chap 16 - eternity's girl (영원의 소녀)

546 116 8
                                    

CHAPTER 16

ETERNITY'S GIRL (영원의 소녀)

|

"Bagaimana kau di sekolah?"

Beomgyu tersentak mendengarkan pertanyaan yang terlontar ringan kepadanya. Jawabannya seharusnya mungkin mudah; aku populer, aku disenangi guru, aku juga cukup handal dalam olahraga, nilaiku bagus, dan punya banyak teman. Tetapi, itu bukan Beomgyu. Justru dia bisa menjawabnya; aku pindahan, aku dimusuhi, banyak yang tidak senang denganku, dan aku terbakar. Bahkan, beberapa lainnya terang-terangan ingin menindasku. Itu jawaban yang benar 'kan?

"Itu tempat yang tidak aku sukai," jawabnya alih-alih menjawab sesuai yang tadi dipikirkannya secara cepat. Beomgyu mencabuti rerumputan di dekat kakinya, sedangkan dia menoleh mendapati Sang Puma sudah terlelap pulas, tanpa boleh diganggu.

"Apakah seburuk itu?"

"Hmm, kalau boleh memilih, aku tidak mau di sana," jawabnya enteng.

Puma tersebut menggeram rendah, masih berjalan bersama dengan Beomgyu. Di sisi mereka, sang boneka masih tersaruk-saruk menyusul karena langkah lebar-lebar mereka yang seperti berlari bahkan berkali-kali lipat dari besar tubuhnya. "Dan kau betah di sini?"

Beomgyu tergelak. "Di sini? Tentu saja tidak! Ini tidak sama baiknya dengan di sana." Bahkan Beomgyu sendiri bingung; setelah beberapa saat berada di mana-mana, yang dia rasakan hanya kekosongan. Mungkin mereka benar; bersama atau sendirian, kekosongan itu tetap terasa karena itu berada dalam diri kita sendiri. Beomgyu merasakannya. Dia berjalan sembari menunduk kepada tanah keras dan rerumputan liar di dekat kakinya.

Puma itu berhenti, membuat Beomgyu turut mendongak. "Uh? Tempat apa ini?"

"Sand Castle"

"Mengapa .."

"Hei, pernah dengar kisah soal Gadis Terkurung di Istana?" tanya si boneka percaya, mulai mengumpulkan napasnya.

*

*

Kau tidak pernah punya pengalaman akan hidup ini. Tidak pernah ada yang pernah punya pengalaman akan kehidupan ini, jadi anggap saja kita di titik permulaan yang sama—sama sama kebingungan, sama sama sempoyongan, dan sama sama tidak mengerti caranya melangkah.

Beomgyu mengikuti derap-derap puma di depannya, seraya mengedarkan pandangannya. Istana tersebut berwarna hitam gelap dengan langit-langit tinggi bagaikan menyentuh bawah langit. Beomgyu pun tidak mengerti mengapa dia mendadak merinding; padahal secara tidak langsung, dia sudah mati kan? Mengapa takut? Akan bayangan sendiri?

Setiap dari kita hanya berusaha merangkak, bergerak naik bagaikan akan ada cahaya menyambut. Sebagian dari kita, tetap kebingungan di pojok tergelap.

"Kalau kau masih tidak tahu di mana tujuanmu, kau seharusnya duduk dan dengarkan saja."

"Mengapa kemari? Setidaknya, duduk dan dengarkan apa yang kami bilang. Kebiasaan jelekmu itu selalu menyanggah orang lain," celetuk boneka itu. "Masih untung kau tidak aku jatuhkan tadi!"

Beomgyu melotot. "Galak sekali kau ini .."

"Dahulu kala, ada satu keluarga yang mendiami tempat ini." Puma itu mulai merendahkan tubuhnya dan menumpu beratnya di kedua kaki depannya. "Dahulu kala, hanya ada mereka bertiga di sini dengan beberapa warga lain yang tidak pernah punya kesempatan untuk datang kemari. Sang gadis mungkin seusiamu, tapi dia tidak pernah punya teman. Kedua orang tuanya sangat sibuk dan selalu mengurungnya. Segalanya baik, hingga di hari ulang tahunnya, satu hal tumbuh di punggungnya ... ibunya sudah mulai menaruh curiga .... hingga ... ibunya berusaha untuk mengeyahkan sayap hitam tersebut." Puma itu merendahkan nada suaranya, membuat Beomgyu dicekam rasa takut mendalam. "Tapi gadis itu tidak mau. Dia tidak ingin orangtuanya berikap demikian. Tidak lagi bersikap mengendalikannya."

"Lalu bagaimana? Dia pergi dengan sayap itu?"

"Dia jatuh dengan sayap itu. Aku mengetahui tempat tersebut, kau juga, semuanya mengetahui tempat itu sebagai The Abyss. Siapapun yang terjatuh di situ akan menjadi jiwa merana dan kesepian. Siapapun yang terjatuh di sana akan buta segala hal dan hanya dapat menjerit kesakitan. Kau sudah lihat kan? Tepat di bawah jurang? Aku bisa saja mendorongmu ke sana kalau kau masih bingung. Setidaknya mungkin butuh sekali untukmu terjatuh di sana pula?"

"Bagaimana ... bagaimana dengan gadis itu sekarang?"

"Dia terjebak di sana."

"Apa hubungannya denganku?" tanya Beomgyu mulai menggosok sisi tangannya yang mengigil. Entah karena dia berada di hadapan mereka, maupun karena suasana istana kosong itu yangsepi namun menyimpan ketegangannya sendiri, Beomgyu mulai merasakan giginya bergemeletuk ringan.

"Sepertimu. Kau tidak tahu di mana kau ingin, gadis itu ingin di istana itu kosong. Dia juga tetap merasa di jurang tersebut seolah itu tempat pelarian terbaik padahal, dia tetap kosong. Kekosongan dan kesendirian itu akan tetap menghantuimu, karena di mana pun, dia tetap melekat denganku bagaikan benalu, tidak akan lepas begitu saja," ocehnya. Sepasang mata hitamnya terpancang kepada Beomgyu dengan gigi taringnya yang muncul. "Pilihannya selalu ada bersamamumu—untuk tetap kosong atau berusaha untuk bangkit di atas kakimu sendiri."

*

*

Si boneka perca menghela napas. Setelah kepergian Yang Mulia-nya tersebut—sejujurnya membuat Beomgyu lega—mereka tetap bertahan di bagian bawah istana yang luas. "Kita bermalam di sini saja ya, di luar akan mengerikan apalagi dengan kita berdua yang tidak dapat melihat jalan, hutan pun akan terlihat menakutkan. Banyak makhluk yang mungkin mengincar kita."

Beomgyu mengerucutakn bibirnya. Gara-gara cerita tadi, dia jadi tidak tenang. Apapun terasa meresahkan untuknya. "Apakah .. dia banyak bicara?"

"Biasanya, tidak begitu."

"Mengapa sekarnag berbeda?"

"Mungkin dia sudah melihat bayangan-mu?"

"Apa maksudnya itu?Apa yang dimaksud bayangan? Mengapa aku punya?" tanyanya bertubi-tubi.

Dia mendengus kasar. "Kau ini berisik sekali sih. Astaga. Tentu saja, karena kau sudah berada di sini. Kau tidak benar-benar mati maupun hidup, kau diikuti bayangan—nasibmu sendiri. Yang Mulia melihat kemungkinan antara nasib buruk dan baik kepadamu. Baiknya kau bisa keluar. Burknya kau mungkin akan terjebak dan jadi santapan penjaga kereta."

"Kau ini!"

Boneka itu tersenyum. "Tidur di sini saja ya? Aku akan carikan selimut untuk alas," katanya dan segera pamit dari hadapan Beomgyu. Sementara itu, Beomgyu melihat sekitar bingung; padahal rumahnya di Seoul juga besar, tidak seperti di Daegu dan ada banyak furnitur ibunya yang antik. Hanya saja, di sana tidak mengerikan seperti di sini. Beomgyu merasa .. pilu? Entah untuk alasan apa. Dia enggan untuk bergerak tetapi kakinya kram apalagi sedaritadi dia hanya diminta duduk-duduk saja. Sesaat dia berjalan ke dekat tangga, dia melihat sesuatu tertutup kain dengan debu berkumpul di sana. Dia menyikapnya, mendapati ada figura kayu dengan satu sosok di sana. Ada ukiran nama di pojok kanan figura tersebut.

Yeong Hwan. Putri Tercantik Kami.

Beomgyu menatap sosok dalam figura itu—balutan pakaian putih, sepasang mata cerdas dan senyuman miring. Rambutnya berwarna pirang sebahu. Kalau dilihat, dia seperti cerminan Taehyun; nampak cerdas namun kadang dapat berontak. Beomgyu tersenyum pedih. Jika saja dia melihatnya sebelum Puma itu bercerita, mungkin dia akan terpana. Tetapi, karena cerita sedih yang menyertai gadis itu, Beomgyu hanya dapat memandang nanar.

Pasti sedih sekali terjebak selamanya di Abyss.

"Aku menemukan ... bantal .."

Sosok tersebut turut mendekati Beomgyu. "Sudah tahu belum? Dia jadi pemimpin di Abyss. Jadi, ceritanya tidak sesedih itu, kok. Kalau kau turut sedih, sebenarnya, dia sedang berusaha keluar dari 'penjara'-nya itu."

"Kau yakin dia dapat keluar?"

"Kau yakin dirimu dapat keluar dari sini?"

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang