chap 13 - one dream (하나의 꿈)

867 143 35
                                    

CHAPTER 13

ONE DREAM (하나의 꿈)

|

Kau tahu? Mimpimu tidak sempurna saat kau bangun. Aku mengigitnya dan menelannya bulat agar kau tidak ketakutan di pagi hari. Aku sengaja mengorbankan diriku dengan terus menerus kenyang karena mimpimu sepahit empedu dan kecut bagaikan limau mentah.

Beomgyu tidak dapat istirahat. Si boneka yang bernama "Night" terus saja membisikkan kata-kata mengerikan nan mencekik. Beomgyu harus dapat "mengakses" mimpi teman-temannya, padahal Beomgyu sendiri tidak tahu bagaimana caranya; "Ya! Beritahu aku dengan jelas!" ujarnya dengan protesan keras.

"Kau tidak mengenal teman-temanmu, memangnya? Kau cari tahu apa yang mereka impikan lalu kau akan muncul di sana."

"Kau sinting?!"

Namun, Beomgyu hanya dapat memeluk lututnya. Jika terus mengingat hanya ada 40 hari kesempatannya agar terbebas dari sini, Beomgyu merasa dada dan bahunya terasa berat, bagaikan dilimpahkan banyak sekali bebatuan besar. Beomgyu tidak tahu lantas apa yang terjadi dengan dirinya, maupun Taehyun beserta yang lain.

Apakah di sana dia disangka mati?

Apakah Ayah dan Ibunya merelakannya begitu saja?

Bagaimana dengan hubungan Paman Choi, Bu Hanna, bahkan Soobin?

"Pikirkan dirimu sekarang dan masuki mimpi itu!" titah boneka "terkutuk" itu. Beomgyu balas mencebik kemudian mengigit dalam bibirnya. Matanya mengabur penuh dengan air mata yang mendidih, ia berusaha menahan tangisannya dan memusatkan pikirannya. Sekarang jelas;

Dia harus bebas dari sini!

*

*

Hubungan Beomgyu dengan Soobin tidak dapat disebut harmonis. Bagaikan dua sisi koin, mereka ada di seberang dan sisi yang berbeda. Beomgyu sadar bagaimana Soobin mengejeknya maupun mencibirnya dengan penuh nada merendahkan. Soobin terkenal dengan berbagai prestasi dan persona kuat sebagai Ketua Kelas. Jadi, ketika Beomgyu tiba di kelas untuk pertama kali, Soobin hanya memperhatikannya dengan mimik mengejek. Beomgyu berusaha tidak peduli, tetap saja, ia merasa terusik dan menggaruk tengkuknya berulang kali.

"Jadi, Choi Beomgyu ... kau dari Daegu?"

Beomgyu mendongak dan mengangguk singkat. "Begitulah."

Soobin mencodongkan tubuhnya. "Semoga kau betah di sini," katanya setengah berbisik. Kemudian, dia dengan teman-temannya tertawa meninggalkan meja dan kursi Beomgyu. Beomgyu hanya menatap kosong ketika mereka pergi dari kelas, sedangkan dia pun mengetatkan rahangnya. Sejak awal, dari momen Ibu mendaftarkannya di sekolah tempat Paman Choi mengajar ini, Beomgyu sudah berfirasat kuat dia tidak akan pernah cocok.

Sekarang, rasanya hampir terbukti.

Beomgyu mengedarkan pandangannya, beberapa murid lain jelas mengabaikannya bagaikan dia bayangan maupun figur tembus pandang. Sampai akhirnya matanya tertuju kepada satu anak laki-laki di ujung terbelakang kursi, menjejalkan earphone dan berwajah datar, Beomgyu hanya mengamatinya untuk beberapa saat. Beomgyu bagaikan melihat bayangan dirinya di masa-masa lalu maupun masa mendatang; sendirian, tersisihkan, dan tidak terjangkau siapapun.

Sekarang, ini kenyataan. Di dimensi ini. Siapa yang ia punya?

*

*

Oktober 2

Soobin menekan dadanya yang sesak. Sebenarnya, dia perlu memeriksakan diri lagi sesuai dengan anjuran dokter yang merawatnya sesaat dia lepas dari kobaran api. Namun, apa gunanya, sih? Soobin sudah ingin pergi dari kamar inapnya tersebut. Apalagi, Ibu dan Ayahnya tidak terlihat di manapun. Katanya, mereka baru tiba nanti sore karena penerbangan mereka sempat tertunda di Singapura. Hah, bukan berita baru.

"Biaya kamar dan pemeriksaan Anda sudah ditanggung oleh pihak sekolah, Tuan Muda."

"Oh, baiklah," katanya dan merenggangkan ototnya lengannya yang kebas. Tanpa merasa berat, dia pun pergi dari koridor tersebut. Dia sempat berpapasan dengan beberapa murid lain yang masih terbatuk dan mengenakan gips di tangan maupun kaki. Tidak sedikit pula yang diperban dan mengalami luka bakar yang serius serta duduk di atas kursi roda. Soobin tidak mengatakan apapun dan langsung menggeluyur pergi dari sana. Dia menghirup udara banyak-banyak, kemudian mulai melangkah keluar dari gerbang besar rumah sakit.

*

*

"Tuan, Ibu Anda menelpon."

Soobin meraih gagang telepon tersebut dan menempelkan di telinga. Di hadapannya, Soobin disuguhkan berbagai makanan. Beberapa pelayannya terkejut ketika mendapati Soobin sudah muncul di ambang pintu dan mendesak untuk masuk. "Ya, Bu?"

"Kau di mana? Aku menelpon pihak rumah sakit tapi mereka bilang kau sudah keluar dari sana!"

"Memang."

"Kau ... gila? Kau belum pulih. Ibu dan Ayah ..."

"Soobin-ssi, kau dengar Ayah? Mengapa pulang cepat-cepat? Kami akan tiba beberapa jam lagi."

"Ingin saja. Aku benci rumah sakit." Sebelum orangtuanya sempat mengoceh lebih jauh dan tentu saja menganggu Soobin yang tengah makan dengan layak (masakan rmah sakit yang terburuk di lidahnya), ia pun melanjutkan. "Sudah ya, Bu. Aku mau istirahat setelah ini. Sampai jumpa." Akhirnya, Soobin menyerahkan kembali gagang telepon dan melanjutkan aktivitasnya menyuap sup krim hangat itu. Tidak berapa lama, ia meraih tisu dan meneguk minumanya.

"Tuan, apakah ada yang Anda butuhkan?"

"Aku akan istirahat. Jangan ganggu." Tubuh tingginya meninggalkan ruang makan. Bersama dengan sisa tenaga yang mulai terisi lagi, Soobin sampai di depan kamarnya dan berangsur masuk. Dia bergerak hati-hati agar luka di lengannya tidak tergores maupun tertindih beban tubuhnya. Dia mulai memejamkan mata.

*

*

"Soobin-ssi, kau dengarkan aku?"

Beomgyu bertanya dengan nada terputus-putus. Setengah putus asa, dia berusaha untuk terus mengucapkannya dengan suara sejelas mungkin. "Kalau dengar, jawab aku!" Dilihatnya si boneka sudah memandanginya dengan serius. Beomgyu sudah tahu bahwa mungkin usahanya hampir sia-sia. Mimpi Taehyun yang paling sulit ditembus. Apakah dia bahkan istirahat? Beomgyu agak mengkhawatirkan Taehyun, sebenarnya, pasti Taehyun merasa terpukul dengan insiden kebakaran itu. Jelas, Taehyuntidak cocok dengan segala hal bersangkutan dengan api. "Kau pikir ada yang mau mendengarkanku?"

"Can't you hear me, Soobin?"

"Can't you see me?"

[]

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang