***
November. 3
Yeonjun menatap luka di tangannya lagi, bekasnya masih mengerikan meskipun dia sudah mengobatinya sejak kemarin. Ketika Hueningkai melihat, jelas sekali temannya itu jadi sebawel Ibu-Ibu yang baru melihat anaknya jatuh di arena taman bermain. "Hyung, kau ini ... ceroboh sekali."
"Ini luka biasa."
Meksipun begitu, Hueningkai cepat mengeluarkan obat bersama dengan perban. Hati-hati, dia membalut luka Yeonjun kemudian tersenyum puas. "Jika kau terluka, beritahu aku. Aku akan memarahimu kemudian mengobatimu," gumamnya pelan.
Yeonjun terkekeh ringan. Aku terluka lebih sering daripada yang kau kira. Mereka pun duduk bersebelahan. Hubungannya antara Hueningkai bisa dibilang tidak biasa. Yeonjun sering dianggap sebagai 'anak bandel' maupun 'pembangkang' sedangkan Hueningkai terlihat normal dibanding teman-teman lain. Dia bukan juara, tapi nilai-nilainya dapat membantunya untuk bertahan. Dia pun supel dan punya banyak teman serta terlihat tersenyum sepanjang waktu. Kadang, Yeonjun iri dengan Hueningkai meskipun Yeonjun tidak tahu ada apa yang tersembunyi di balik senyuman demi senyuman tersebut. "Kau tidak pernah sedih ya?"
"Aku bisa sedih. Saat Beomgyu hyung dinyatakan meninggal. Aku sedih sekali." Hueningkai setingkat di bawah Beomgyu dan Taehyun, dan dalam beberapa kesempatan, Hueningkai sempat mengobrol dengan Beomgyu untuk urusan pelajaran. "Dia anak yang baik."
"Hmm, aku tidak mengenalnya dekat. Dia murid baru itu kan?"
"Benar. Dia keponakan dari Pak Choi. Dia dari Daegu."
"Kau tahu banyak ya?"
Hueningkai menggaruk tengkuknya canggung. "Semua orang suka membicarakannya. Dia cukup tampan dan terkenal di kalangan perempuan. Beberapa curhat kepadaku agar bisa dekat dengannya tapi Beomgyu hyung tidak bisa didekati dengan mudah." Yeonjun mengangguk perlahan. Aneh sekali Taehyun jadi membahas Beomgyu lagi, padahal peristiwa kebakaran dan Beomgyu adalah dua hal tabu yang jarang sekali bahkan tidak perlu dibicarakan sekolah. Mereka sudah membungkam seluruh media yang hendak mengorek kasus tersebut dan orang tua Beomgyu pun sudah mendapatkan sejumlah uang berduka serta klaim asuransi yang menggunung karena kematian putra mereka. Membahasnya seperti membuka luka lama yang tidak sepatutnya untuk dibahas kembali.
"Mungkin dia masih sesedih itu, hyung," ujar Hueningkai seolah dapat membaca kebingungan di raut wajah Yeonjun.
"Mungkin saja."
"Mereka berdua terlihat akrab dalam beberapa kesempatan, bukan?'
Yeonjun mengerdikkan bahunya. Toh dia sudah di tingkat akhir, dia akan segera pergi dari sekolah ini. Drama kematian murid lain adalah satu-satunya hal yang ingin dia lupakan dan setelahnya bebas dari kekangan bernama sekolah ini. Yeonjun membayangkan akan pergi ke Busan kemudian memulai kehidupan di sana. Dia juga sudah membayangkan jauh dari kakaknya dan tidak lagi didiktator untuk selamanya.
"Hyung, jangan terluka lagi ya."
Yeonjun menarik senyuman. "Kau juga. Jangan terluka atau bahkan pergi. Jika aku sudah lulus nanti, kau harus ingat untuk mengabariku." Ia mengacak rambut Hueningkai jahil kemudian keduanya sama-sama tertawa perlahan.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC (마법) | txt
FanficPeristiwa kebakaran di Seoul Science & Art School meninggalkan banyak misteri. Kang Taehyun pun berusaha untuk menemukan kepingan demi kepingan informasi dan membuktikan bahwa sahabatnya, Choi Beomgyu, tidaklah terbunuh di hari itu. Copyright 2019 b...