chap 8 - run away (도망갈까)

954 150 21
                                    

RUN AWAY

(도망갈까)

***

April 12.

Ada ruangan kosong di belakang sekolah. Jika kau lihat, mungkin kau akan menganggap tempat itu angker, tapi menurut Beomgyu, itu tempat untuk menenangkan dirinya. Terkadang dia merokok sembunyi-sembunyi, terkadang dia akan terdiam merenung sambil bersandar lemah. Kadang, jika sedang dalam keadaan terparah, dia berusaha menahan gejolak keinginan unuk menonjok tembok yang ada. Kalau dipikir-pikir, untuk ukuran anak sebesar dirinya, beban tersebut terlalu berat

Apalagi dengan banyak rumor di sekitarnya dan bagaimana orang tuanya jarang sekali bertanya pertanyaan; seperti bagaimana harimu? Apakah kau merasa nyaman? Apakah sekolahmu baik-baik saja Bagaimana dengan perasaanmu? Tidak ada. Segalanya hanyalah kemonotonan yang makin nyata. Kau dapat berpikir nyaman untuk idup dalam rutinitas seperti ini. Menurut beberapa orang, itu membunuh. Beomy ingin berlarian di dekat rumahnya di Daegu, dia suka berlari sampai paru-parunya seperti akan meledak dan kakinya kebas. Dia suka berlari seakan bebannya tidak dapat medekap tubuhnya dari elakang. Di Seoul, semuanya padat hanya ada gedung-gedung dan rumah-rumah yang tiada berujung. Dan sekolah yang terasa bagai penajara

Setiap hari rasanya seperti paru-parumu akan terbakar dan kelamaan meledak. Terlalu banyak gas asing yang dilesakkan masuk sedangkan kau sudah mati rasa bagaikan mayat..

***

September 10

"Hi, Darkness. My Old Friend.

Aku menulis ini karena aku tidak tahu kepada siapa aku harus mencurahkannya. Aku melihat Soobin dan Bu Hanna dalam mobil dan entah melakukan apa. Aku benci karena menjadi saksi, pihak ketiga, selalu dihantui rasa bersalah ketika aku bertemu tatap dengan Paman Choi. Padahal kan, yang seharusnya, merasa begitu terusik bahkan bersalah adalah mereka berdua. Aku bukan apa-apa. Aku tidak punya peran apapun dalam skenario mereka.

Aku tidak tahu bagaimana perasaanku; sekolah menjadi ekstra melelahkan. Taehyun selalu di sisiku tapi dia pun ragu untuk membuka mulut. Ah ya, kau tahu kan si kakak kelas itu? Dia semakin tidak terkenali. Aku mendapatinya tengah menganggu beberapa siswi gadis di kelas sebelah, aku pun memergokinya tengah mencoret tembok sekolah maupun merokok di lingkungan sekitar sekolah.

"Apa urusannya denganmu? Mau jadi jagoan, huh?"

"Tidak."

"Pergilah atau kau harus berhadapan denganku," gertaknya kasar. Aku mengunci mulutku tapi aku tetap menatapnya tanpa berkedip. Choi Yeonjun. Sampai kapan anak bandel itu tetap bertahan di sini? Jika aku menjadi Kepala Sekolah, aku mungkin akan langsung menendang bokongnya jauh-jauh. Aku juga benci nada suaranya yang merendahkan maupun tawanya yang dibuat-buat padahal terdengar sinis. "Jangan menatapku! Ma! Kau berani kepadaku hah?"

Aku pun berbalik. Di hari itu keadaanku kacau, aku penuh dengan rasa cemas. Bahkan kepalaku pening dan pandanganku kabur di kelas selanjutnya. Aku meremas tanganku yang gemetaran sedangkan kakiku terus mengetuk-ngetuk resah. Aku tidak tahu bahwa serangan panik itu akan muncul seperti ini. Apalagi, sejak di Seoul aku berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.

"Kau ... baik?" tanya Taehyun.

Aku hendak bergumam namun suaraku tertahan begitu saja. Jadi, aku hanya mengangguk pasrah. Kucoba untuk terfokus kembali kepada papan tulis. Aku tidak tahu, aku tidak mau di mana pun.

***

September 18

"Kau akan berjaga dengan Yoo Jian, tapi kau tahu, kau seharusnya bersama dengan Choi Yeonjun. Dia kena hukuman dari Pak Jeon untuk ini," ujar Taehyun sewaktu mereka mendapatkan selembaran di sana.

Beomgyu langsung merapatkanrahangnya. "Aku?"

"Tenanglah. Dia tidak akan muncul. Aku jamin, dan itu semakin bagus kan? Dia akan langsung dikeluarkan dari sini."

Beomgyu tidak mendengarkan itu sebagai kabar baik. Karena apa? Dia sudah tahu dari Paman Choi bahwa meskipun sekarang Yeonjun hidup bukan dari keluarga berada. Tetapi, Neneknya punya sebagian harta di sekolah ini. Diam-diam, satu Bibi Yeonjun yang membuat Yeonjun dipertahankan di sini. Oke, dipertahankan terdengar agak penuh paksaan dan tuntutan. Sebenarnya, dia mengemis-ngemis belas kasih Kepala Sekolah agar Yeonjun tetap bersekolah. Membayangkan Yeonjun dikeluarkan bukanlah berita bagus, terlebih, anak itu mungkin akan semakin di luar batas. Bibi Yeonjun tidak mau melihat keponakannya semakian hancur.

"Mustahil."

Akhirnya, Beomgyu keluar dari ruangan kelas. Beberapa anak lain begitu senang dengan kabar booth yang mereka tempati dengan kawan-kawan mereka maupun hal-hal yang dijajakan atau ditawarkan nampaknya tidak rumit. Nah, Beomgyu? Dia perlu menjaga stand aksesoris yang notabene selalu ramai dan bersama Choi Yeonjun! Mustahil gadis bernama Yoo Jian ini bahkan mau muncul, jika dia tahu kebenarannya.

Taehyun menahan bahu Beomgyu hingga Beomgyu berbalik. Taehyun menghela napas pendek. "Aku bisa menggantikanmu kalau kau mau. Aku akan berjaga di booth makanan dengan Lee Junhoo, kita bisa bertukar."

"Itu akan menjadi masalah."

"Tidak apa. Kau tahu, daripada kau merasa tertekan seperti itu." Taehyun mengulas senyuman tipis. Aku tidak tahu bagaimana Choi Yeonjun mungkin akan membullyku kemudian. Taehyun bahkan masih ingat bagaimana dia berhadapan dengan sosok itu dan Yeonjun mengatakan banyak hal-hal menyakitkan. Soal menjadi tidak terlihat maupun menjadi sosok tidak berarti di sekolah. Sepertinya, Yeonjun punya dendam kesumat dengannya. Apalagi, Yeonjun seringkali menunggunya di belokan sekolah kemudian memalaknya agar memberikan sebagian uangnya.

Jika tidak dipenuhi? Yeonjun tidak segan untuk memukul kepala Taehyun dan melakukan apapun yang ia mau. Jika emosinya tidak terkendali, dia bahkan akan langsung mendorong Taehyun kasar kemudian memukuli Taehyun dengan mudah. Untung saja, Taehyun punya sedikit kemampuan bela diri sehingga ia terhindar dari banyak "baku hantam" tetapi, melelahkan juga melakukan itu terus menerus.

Aku seperti mangsa empuk untuknya.

***

September 25

Hueningkai meneguk ludahnya samar. Masih diliputi kengerian, dia menyendar di dinding dingin sekolah. Tadi, dia hampir saja kehabisan napas setelah melihat Beomgyu yang nyaris melewati pembatas, mungkin, akan menjadi potongan daging jika benar terjun bebas. Untung saja, dia cepat menyalakan alat pemadam kebakaran yang ada. Gemetaran, dia pun melihat Pak Jeon kalang kabut mencari beberapa orang kemudian dia menanyakan apakah semuanya lengkap. Beomgyu justru terseret. Bukan, bukan karena Pak Jeon benar-benar tahu bahwa Beomgyu akan melompat tapi dia tahu bahwa alat pemadam itu dibunyikan di atap tersebut.

Beomgyu memalingkan wajahnya dan berjalan kembali ke kelas. Hueningkai sejujurnya lega karena semuanya sudah diperbolehkan untuk kembali ke kelas masing-masing. Meskipun, masih ada raut kekhawatiran di wajah Pak Jeon. Sedangkan, Kang Taehyun, justru baru muncul dan terlihat kebingungan.

"Ada apa? Mengapa ribut begini?"

"Ada yang membunyikan alarm di atap."

"Bagaimana bisa?"

Siswa itu mengedikkan bahu dan masuk ke dalam. Taehyun hendak bertanya lebih lanjut, namun Bu Kim sudah masuk dan mulai menyuruh mereka untuk mengeluarkan buku. Taehyun melirik Beomgyu yang masih pucat di kursinya. "Tadi ada ..."

"Aku tahu."

"Kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat."

Beomgyu tersenyum miring dan menggeleng.

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang