chap 5 - huening kai (휴닝카이)

868 153 21
                                    

5. Huening Kai (휴닝카이)

The Boy that drowned

Agustus. 4

Hueningkai terduduk dengan baki berisikan makan siangnya. Dia tersenyum kecil kemudian menolehkan wajahnya, mendapati sosok itu masih makan degan kidmat. "Beomgyu hyung, aku boleh bergabung kan? Kemarin kau seharusnya ikut latihan piano—"

"Aku sibuk."

Hueningkai mencebik kemudian meraih sumpitnya. "Sayang sekali. Kau kan bermain dengan bagus," ujarnya dan mulai menyantap nasinya perlahan. Dia menoleh. "Kau ada masalah?"

Beomgyu hanya terdiam, menyantap makanannya dengan khidmat. Bukan rahasia lagi jika Beomgyu itu pelit bicara, tapi dari ke hari, tidak peduli seberapa gencar Hueningkai membangun percakapan, Beomgyu dapat dengan mudah menebasnya dengan sikap dingin dan tatapan tidak tertarik seperit itu.

"Ceritalah aku mungkin akan membantu."

"Aku duluan ya." Ia justru bangkit, membuat Hueningkai terperangah di kursinya. Tanpa beban, Beomgyu justru menaruh baki kosong itu di meja panjang tidak begitu jauh dan berjalan begitu saja.

Astaga, hyung itu.

***

November. 3

Hyeri jadi serba cerewet. Kecepatan bicaranya mengalahkan kilat sekalipun, apalagi Taehyun tidak terlalu mendengarkan karena bising yang kembali menyerbunya. Taehyun benci jika suara-suara itu makin riuh bagaikan kepalanya adalah ruangan yang sempit dan pengap.

"Aku sudah bilang ... jangan memaksakan diri ..."

"Bisa diam, tidak?" katanya, tenang namun dengan suara yang dalam. "Aku berusaha untuk tidak bersikap kasar denganmu."

Hyeri mencelus. "Kau ini! Aku hanya berusaha untuk peduli. Astaga, maafkan aku." Gadis itu akhirnya bangkit dari kursi yang ada di sebelah Taehyun untuk duduk di tempatnya sendiri. Sejenak, dia sempat menoleh dengan tatapan menyipit sinis dan bibir mengerucut gusar, namun Taehyun tidak ambil pusing.

Dasar berisik.

Taehyun menunduk, mendapati beberapa lembaran mengenai Yeonjun. Informasi yang ia kumpulkan dengan bantuan otar encernya. Ternyata, dua mangkuk ramyun bisa membuatnya mendapatkan semua informasi ini dari Ryu, teman Yeonjun. Dia murid yang bermasalah—itu bukan hal baru. Apalagi catatan detensi dan kejahatannya bagaikan murid yang berpotensi besar utnuk didepak kapanpun. Taehyun agak mengeryit mendapati beberap akolom mengenai kebiasaan Yeonjun; merokok, kadang mabuk, mencorat-coret tembok, berbicara dengan nada mengejek, dan lain sebagainya.

Satu foto terakhir membuat Taehyun terdiam cukup lama.

"Dia sayang sekali dengan benda itu, bagaikan nyawanya separuh di sana."

Pemantiknya.

Taehyun mengeryit dalam. Untuk ukuran anak 'urakan' seperti Yeonjun, memiliki benda tersayang adalah hal yang mustahil. Karena dia bisa saja dengan mudah menghancurkan bahkan membuat masalah dngan benda itu. Mungkin satu hal ini pengecualian.

***

Agustus. 9

Soobin mengepalkan tangannya yang berkeringat. Tidak pernah dia merasa segugup ini tetapi duduk di ruangan tersebut, berhadapan dengan Pak Choi cukup membuat dia mati rasa untuk sejenak. Terlebih, Pak Choi sudah mendelikkan matanya. Sekarang, pria itu mulai membuka-buka map di tangannya. "Kau tahu, aku sangat terkesan dengan prestasimu."

"Hm, begitu."

Pak Choi mengangkat wajahnya seraya membetulkan letak kacamatanya. Dia pun menaruh map tadi dan menaruh kedua tangannya di atas meja. Pandangannya lurus. "Kau sudah tahu soal keponakanku kan?"

Soobin kehilangan kata-kata untuk sejenak. Mengapa dia perlu tidak tahu? "Ah, ya, Choi Beomgyu. Aku tahu tapi tidak mengenalnya dengan dekat."

"Bagaimana dia di kalangan anak-anak lain? Dia tidak terlihat senang."

"Ak .. aku tidak tahu. Dia sepertinya cukup populer, tapi aku juga jarang melihat dia mengobrol. Apakah ada masalah dengan itu?" tanya Soobin, agak ragu.

Pak Choi menggeleng. "Tidak masalah. Hanya penasaran. Keponakanku itu sudah kuanggap seperti anak sendiri. Dia jadi sedikit pemurung akhir-akhir ini. Aku hanya khawatir karena pergaulan saja. Kau tahu kan, aku tidak menyalahkan siapapun. Kalau kau bisa mengajaknya berteman, itu akan lebih baik. Apalagi kau anak baik-baik." Soobin meringis samar mendengar kata terakhir; anak baik-baik. Apakah dia sebaik itu? Soobin menunduk dalam kemudian merasa hatinya mencelus. Apakah ada anak baik yang diam-diam menyelinap untuk bertemu Bu Hanna hanya untuk menghabiskan waktu bersama? Apakah ada anak baik-baik yang sebenarnya belajar karena Bu Hanna yang mendorongnya kemudian mereka dapat berkencan diam-diam? Apakah Bu Hanna...

"Istriku ... sepertinya dia menyukaimu pula."

Soobin meneguk ludahnya sementara Pak Choi tersenyum tipis. "Hanna sepertinya percaya bahwa kau semakin gemilang." Soobin mengangguk kaku kemudian tersenyum kecil. "Nah, sekarang kembalilah. Tidak ada yang ingin kutanyakan lagi, terima kasih," tukasnya.

Soobin merasa keirngatnya masih belum mengering, sementara dadanya berdegub. Istriku sepertinya menyukaimu.

Choi Hanna.

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang