MAGIC ISLAND | AU

383 77 0
                                    

MAGIC ISLAND (AU)

|

Welcome to Magic Island! Land of Hope!

Choi Yuri mendelikkan matanya sengit. Dengan tiupan terompet meriah, pita-pita yang bertebaran serta pawai yang sangat ramai, Yuri pikir, dia bagaikan jalan-jalan ke luar negeri. Mereka semua—penumpang dari kereta yang turun bersama Yuri—akhirnya turun bersama. Mereka terpana, bahkan tidak sedikit yang memekik riang. Yuri berada di barisan terbelakang, dan cepat turun sewaktu mesin kereta mulai menderu keras lagi. Dia pun mendarat selamat dan masih disamput dengan banyak badut besar yang memberikan banyak balon merah dan kuning. Tidak hanya itu, mereka membimbing mereka ke jembatan panjang yang di bawah mengalir air sebening kristal dan ikan-ikan yan meliuk indah.

Yuri berdiri di tepiannya, memperhatikan dengan ganjil. Tapi ini di mana? Magic Island? Apakah mirip dengan yang dimiliki Disney? Yuri mencebik, kemudian memperhatikan rekan-rekannya yang sudah ikut menari diiringi dengan musik keras, pawai yang terus berlangsung bahkan tidak terputus. Beberapa penampil menaiki mobil-mobil panjang berhiasan semarak dengan kostum yang tidak kalah mencolok. Mereka menari, bermain musik dan juga menebarkan permen serta cokelat.

Yuri berhasil menangkap satu dan tercenung mendapati buskus plastik tersebut yang berwarna merah muda. Di sini, tidak ada lagi penderitaan. Hanya ada suka cita dan tawa. Bahagia :) Yuri enggan memakannya, justru mengantonginya santai. Dia berjalan, melewati barisan orang-orang yang masih mengikuti arak-arakan tersebut, sedangkan Yuri masih bingung ke mana tujuan mereka, padahal nampaknya jembatan itu tidak begitu panjang.

Akhirnya, mereka berada di lapangan besar. Tidak kalah dengan situasi jembatan dan jalan, di aula ini sudah berdiri banyak stand hadiah dan makanan lezat. Yang paling penting; mereka gratis.

"Kau sudah mendaftar?"

Yuri tercekat. "Daftar apa?"

"Setiap anak yang baru datang harus mengentre di loket untuk dapatkan nomornya," ujar sosok tinggi dalam baju binatang tersebut. Yuri sempat terpukau sebenarnya, karena kemiripan binatang itu sangat persis, bahannya bagaikan kulit kedua. "Cepat mengantre!"

Yuri didorong untuk bergabung dengan anak lain di sebuah bangunan mirip tempat karcis berwarna terang itu. Dia mengantre di belakang anak gadis kuncir dua, di belakangnya, nampak anak muda dengan senyuman miring nan sombong. Mereka mengantre, makin baju, masih dengan musik yang begitu keras dan juga sorak-sorai yang membahana. Apakah tempat ini seperti ini di waktu biasa? Mengapa aku ..

"Untuk berapa malam?"

"Aku?" Yuri balas bertanya, menunjuk wajahnya. "Aku ingin kembali."

"Hm, berapa malam? Ada ketentuannya, jika kau bermalam lebih dari tiga kali kau harus ambil permen di sana," ujar si penjaga bertubuh gajah itu. Dia menunjuk satu loket yang sekarang penuh dengan anak-anak, mendapatkan permen kapas mereka sendiri dan sama-sama tertawa.

"Tapi aku bahkan tidak punya uang!"

"Kau," katanya dan membuat suara gaduh. "Kau adalah bayarannya. Selama kau di sini, yang kami butuhkan hanya lah kau dan anak-anak lain." Ia menunjukkan ke belakang tubuh Yuri, mendapati barisan anak-anak yang lebih pajang dari apapun, meliuk layaknya ular piton paling ganas dan mengerikan. Yuri tercekat. "Nah, sudah membuat keputusan?"

*

*

Yuri masih menunggu gilirannya. Oh, astaga, apakah hari ini akan terus melelahkan? Setidaknya, mereka punya penginapan kan? Karena dari tiket yang Yuri dapatkan di loket kereta—yang anehnya sangat sepi dan tidak terlihat hidup—justru kereta berikutnya akan datang besok pagi buta. Jadi artinya, dia harus bermalam di sini. Yuri masih setengah bergidik saat melihat ke arah loket permen untuk 'bermalam' tersebut. Bukan apa-apa, disuguhkan wajah fanatik dan wajah yang bersukacita itu justru membuatnya meremang dengan cara paling tidak mengenakkan.

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang