chap 27 - chaos (혼란 스러움)

226 55 4
                                    

CHAPTER 27

CHAOS

(혼란 스러움)

|

Januari 3

Dibanding tempat lain di Daegu, kedatangan truk pengangkut barang jarang melintasi wilayah ini. Rata-rata para penduduk adalah orang asli Daegu yang sejak lahir bahkan ketika orang tua mereka belum menikah, keluarga besar mereka tinggal serta besar di Daegu. Beomgyu menyipitkan matanya. Bukan karena ada sekitar empat truk besar saja, tetapi juga satu keluarga yang baru turun dari mobil silver. Satu ayah, satu ibu, dua anak laki-laki tinggi dan satu anak laki-laki lain yang ikut mengekori dengan bola basket di tangan. Ajaibnya, mereka menempati rumah tingkat tiga di sebelah rumah Beomgyu.

Tetangga baru?

Beomgyu agak terdiam, memperhatikan dari halaman rumahnya kemudian curi-curi pandang bagaimana orang berseragam (mereka sepertinya petugas pengangkut barang) turut mengobrol sembari menurunkan muatan mereka. Beomgyu tersentak sesaat satu orang menyentuh bahunya. Itu ibu. Beliau turut menjulurkan leher dan memperhatikan dari tempat mereka berdiri. "Uh? Tetangga baru? Aku tidak tahu keluarga Lee bisa menjual rumah mereka secepat ini."

"Memang keluarga Lee pindah kemana, Eomma?"

"Kudengar sih ke Incheon, tapi aku juga tidak tahu. Kita kan tidak dekat dengan mereka dan agak kurang sopan mendengarkan gosip," sahut ibunya. "Ayo, masuk. Kita makan malam bersama, ayahmu akan tiba lima belas menit lagi." Ibu membantu membawakan tas ransel Beomgyu sesaat pemuda itu pun mengangguk dan mengekori wanita tersebut.

Beomgyu berbalik sekali lagi, masih diliputi rasa penasaran yang tinggi.

"Gyu! Ayo masuk."

"Ya, Eomma."

.

.

Januari 3

Ibu meletakkan satu tumpukan kotak plastik warna merahnya. Beomgyu sudah kenal betul kotak itu dan dia mendapatkan firasat tidak baik karenanya. Benar saja, saat Beomgyu masih menyuapi dirinya dengan nasi, ibu Beomgyu justru sibuk menaruh nasi, lauk pauk, serta aneka buah ke dalam kotak-kotak plastik yang bertumpuk serta dapat dia bungkus dengan kain. Ibu dengan cekatan membuat simpul kuat hingga bagian atas nampak seperti kuping kelinci besar dan siapapun bisa membawa tumpukan kotak berisikan makanan itu dengan praktis. "Nah beres, sehabis makan kau antarkan ini ke tetangga kita. Kimchinya aku yang buat, aku yakin mereka suka."

"Tapi.."

Ayah Beomgyu sudah melirik dan berdeham. "Aku melihat tetangga baru kita ada yang sebaya denganmu dan mungkin kalian akan bertemu di sekolah, jadi temui saja ya."

"Aku kan tidak akan tinggal di sini lagi," celetuk Beomgyu dengan sinis. Sebenarnya, ini masih kabar burung—ibu dan ayah semalam berdebat hebat. Dari kamar Beomgyu, dia sudah dengar jelas bagaimana ayah dipindahtugaskan ke Seoul. "Benarkah?"

Ibu dan ayah berpandangan sejenak. Ibu menghela napas. "Belum dipastikan, keputusannya besok atau lusa jadi jangan pikirkan itu sekarang dan bawa makanan ini untuk tetangga kita. Bagaimanapun, kita masih bertetangga dengan mereka dan sudah seharusnya—"

Beomgyu menggeser kursinya dan bangkit. "Oke, oke." Ia cepat membawa benda itu sampai keluar rumah mereka. Malam kian pekat, meski ada lampu di pelataran teras serta dekat jalan, Beomgyu tidak bisa mengalihkan pikirannya sendiri yang seperti pasar ramai. Selama berjalan, Beomgyu terus digerayangi perasaan kalut (orang tua mereka tidak membicarakan kepindahan dengan terbuka), kesal (pindah rumah artinya sekolah baru dan teman-teman baru), serta banyak hal lain. Beomgyu tahu dia sudah besar dan sudah sewajarnya menerima keputusan yang orang tuanya putuskan. Namun tetap saja, rasanya tidak nyaman.

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang