BLUE HOUR (ブルーアワーにぶっ飛ばす)

306 74 12
                                    

BLUE HOUR

Kau punya waktu beberapa menit untuk bertemu dengan mereka dan minta pertolongan terakhir kalinya.

Beomgyu mengetatkan rahang sedangkan dia berjalan agak sempoyongan ke dekat jalur kereta kosong itu. Setidaknya kalau memang tidak ada harapan yang tersisa lagi. Kalau memang tempat mereka dipisahkan banyak penghalang layaknya sekarang, Beomgyu hanya ingin mereka dapat tumbuh dewasa di sana. Dan tentu saja, tanpa perlu merasakan kesakitan karena banyak hal maupun karena kepergiaannya yang menyisakan tanda tanya besar.

Hidup dengan baik ya.

Beomgyu tidak mengerti bagaimana tepatnya pemikiran itu merasuk—mungkin karena lelah? Mungkin karena dia sudah tidak tahu akan melakukan apalagi di titik ini? Hanya saja, biarkan rasa sakit ini menjadi sebuah keajaiban di kemudian hari. Menjadi satu hal yang diingatnya, dan mejadi satu hal yang menguatkannya. Aku hanya ingin kebahagiaan mereka. Bahkan untuk siapapun yang pernah menyakitiku, mereka sebenarnya manusia yang patut bahagia dengan cara mereka sendiri.

"Momen itu hanya berlangsung saat fajar ataupun petang. Aku harap kau melakukannya sebaik mungkin."

"Beberapa menit lagi?"

Night mengangguk. "Kau sudah siap?" Dipandanginya langit yang membentang. Setidaknya, langit di sini pun sama masih berwarna biru yang mulai kekuningan dan oranye. Langit di sini juga bersemu hangat kemudian menantikan bagaimana mataharinya hendak istirahat. Beomgyu menghela napas panjang sembari menatap satu jalur tersebut. Ini yang terakhir kali, sinar menyilaukan mata tumpah begitu saja dengan poros mereka yang tergelincir.

"Aku ingin bertemu mereka. Ini final."

*

*

Taehyun benci satu kata itu melebihi makhluk menjijikan serupa kecoa di tempat sampah; kegagalan. Karena, kecoa berbau menyengat yang memuakkan, aroma kegagalan melebihi itu semua bagaikan asam dalam lambungnya melonjak dan mulutnya terasa sangat tidak enak. Sekarang dia meratapi kegagalan itu dengan wajah lesu. Sementara itu, Soobin dan Kai masih berusaha untuk mengobrol, hendak mencari jalan keluar, Taehyun justru keluar dari kamarnya seraya berjalan menuju halaman depan. Dia terduduk seraya menatap langit yang mulai berubah warna—menampilkan kecantikannya. Aneh juga, kecantikan bisa muncul di saat langit sudah tidak biru lagi, saat tidak cerah lagi.

"Aku sudah bilang, aku sudah berusaha .." Soobin tersentak, mendapati Taehyun sudah terduduk dan mendongakkan wajahnya. Dia secara refleks ikut menemani Taehyun dan mendongak. "Kita gagal ya?"

"Entahlah."

Kai ikut bergabung. "Menyedihkan sekali. Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Aku .. aku sangat menyesal," gerutunya kemudian wajahnya berubah lusuh. Kai turut mendongak. "Beomgyu Hyung, tidak mau kembali ya? Apakah kau sangat nyaman membuat onar di sana? Tidak rindu dengan kami?" Sewaktu mereka sama-sama terdiam, Taehyun sudah menutupi sisi matanya karena cahaya menyilaukan di dekat jalan. Dia sulit melihat karena silau yang sangat terang bagaikan ada banyak mobil yang menyorot kepada mereka. Padahal, tetangganya tidak pernah melakukan hal setidak penting itu.

Wush.

Taehyun tersentak, begitupun kedua sahabat di sisinya. Dia melebarkan matanya seraya membuka mulutnya terkejut.

*

*

"Ruangan itu!" Taehyun langsung tersadar, bagaikan sinar lampu barusan sudah menyalakan sesuatu di kepalanya. Mobil yang tadi sudah menyorotkan sinarnya sudah berlalu begitu saja padahal baik Soobin atau Kai, keduanya masih berusaha menyesuaikan mata mereka. Taehyun bergegas mengambil buku Hueningkai dari dalam kemudian menunjuknya. "Tempat dia .. terbakar."

"Kau yakin? Sekolah kita cukup jauh lho. Kalau kita ke sana sekarang, kemungkinan kita tiba malam hari dan kau tahu .. gerbangnya sudah terkunci. Jadi, tidak mungkin untuk masuk."

"Yasudah melompat saja."

Soobin melotot kepada Kai yang bicara sesantai itu. "Ya! Aku ini Choi Soobin, kau nekat ingin aku memanjat gerbang dan masuk mengendap-endap ke gedung sekolah? Aku ini .. aku tidak mau!" pekiknya.

"Kalau begitu, aku bisa pergi sendiri." Sekembalinya dari dalam rumah, Taehyun sudah membawa senter di tangannya. Soobin bangkit setengah meringis dan perlu ditarik Kai.

"Baik, kami ikut."

*

*

Masalahnya, dibanding Taehyun, kedua sosok itu sama sekali buruk dalam mengatur gerakan tubuh. Memang mereka tinggi menjulang, hanya saja kemampuan fisik mereka payah. Taehyun harus berbalik lagi karena dia yang sudah berhasil memanjat gerbang sekolah mereka yang cukup tinggi. "Astaga."

"Hyung, kau berat sekali sih!" pekik Kai yang sudah mendorong bokong Soobin agar berhasil naik. Kemudiansetelahnya, Taehyun sudah berjaga di bawah, sedangkan Soobin menutup matanya takut.

"Ah, aku benci ketinggian!"

"Tapi kau 185cm, Sunbae! Tidak apa!" Taehyun mulai mendesaknya untuk langsung melompat di sisi lain gerbang tersebut.

"Ah, aku benci .." Soobin mendarat dengan selamat. Kini giliran Kai yang bersusah payah untuk memanjat, sama seperti Soobin, dia pun nampak enggan melompat.

"Ayolah! Kita harus segera ke sana. Aku tahu dia ada di sana."

Soobin membantu Kai mendarat seraya mengekori Taehyun yang mulai menyalakan senter. Beberapa kali, Soobin dan Kai terkesiap dan hampir menjerit. Keduanya jadi mirip kembaran yang sama sama penakut, Taehyun tidak terusik dengan tingkat keduanya yang mudah terkejut itu. "Ah, sekolah kita menyeramkan juga di waktu seperti ini."

"Mengapa kau sangat yakin, Taehyun?"

"Aku tidak paham dengan ini semua. Bagaimana kalau kita justru bertemu hantu?" gerutu Soobin seraya mempercepat langkahnya atau dia akan semakin bergidik ngeri. Ia bahkan terus meremas bagian lengan Hueningkai, enggan untuk berpisah dari sosok itu sampai mereka perlu bergerak bersamaa dan menempel satu sama lain.

Taehyun menahan napasnya, sampai dia berada di dekat booth yang dahulu pernah berdiri teguh waktu api belum melahap semuanya. Meskipun sudah ada bagian yang direnovasi oleh pihak sekolah, Taehyun punya ingatan tajam tentang detail-detail kecil dan kesaksian dari Hueningkai sudah cukup menjadi bukti kuat.

MEET ME 9/4

Taehyun mendorong pintu besi tersebut, dengan gerakan senter dia menyorot ke dalam ruangan itu. Bibirnya terangkat naik mendapati satu sosok sudah tergolek di sana, dengan posisi berbaring dan mata terpejam. "Beomgyu. Kau di sini."

[]

*

*

1. Kebakaran = peristiwa tidak terduga.

Blue Hour = muncul dari ketidakterdugaan.

Peristiwa Kebakaran = Kemunculan Blue Hour

2. Waktu kebakaran = waktu satu bulan yang lalu.

Beomgyu = hilang sejak saat itu.

Peristiwa Kebakaran = 1 Oktober = 40 hari masa penangguhan

Jumlah hari di bulan Oktober 30 + 10 hari = 10 November + ¾ hari karena kejadian + ¾ waktu yang dibutuhkan ke Magic Island + ¾ petang yang dibutuhkan = 10 + pembulatan 3 hari = 13 November .

Meet me (3/4 x 3 = 9/4) = 9/4 = pukul 2.25

13 November = 3(11-1) = 3(33-3) = 3.30 + 2.25 = 5.55 – (0,03 – 0,01) *rewind time* = 5.53

BLUE HOUR = 5.53 = BEOMGYU KEMBALI.

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang