Nino POV
Seakan waktu yang kumiliki hanyalah detik ini, begitu tiba dihalaman rumah sederhana bercat putih itu aku segera memacu kakiku untuk berlari mencapai pintu yang masih tertutup rapat didepanku.
"Buka Nessa." belum ada yang berusaha membuka ketika aku sudah melakukan ketukkan untuk yang kelima kalinya.
"Siapa ya?" akhirnya ada suara. Ini suara lembut yang kukenal. Pintu perlahan terbuka dan memunculkan wajahnya yang tersenyum dengan mata beningnya yang sangat kurindukan. Hanya sedetik aku sempat melihat senyumannya sebelum tergantikan ekspresi kaget bercampur takut begitu dia melihatku.
"Kumohon Nessa." kutahan tangannya yang berniat menutup kembali pintu yang dia pegang.
"Aku ngga pernah menginginkan kamu disini. Maaf," dia bahkan kembali mengucapkan kata maaf setelah 5 tahun menderita karenaku.
"Jangan minta aku pergi karena aku ngga akan pergi selangkahpun sebelum bicara sama kamu." ingin rasanya merengkuh tubuhnya dan membawanya kepelukanku. Hal yang ngga akan boleh kulakukan karena cuma bakal bikin dia semakin ketakutan.
"Ngga ada yang perlu kita bicarakan?"
Ada begitu banyak pertanyaan dalam kepalaku dan aku hanya bisa menanyakan, "bagaimana kabarmu?"
"Kamu bisa lihat kan? Aku baik-baik saja." dia memang terlihat baik-baik saja. Dia terlihat lebih cantik dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Wajah cantiknya semakin terlihat dewasa dengan keanggunannya.
"Pergilah" dia menggeleng dan melepas tanganku dari lengannya dan mundur selangkah.
"Kenapa kamu ngga pernah datang padaku? Vasa." pertanyaan bodohku yang kedua. Bukannya aku sendiri yang mengatakan untuk ngga akan pernah mencariku? Wanita yang berdiri didepanmu sekarang ini bukan jenis wanita yang akan mengingkari janjinya Nino.
"Dia anakku kan?" dan mengalirlah pertanyaan bodohku yang selanjutnya. Menanyakan hal itu sama saja dengan aku mengatakan bahwa dia bukan hanya tidur denganku. Aku bisa melihat langsung efek dari pertanyaan bodohku barusan karena dia langsung mundur beberapa langkah lagi dariku, mencoba memperlihatkan padaku bahwa dia membangun batas yang jelas diantara kami.
"Hubungan kita berakhir sejak malam itu. Apapun yang terjadi padaku ataupun milikmu yang ada padaku sekarang sudah tidak berhak sama sekali untuk kamu ambil kembali. Pulanglah. Sudah ngga ada yang perlu kita bicarakan." setelah susah payah mencarinya, kini karena kebodohanku, aku membuatnya marah dan membenciku semakin dalam. Sekali lagi kucoba meraih tangannya, tapi ditepis olehnya. Matanya benar-benar menampakkan kebenciannya padaku, bahkan aku bisa melihat air mata disana.
"Kenapa kamu kemari kalo cuma mau merusak ketenangan yang sudah berhasil kubangun bersama putraku? Dia putraku. Ingat itu!" ucapnya dengan marah dan penuh penekanan saat dia mengatakan kata terakhirnya. Sakit yang kurasakan ngga akan sebanding dengan apa yang dia rasakan. "Kehadiran kamu cuma akan membuatnya sakit. Jangan pernah muncul dihadapan kami." bisiknya sinis. Aku memang pantas menerimanya.
"Ibuuuu!!" kudengar suara kecil memanggilnya dan aku ngga berhasil melihat putra yang kurindukan karena Nessa lebih dulu berdiri menutupi pandanganku juga Vasa yang sepertinya keluar dari kamar karena mendengar suara kami.
"Pergilah. Kumohon." dia memaksaku memandang matanya. Dia serius dengan permintaannya. Dia jelas menginginkan aku pergi dan ngga pernah muncul didepannya lagi. Aku mengangguk mengerti. Kemungkinan terburuk ini sudah kupersiapkan dari awal karena ngga akan mudah untuk merubah apa yang sudah terjadi setelah beberapa tahun lamanya. Tanpa ada kata yang mampu kukeluarkan selanjutnya, aku hanya berbalik dan melangkah pergi darinya. Menahan diriku untuk ngga mengharapkan dia memanggil untuk menahanku karena hal itu hanya akan terjadi bila bumi memang terbelah dan dia kehilangan ingatannya.
Kuterima hukuman atas kebodohanku dengan tabah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Silver Moon series)
RomanceAku lupa bagaimana caranya menangis. Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengeluarkan air mata. Aku bahkan tidak menangis saat aku harus menjual keperawananku padanya. Sampai ketika tiba saatnya aku harus pergi meninggalkannya. Aku menangis. --Ness...