chap 31 - freeze (얼다)

254 42 4
                                    

CHAPTER 31

FREEZE

(얼다)

In this frozen world, you stand out the most.

.

Bulan Desember itu 'Bulan Liburan'. Setidaknya itulah yang Taehyun pahami sejak kecil karena di bulan ini akan ada banyak perayaan termasuk Natal, perayaan Tahun Baru, dan sebagainya. Taehyun melilitkan syal di lehernya serta mengenakan sarung tangan. Sekadar informasi, rencana untuk bulan Mei itu masih jadi topik utama di lingkaran pertemanannya, dengan Yuri juga yang seakan jadi pemimpin mereka. Taehyun kagum dengan gadis itu karena yah di balik sikap ketus dan dingin, Yuri itu sebenarnya punya hati yang rapuh—sepertinya. Mengingat Yuri yang semula enggan bergabung akhirnya mau menceburkan dirinya bersama mereka, itu jadi kabar menakjubkan.

Oh ya, salju pertama sudah jatuh tadi malam. Taehyun terbangun karena suara ketuk-ketuk di atas atapnya. Sesaat dia bergerak menggapai jendela, ada butir-butir tipis layaknya kapas berjatuhan dari langit. Waktu dulu Taehyun mungkin semangat melihatnya tapi salju pertama di tahun ini malah membuat Taehyun ngeri. Sudah berlalu dua bulan sejak Beomgyu terjebak di Magic Island dan semuram malam itu dan sedingin salju yang kian menumpuk di rumahnya, Taehyun membayangkan ngeri bagaimana kesepian Beomgyu di sana. Apalagi Beomgyu pasti tidak cocok berada di Magic Island.

Tapi aku akan menemuimu, Gyu.

Taehyun turun untuk sarapan dan mulai menyantap rotinya perlahan. Sekolah masih berlangsung setidaknya sampai pertengahan bulan ini. Selama itu Taehyun akan sibuk dengan pelajaran dan juga rencana bersama yang lain. Ah, Taehyun juga masih takjub karena Desember kali ini dia jusru bisa mengenal Soobin lebih akrab padahal kalau ingat-ingat di kelas Soobin itu terkesan galak dan congkak. Ternyata yah tidak ada yang tahu di balik wajah itu apa saja yang tersembunyi. Taehyun masih ingat Soobin yang sempat menangis setelah Beomgyu pergi dari mereka, itu mengejutkan karena selama ini Taehyun pikir Soobin tidak punya perasaan atau bahkan hati nurani.

Manusia itu memang gua penuh misteri.

.

.

November 23

Mumpung Ibunya di rumah, Soobin pun mendekati sosok tersebut. Sebenarnya Soobin punya uang dan yah dia juga tahu harus pergi kemana kalau inginkan benda itu. Hanya saja Soobin butuh teman. Di saat ada Taehyung, Huening dan juga Yuri, Soobin masih enggan menunjukkan sisi melankolisnya ini. Apalagi dibanding banyak hal yang terjadi, satu hal bisa dibilang 'remeh' untuk mereka.

"Apa, Soobin?"

"Temani aku ke toko untuk membeli kotak musik, Eomma. Kepalaku sakit, aku sulit tidur," akunya dengan suara berat. Obat tidur itu tidak berguna, Soobin inginkan kamarnya lebih nyaman saja. Di akhir minggu ini mungkin dia akan bicara kepada ayahnya untuk merenovasi kamar mereka dan juga membuat segalanya nyaman.

Ibu Soobin mendelik tapi tidak bicara apapun lagi. Setelahnya beliau sudah menyiapkan mobil mereka. Entah karena memang suntuk juga kali ini tidak ada perdebatan apapun karena permintaan Soobin. "Kita sekalian makan malam saja, Appa-mu pulang larut jadi hanya ada kita berdua."

"Oke."

Soobin membuka pintu mobil lantas duduk. Satu tangannya meraih sabuk pengaman sampai terdengar bunya klik familiar. Setelahnya, Soobin mulai menjejalkan earphone ke telinganya. Pikirannya ini bising, kadang membuat dia kaget dan kadang dia jadi dengar suara aneh. Dari banyak suara itu Soobin berusaha mengenali yang mana suara Beomgyu. Siapa tahu itu jadi petunjuk mereka. Oh ya, rencana bulan Mei terus terngiang-ngiang. Kalau dari sikap dan ocehan Yuri seharusnya mereka bisa melakukannya dan yang terpenting tetap selamat karena tidak boleh ada yang terluka.

Ibu Soobin menyetir dengan handal. Karena beliau yang lebih tahu wilayah ini, jadi Soobin menyerahkan semuanya kepada beliau. Mobil pun melaju mulus di padatnya jalanan. Soobin memandang keluar, bersenandung pelan karena lagu-lagu yang menyapa gendang telinganya. Dunia ini mungkin menyeramkan tapi setidaknya Soobin beruntung masih ada di sini. Apalagi masih ada keluarganya yang terus bersamanya. Berbeda dengan Beomgyu—dia kesepian.

Gyu, tunggu kami.

Soobin tidak berani membaca Magic Island walau Hueningkai sudah menyodorkan buku itu beberapa kali ke depan wajahnya. Bukan apa-apa, Soobin takut melihat sendiri apa saja yang Beomgyu harus hadapi seorang diri di sana sedangkan di sini Soobin merasa payah karena belum berhasil membawa pemuda itu kembali.

"Eomma! sebentar!"

Soobin mendelik kemudian meminta mobil ibunya menepi sebentar. Setelah memastikan dia mengenal sosok itu, yang sekarang tengah berjalan sempoyongn di dekat pertokoan, Soobin pun turun. Dia cepat menangkap lengan pemuda itu. "Hyungnim."

.

.

Beomgyu terbangun dengan dramatis. Kepalanya sakit, suaranya habis dan tubuhnya kaku bagai ditindih monster.

"Kau sadar! Yak, baguslah!"

Night sudah menyambut Beomgyu yang baru membuka mata. Sesaat Night mendekat, Beomgyu ingin sekali mengumpat karena rasa terbakar di lehernya. "Aku .. aku haus." Seketika Night muncul lagi dengan segela air. Ruangan itu nampak temaram dengan selimut menutupi tubuh Beomgyu. Meski ranjangnya empuk, Beomgyu masih kesulitan bergerak bahkan sekadar menggeser tubuh pun sakit.

"Dengar, yang terjadi itu masalah besar tapi fokus dengan dirimu sekarang. Aku akan bawa kita berdua pergi dari sini." Burk's Homestay. Vampir. Jungwoon. Semuanya jadi gambar-gambar acak yang membanjiri kepala Beomgyu. "Jangan dipikirkan."

"Aku .. tidak.." Akhirnya Beomgyu berbaring, masih disertai sedikit ringisan. "Aku mau pulang. Sejak awal aku cuman mau pulang."

"Aku paham."

"Kenapa aku merasa seperti akan mati terus di sini?"

Beomgyu tidak bisa menangis lagi. Tubuhnya lelah luar biasa dan semuanya makin muram sekarang. Sesaat Beomgyu melirik jendela di luar sana terlihat dingin dan gelap. "Apakah kita masih di tempat .."

"Ruangan ini khusus dan para perawat saja yang dapatkan aksesnya. Hm, dan aku dapat firasat bagus sebaiknya kita bertahan karena badai salju mulai muncul apalagi lehermu .. gezz, itu butuh pengobatan juga."

Beomgyu belum berani mengecek jadi ia mengangguk samar.

"Teman-temanmu pasti berusaha agar dapat menyelamatkanmu, aku dapat merasakan mereka sepertinya akan kemari."

"Jangan! Apakah mereka sinting?! Akusaja terjebak di sini sekian lama .. kalau mereka di sini bagaimana kami bisa keluar?" erangnya. "Aku harus bebas, yah, tanpa melibatkan mereka."

"Gyu."

Beomgyu menggeleng kuat. "Tidak boleh ada yang terjebak di sini. Tempat ini terkutuk! Sialan!" Bahkan umpatan terasa bagaikan kristal kasar menyayat pita suaranya. "Aku ingin bebas dari sini!" Beomgyu merasa tubuhnya sudah menyerah untuk melawan rasa sakit, jadi dia berusaha membiarkan saja semuanya. Toh dia masih tersadar sekarang jadi seharusnya dia tidak terlalu ambil pusing meski rasa sakit bagai jarum yang ditusuk ke sulit. "Apakah ada musim dingin juga di sini? Begitu kah?"

"Yah, tidak ada yang tahu pasti bagaimana cuaca Magic Island karena tidak stabilnya tempat ini. Yang terpenting kita punya tempat bernaung sekarang, itu lebih baik daripada berkeliaran di tengah kepungan badai salju dan es."

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang