya," aku bisa membayangkan bagaimana suara nyaringnya yang terdengar dipenjuru rumah kami yang terbiasa sepi. Vasa memang berhasil merebut hati Opa juga Omanya. Mereka langsung jatuh hati padanya.
"Mereka senang kita memberi mereka cucu lebih cepat dari perkiraan." bisikku mulai menggoda Nessa. Kutangkap tangannya yang memain-mainkan rambut-rambut halus didadaku. Sebenarnya aku merasa dia lebih terlihat menggodaku. "Apa sebaiknya kita memberikan tambahan cucu lagi buat mereka?" Nessa belum sempat menjawab pertanyaanku karena bibirnya sudah terlebih dahulu kubungkam dengan bibirku.
***
Akhirnya selesai juga. Jangan protes ya, karena Bab terakhir terlalu pendek. Dalam BIRU aku baru sadar kalo lebih jarang memunculkan Alan, Nino juga Zevan. Aku justru lebih sering memunculkan Rindy yang bakal jadi tokoh utama ditulisanku selanjutnya.
Terima kasih karena udah bela-belain baca tulisanku yang masih bertebaran typo dimana-mana dan juga ceritanya kadang ngga jelas. Soalnya tulisan ini memang seperti penulisnya juga, yang kadang suka ngga jelas. Harap maklum, ya...
Bagi yang ada saran buat cerita selanjutnya, aku tunggu inboxnya ya...
Bye...bye...
Sampai ketemu di Hate You, Can I? ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Silver Moon series)
Любовные романыAku lupa bagaimana caranya menangis. Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengeluarkan air mata. Aku bahkan tidak menangis saat aku harus menjual keperawananku padanya. Sampai ketika tiba saatnya aku harus pergi meninggalkannya. Aku menangis. --Ness...