chap 17 - the night when the world burned, we ... (세계가 불타버린 밤, 우린...)

468 110 5
                                    

CHAPTER 17

THE NIGHT WHEN THE WORLD BURNED, WE ...

(세계가 불타버린 , 우린...)

|

November 7

Sebenarnya, Hueningkai masih meragu sesaat dia mendekati Taehyun. Dilihatnya, betapa sibuk sosok itu dengan buku besarnya dan krayon hitam serta merah di tangan. Nampaknya, Taehyun tengap mengerjakan tugas khusus. Entah karena permintaan guru, atau sesuatu yang lain? Huening Kai tidak dapat fokus dan berusaha berdeham ringan. "Hai."

"Uh?" Sosok itu mengangkat wajah, bingung. "Apa?"

"Boleh bicara?"

Taehyun mengeryit, tetapi dia menunjuk sisi kursi di sampingnya. Perpustakaan itu sedang ramai, jadi tidak masalah jika mereka mengobrol toh suara mereka tidak terlalu kencang dan masih kalah dengan sekitar.

"Sebelumnya, aku turut berduka atas kejadian yang menimpa Choi Beomgyu. Aku merasa menyesal akan kejadian tersebut."

Taehyun berdecak ringan, kembali menggerakkan krayonnya. "Hm, terima kasih. Mau bicara apa?" katanya tanpa menatap Huening Kai, justru masih mencoret-core buku tersebut. Huening Kai tergerak untuk bertanya soal apa yang Taehyun lakukan, tapi sepertinya, itu terlalu privasi karena Teahyun pun menarik buku itu dan bergeser agar Huening Kai tidak terfokus kepada bukunya.

"Buku."

"Hm?"

"Buku apa?"

"Buku yang aku berikan kepada Beomgyu-ssi sebelum kejadian itu," katanya. "Magic Island. Aku ingin mendapatkannya kembali karena itu punya keluargaku. Kurasa, itu berada di rumahnya sekarang. Mungkin ini agak konyol, tapi aku butuh buku itu terutama beberapa waktu ini."

Taehyun menghela napasnya. Sebenarnya, dia sudah malas berhubungan ataupun bercakap dengan orang lain kecuali Hyeri karna mereka tidak begitu peduli, maupun benar-benar berusaha segigih yang dia lakukan untuk mengungkapkan kematian Beomgyu. "Cari saja sendiri. Aku tidak sedekat itu dengan keluarganya."

"Tapi, seharusnya kau membantu."

Taehyun mengembuskan napas kasar. Menganggu saja! Ingin dia berteriak keras, hanya saja, itu akan menguras energinya yang bisa digunakan untuk hal lain. "Bagaimana? Kau pikir aku bisa?"

"Kalian bersahabat kan? Katakan saja, itu buku milikmu dan kau hanya ingin mengambilnya."

"Lantas?"

"Aku akan menjauhimu?" balasnya sendu. Huening Kai terdiam sewaktu Taehyun hanya mendelik matanya, bagaikan akan membunuhnya hidup hanya dengan tatapan tajam tersebut. Taehyun mungkin punya mata berbinat, tapi sinarnya sudah meredup, berganti dengan kumpulan awan mendung di bola matanya. Bagaikan, ada upacara perpisahan yang mendalam terus terjadi dalam diri pemuda tersebut. Apakah seseorang dapat terbunuh berulang kali?

*

*

November 8

Apakah efek kurang tidur? Apakah karena sakit kepala?

Soobin gemetaran memegangi spidol untuk menuliskan jawaban dari nomor enam sampai sepuluh yang diberikan Bu Hanna. Hanya saja, tubuhnya kebas dan tangannya terasa bagaikan batu. Kepalanya turut berputar bagaikan ia tengah menaiki wahana di taman bermain.

"Soobin-ssi? Kau baik-baik saja?"

Soobin menjatuhkan spidol tersebut dan nyaris ambruk menimpa papan tersebut. Bu Hannya yang melihat langsung menahan tubuh Soobin. Beberapa murid lain turut memekik terkejut. Kelas yang semula nampak damai dan tenang—ada penyelamat mereka Choi Soobin! Jadi mendadak kalap karenanya.

Bu Hanna menahan lengan besar Soobin dan menunduk. "Apakah kau sakit?" Wanita itu terkesiap mendapati bibir Soobin yang pucat pasi, dengan keringat dingin tetap mengalir di dahi pemuda itu. "Kau .. ada apa?"

"Suara." Soobin mengerang dan menggeleng kuat.

"Suara apa?"

"Beomgyu," rintihnya. Jika saja Bu Hanna tidak terlalu terkejut, pasti dia sudah mengoceh bahwa Soobin kurang istirahat maupun masih syok paska kebakaran tersebut. Tapi, ini bukan yang pertama. Sekarang, Soobin makin terlihat menyedihkan.

Soobin menundukkan wajahnya dalam ketika Bu Hanna membantunya berdiri tegak lagi.

"Sebaiknya, kau istirahat di unit kesehatan. Aku akan mencoba menghubungi orang tuamu bahwa kau perlu dijemput."

*

*

Oktober 1

Soobin menggeleng keras. "Kau tidak bisa membunuh dirimu sendiri! Apa yang kau katakan?!" Akhirnya, dia menaruh tangan Taehyun di sekitarnya, berusaha untuk memapah sosok tersebut meskipun mereka semua sudah terkepung dengan bara serta atap-atap yang runtuh dengan mengerikan dan mendadak.

"Beomgyu.."

Soobin mendecih dan memapah Taehyun terburu-buru. Jika perkiraannya benar, mungkin kobaran api akan semakin meluas. Jika tidak mati tertimpa reruntuhan, mereka akan mati karena asap yang makin meracuni paru-paru mereka. "Kita akan mencarinya nanti. Sekarang, kita fokus untuk keluar."

Taehyun mendesis saat kulitnya terkena percikan api. Bukan seperti digigit semut, tapi bagaikan ada yang merobek kulitnya dan sesuatu yang panas terus menancap di kulit terbuka tersebut. Keduanya pun tersaruk-saruk. Soobin terus menjulurkan lehernya, mencoba mengingat koridor mereka dan mengarahkan mereka berdua menuju bangunan depan sekolah meskipun segalanya merah dan asap dan banyak lagi percikap api serta bau yang menyengat.

"Tahan, oke?"

"Bagaimana .. jika kita tidak selamat?" bisik Taehyun, tercekat.

"Kita tidak pernah tahu sebelum mencoba, huh?" Soobin tersenyum kecut. Aneh juga, karena dia justru menyelamatkan Kang Taehyun, yang notabene adalah sasaran empuk penindasannya. Aneh juga, karena semesta seakan mendukungnya untuk bertemu Taehyun di situasi genting tersebut. "Aku tidak akan memaafkan diriku kalau aku tidak berhasil membawa keluar kita berdua."

Taehyun sudah kepayahan, sehingga Soobin langsung beralih menggendong tubuh Taehyun di punggungnya yang terasa kaku. Dia berusaha bergerak, menghindari beberapa kobaran api yang meliar, maupun dinding yang hampir ambruk di depan matanya. Matanya sudah perih bagaikan dicocok dengan bawang, sedangkan, dia tidak dapat berpikir.

"Hyungnim, aku membencimu karena kau itu arogan dan mengesalkan. Aku juga benci saat kau bersikap sok tahu, sombong, dan memandangku seakan merendahkanku, tapi .. kau sebenarnya tengah melindungi dirimu sendiri, bukan? Bahwa kau ternyata lemah dan payah?" Taehyun masih mengoceh meskipun hampir memejamkan matanya. Selanjutnya, ia pun terkekeh singkat di telinga Soobin. "Aku tahu, kau tidak berbeda dengan kami. Kau sebenarnya rapuh tapi baik. Kau ... hanya ingin dipahami."

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang