"Apa kamu pernah berfikir untuk menyudahi ini? Dan mengharapkan aku mengambil apa yang sudah kubayar darimu?" pertanyaan yang dia ucapkan membuatku menggelengkan kepalaku. Aku sama sekali belum memikirkan untuk mengakhiri kontrak kerja kami. Barusan dia mengatakan bahwa dia merasa cukup nyaman dan mulai terbiasa dengan tugasnya disini, lantas, kenapa juga dia menanyakannya sekarang?"Kenapa? kamu mulai menyukainya?" dia memalingkan wajahnya, berusaha memindahkan jariku dari bibirnya.
"Aku hanya menyukai jumlah bayaran yang kamu berikan padaku." ucapannya berhasil memancingku.
Apa bibir Dara akan terasa seperti ini jika aku menciumnya? Bibir ini terasa sangat lembut juga hangat. Dia memang sama sekali ngga membalas ciuman dariku, tapi aku tetap akan melumatnya sampai dia membalas. Kuakui, aku memang terpancing oleh kata-katanya barusan. Dia bilang bahwa dia hanya menyukai bayaran yang kuberikan padanya. Itulah nilai dari ketulusan yang kulihat dimatanya. Apa yang kuharapkan dari hubungan ini? Dari awal aku memang membayarnya untuk menemaniku. Kenapa aku harus kecewa setelah mengetahui apa yang ada dalam kepalanya saat ini? Tapi kata-katanya mengusik egoku. Aku harus membuat dia merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan. Aku akan menyelesaikannya ketika dia justru baru akan memulai.
"Aku akan membayar lebih untuk apa yang kulakukan diluar dari tugasmu. Termasuk ciuman tadi," bisikku dengan puas ditelinganya. Dia terdiam dengan bibir tipisnya yang masih terbuka waktu aku langsung melepaskan ciumanku begitu kurasa dia mulai mengikuti permainan bibirku. Memang ini kan yang dia inginkan? Aku akan membayar semuanya dan aku harus mendapatkan kepuasan sebagai balasannya.
***
Kemana wanita itu? sudah lebih dari seminggu dia ngga muncul di apartemenku. Apa sesuatu terjadi padanya? atau dia memutuskan untuk mengkhianati kesepakatan kami?
"Jarang keliatan lo No?" Sinta mengambil tempat di bangku kosong disebelahku. Kupanggil pelayan untuk memesan minuman tambahan untuk kami.
"Apa kabar lo?" tanyanya santai sambil menaruh lengannya dibahuku. Bau parfumnya masih tetap sama seperti biasa. Beraroma lembut tapi menggoda.
"Gimana kabar temen gue? lo masih sama dia?" tanyanya lagi begitu belum juga mendapatkan jawaban dariku.
"Gue ngga tau. Seminggu ini dia ngilang," Sinta makin mendekatkan tubuhnya padaku.
"Jadi selama ini lo beneran sama dia? Sejak gue bawa dia?" aku mengangguk.
"Lo udaaaah...." mukanya memerah. Aku mengerti apa yang dia maksud.
"Memang itu kan tujuan lo bawa dia ke gue?"
"Iya sih. Trus kenapa dia ngilang? Oooo, gue tau. Lo terlalu keras sama dia ya? gue kan kenal banget permainan ranjang lo No. Pemula kayak dia sih rasanya sulit buat ngimbangin permainan lo," bibir wanita ini memang ceplas-ceplos. Seenaknya dia berfikir begitu. Dia pikir aku meniduri setiap wanita yang kubayar?
"Jangan mikir yang macam-macam." kusentil keningnya dengan gemas. "Gue ngga tau dia kemana. Dari minggu lalu dia sama sekali ngga pernah muncul lagi di apartemen gue,"
"Mau gue bantu kasih info biar lo bisa nyari dia?" tanyanya dengan senyuman yang sangat kukenali maksudnya. Kukeluarkan dompet dari dalam saku dan menaruh beberapa lembar uang seratus ribuan ke tangannya.
"Dia kerja di butik Veronica. Cuma itu sih yang gue tau," ternyata benar dugaanku selama ini. Dia bukan hanya bekerja padaku.
"Lo bilang lo kenal dia sejak kuliah, kenapa cuma itu?"
"Dia tertutup No. Gue ngga pernah tau kehidupan pribadi dia. Dia kerja disana juga gara-gara gue ngga sengaja ketemu dia disana waktu belanja." Siapa dia sebenarnya, bagaimana kehidupannya dan dimana dia sekarang membuatku sedikit penasaran. Aku merasa harus mengenalnya lebih dan lebih lagi. Baru kali ini aku berhadapan dengan wanita misterius sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Silver Moon series)
RomansaAku lupa bagaimana caranya menangis. Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengeluarkan air mata. Aku bahkan tidak menangis saat aku harus menjual keperawananku padanya. Sampai ketika tiba saatnya aku harus pergi meninggalkannya. Aku menangis. --Ness...