Bab 18

28K 1.9K 10
                                    

Dia terlihat berbeda sejak beberapa hari ini. Aku tidak tahu pasti, cuma aku bisa melihat ada yang berubah dengannya. Aku seperti melihat orang lain. Beberapa kali aku sempat menemukannya melamun sendirian. Apa yang sedang dia alami sebenarnya? Minggu lalu dia memang sempat menghilang selama 3 hari. Apa saat itu sesuatu terjadi padanya? Setelah kembali, dia benar-benar berubah. Aku belum pernah sepenasaran ini padanya. Dia memang sangat misterius. Aku tahu itu dari awal dan sekarang aku mulai membenci hal itu. Aku mau tahu siapa dia? Tinggal dimana? Nama panjangnya? Apa yang membuatnya melakukan ini? Kemana dia minggu lalu? Apa yang dia pikirkan sekarang?
Apa aku curang kalau mencari tahu mengenai dirinya sekarang? Dia menarikku masuk semakin dalam kedalam kemisteriusannya.
Sayangnya, aku harus menunggu lagi untuk mencari tahu tentangnya. Sekarang aku harus menyiapkan diriku untuk berangkat menuju Jerman. Aku dan Zevan akan melakukan pengajuan kontrak kerjasama dengan beberapa investor disana. Dia menolak ikut waktu kuajak dan aku harus pergi sendirian. Hitung-hitung aku bisa menghindarinya tanpa perlu berbohong atau mencari alasan untuk menolak bertemu dengannya. Terus terang aku perlu waktu untuk menghindar dari yang namanya Zevan.
Aku harus menahan diriku sampai dua minggu kedepan untuk mencari tahu wanita yang duduk disampingku sekarang. Hal ini cukup mengusikku.
Kuraih pinggangnya dan mengecup ringan puncak kepalanya. Aku terbiasa melakukan hal ini padanya sekarang, seakan sudah jadi kebiasaan baruku.
“Aku nggak mau kamu kembali menghilang selama aku pergi nanti,” aku teringat beberapa bulan lalu saat aku tak menemukan keberadaannya disini dan mencarinya sampai ke butik itu. Disini aku yang membayar dan aku tidak mau direpotkan karena dia menghilang. Aku merasa rugi karena hal itu. “Aku mau kamu mengungguku.”
***
2 minggu kemudian

Badanku sebenarnya terasa sangat lelah luar biasa setelah perjalanan bisnis melelahkan selama ini, tapi aku ingin menemui Zevan dan mengatakan langsung padanya bahwa kesepakatan bisnis kami berhasil. Tapi aku mesti bersabar karena kata Tasya, sekretarisnya, Zevan baru saja pergi dijemput oleh Alan dan dia menyerahkan ponsel milik Zevan yang tertinggal dikantor, minta aku menyerahkan ke Zevan. Baru beberapa detik benda itu berada ditanganku, muncul nama Tari disana.
“Zevan,” suara tangislah yang pertama kali kudengar saat meletakkannya di telingaku.
“Tari, ini gue. Nino,” tangis itu masih terdengar dan dengan serak Tari melanjutkan ucapannya.
“Dara. Tolong dia. Orang suruhan ayah menyekapnya dan sekarang dia kabur. Padahal aku udah bicara sama ayah untuk jangan melakukan apapun padanya. Tapi kami terlambat, Nino, sebelum sempat ayah menahan, mereka ternyata sudah bertindak.” Tari terdengar tersengal setelah menceritakannya padaku. Aku berharap apa yang barusaja kudengar hanyalah gurauan darinya.
“Kumohon, Nino, cari Dara. Selamatkan dia. Aku nggaktahu harus gimana lagi. Kami sudah mencarinya, kami perlu bantuan kalian.Ini semua salahku. Seandainya saja aku lebih cepat bicara pada ayah mengenai permohonan Zevan padaku,” telingaku mendadak berdengung. Tanpa membuang waktu lama, kuputus sambungan dari Tari dan dengan langkah memburu aku kembali ke mobilku yang masih terparkir di depan. Sebuah pesan masuk, kubuka, dan melihat wajah pucat Dara dengan beberapa luka lebam disana. Bagaimana mungkin mereka tega menyakiti wanita seperti ini. Amarahku seketika muncul mengingat percakapanku bersama Zevan beberapa saat sebelum aku berangkat ke Jerman.
Waktu itu kupikir dia akan kembali pada Dara dan membiarkan diri mereka merasakan kebahagiaan yang sebenarnya sudah ada di depan mata. Selama ini Zevan tak pernah sadar bahwa dia mencintai Dara. Dia terlalu larut dalam bayangan Andien yang dia biarkan masih mengisi ruang hatinya sehingga dia justru menyamarkan cinta yang sebenarnya untuk Dara.
Sekarang, kebodohan apa yang dia lakukan sampai-sampai membiarkan Dara lepas darinya? Kalau saja boleh, sejak awal aku akan merebut Dara darimu, Van. Aku menyukai kekasihmu itu. Tapi kamu sahabatku, saudara bagiku. Tak mungkin aku merebutnya darimu. Aku hanya bisa mendukung kalian dan membantu untuk mencapai kebahagiaan kalian dengan cara ini. Mengubur perasaan yang masih belum terlambat untuk kuhindari.
Baru beberapa minggu ini aku mulai yakin bahwa aku bisa melepaskan bayangan Dara dari hatiku dan sekarang... apa yang terjadi malah membuatku kembali jatuh di jurang yang sudah kutinggalkan. Aku kembali tersadar bahwa aku masih belum bisa menghilangkan dia.
Masih dengan amarah, aku melajukan mobilku dan berhenti tepat saat Zevan juga Alan dan Andra baru keluar sambil tertawa. Bagaimana mungkin dia bisa tertawa seperti ini sementara Dara menghilang saat ini dengan keadaan yang tak diketahui siapapun.
“Brengsek, lo!” desisku dengan lega setelah berhasil mendaratkan satu pukulan dan tendangan pada Zevan. Ini untuk kebodohan kamu yang sudah menyia-nyiakan Dara.
***
Zevan terlalu merasa bersalah pada Dara sampai dia tidak berani untuk masuk ke dalam ruang perawatannya. Dia hanya duduk didepan pintu sambil terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. Cintanya memang sangat besar pada Dara. Aku dengan jelas bisa melihat itu. Walau dia menyerah pada hubungan merekapun aku jelas tidak pantas berada disana. Seperempat cinta Zevanpun tidak akan bisa kucapai untuk mencintai Dara sebesar cinta mereka.
Menyakitkan memang, karena dari awal ini memang cinta sepihak yang telah kupilih.
Seperti Zevan, aku juga cuma mampu menjaganya dari kejauhan. Sejak malam kami menemukan Dara dan membawanya ke rumah sakit, disinilah tempatku bersembunyi. Agak jauh dari ruang perawatan Dara dan tidak terlihat oleh kerabatnya yang bergantian datang untuk menjaganya.
Aku terus disini sepulang kerja tanpa berniat pulang. Wanita itu mungkin ada di apartemen sedang menungguku sekarang.  Biarlah dia menunggu. Aku juga tetap membayarnya walau kami tidak bertemu. Perasaan dan pikiranku terus menyuarakan protesnya karena sikapku ini. Kenapa aku masih disini sementara aku melihat sendiri bagaimana kecilnya aku diantara Zevan dan Dara? Sementara ada seseorang yang menungguku saat ini sengaja kubayar untuk mencegahku begini. Berarti selama ini percuma aku melakukan hal itu. Toh tak ada gunanya karena Dara kembali menguasai hati dan pikiranku.  Aku mulai merasa diriku adalah orang paling bodoh sekarang. Bukannya aku sudah bertekad menghentikan ini semua? Nino...,apa kamu belum lelah menjalani semua ini?
***

BIRU  (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang