chap 30 - yuri (유리)

211 43 4
                                    

CHAPTER 30

YURI

The girl who can see two worlds (odd eye)

.

Mereka bilang aku Pengendali. Padahal kenyataannya aku hanya Penjelajah, aku tidak punya kendali atas apapun. Tugasku hanya melakukan perjalanan ini dan menunjukan kepada kalian apa yang terjadi.

Yuri terkesiap. Panggung bonekanya jadi tidak berkesan lagi, atau bahkan menarik karena suara-suara di belakang pintu. Yuri tahu seharusnya dia tetap bermain dengan Betty dan Kruz, dua boneka barbie yang sekarang tengah menjadi perhatiannya. Apalagi mereka tengah seru-serunya (Betty menuduh Kruz memakan kue buatannya padahal kue itu untuk tetangga mereka). Yuri seharusnya tetap tenggelam dalam dialog-dialog fiktif yang dia ciptakan sendiri. Tetapi, Yuri tidak bisa. Jadi dia menoleh kecil, berhenti menggerakan dua boneka tadi untuk melihat keluar pintu kamar.

"Aku sudah bilang! Aku tidak masalah dengan itu .."

"Tapi kau terus menuntutku?! Apakah kau tahu betapa aku sangat tertekan? Aku juga tidak mengabaikan Yuri, aku terus memberikan perhatian kepadanya. Kalau kau masih menuduhku lari dari tanggung jawabku sebagai ibu—bagaimana denganmu? Apakah kau sempurna menjadi ayah untuk putri kita? Kau punya jawaban bagus?" Ibu melengkingkan suaranya. Yuri mengetahui itu sebagai Suara Mengerikan dan dia tahu mengapa sekarang tubuhnya merinding hanya mendengarkan. Padahal Yuri bukan subjek, melainkan objek, tapi tetap saja, rasanya aneh.

"Kau .. apakah kau tidak pernah menyadarinya? Kau terlalu sibuk! Kau tidak pernah ada untuk kami!"

Yuri menghela napas. Ia pun menaruh kedua boneka tadi di panggung kecil buatannya kemudian bergerak menuju tempat tidur. Seharusnya ia tidak bermain, seharusnya ia tidur saja sejak tadi. Matanya agak memanas karena seolah-olah Yuri lah, karena Yuri, ini semua disebabkan oleh Yuri makannya orang tuanya terus berdebat hebat layaknya sekarang. Bisa dihitung, ini perdebatan (sebenarnya lebih pantas disebut pertengkaran/ adu mulut/ cekcok sengit) yang kedelapan dalam tiga hari belakangan ini.

Yuri mendekap bantalnya, memandang jauh keluar jendela sembari kepalanya agak dinaikkan. Apakah aku harus pergi? Mengapa tidak aku saja yang pergi? Kalau aku tidak di sini pasti mereka pasti tidak akan seperti ini. Mengapa aku ada? Mengapa aku .. terjebak.

.

.

Yuri meremas pegangan ranselnya seraya mendongak. Wajah ibu Yuri nampak tenang, berbeda dari yang Yuri intip tiap kali ibu berhadapan dengan ayahnya. "Nah, sekarang belajar dengan baik, Yuri­-ya. Nanti saat pulang sekolah kita jalan-jalan sembari melihat cherry blossom kemudian beri es krim atau cemilan kesukaanmu, oke? Kau pulang cepat kan?"

Yuri mengangguk meski setengah hati.

Ibunya mengusap kepala Yuri pelan. Sebuah senyum masih terukir cantik dan dia menegakkan punggungnya sembari mengusap pelan kepala Yuri. "Hati-hati. Sana, bergabung dengan yang lain," katanya.

Yuri pun mengangguk lagi. Ia pun pamit dari hadapan ibunya seraya berjalan dengan pelan. Biasanya mereka akan pergi melihat cherry blossom bertiga, apalagi ayahnya yang akan menyiapkan kotak bekal berisikan makanan agar mereka bisa berpiknik pula. Biasanya mereka akan berfoto sembari bercerita soal banyak hal. Tahun ini sepertinya lain, Yuri tahu akan hal yang terjadi lebih dari ini.

Perubahan selalu terasa seperti obat terpahit di dunia. Yuri paling tidak tahan dengan perubahan terlebih yang mendadak. Perubahan pertama; mereka hanya pergi berdua. Perubahan kedua; ibunya yang terlihat seakan menegarkan diri. Perubahan ketiga; ibu jauh lebih perhatian kepada Yuri bahkan mendesak untuk mengantarkan Yuri sebelum pergi ke kantor. Perubahan keempat; Yuri tidak merasa sedih lagi, justru ikhlas. Dia tidak tahu apa yang merasukinya tapi perubahan ini nampaknya bisa jadi tidak begitu pahit, atau sangat pahit.

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang