Chap 12 - 40 Days (40일)

805 140 20
                                    

CHAPTER 12

40 DAYS (40일)

|

Oktober 2

Taehyun memiringkan tubuhnya. Sesak itu bahkan tidak berarti lagi, atau bahkan kakinya yang melepuh pun tidak dia pedulikan. Beomgyu. Choi Beomgyu. Sosok yang gemar tertawa dan bercanda dengannya. Bahkan dibanding teman lain, Beomgyu nampak santai saja di sisinya. Meskipun ia sering mendebat Beomgyu yang punya kebiasaan berbeda darinya. Bocah itu benci seafood, keramaian bahkan orang yang bersendawa. Bocah itu juga benci sayuran serta udang goreng kantin yang padahal sudah terkenal melegenda. Entah mengapa, dari perbedaan yang terbentang, mereka justru cocok.

Seseorang masuk kemudian mendekati ranjang Taehyun. "Kau sudah ... sadar?"

"Di mana temanku, Dokter?"

"Ah, mereka di luar ..." Segera saja Taehyun bangkit namun ia agak limbung karena kakinya yang tidak dapat menumpu berat tubuhnya. Sang dokter langsung menangkap sisi tubuh Taehyun dan membimbingnya ke dekat ranjang lagi. "Kau belum pulih benar. Kakimu sempat tertindih satu kayu yang terbakar. Kau butuh beberapa waktu agar lukanya mengering dan kau bisa berjalan lagi."

"Tidak."

"Tenanglah, aku akan panggilkan Ibumu..."

Taehyun terus menggeleng kuat. Itu mimpi kan? Beomgyu tidak benar-benar menembus api kan? Bodoh! Bodoh! Bodoh! Tidak berapa lama, seseorang masuk ke dalam ruangan seraya berhambur mendekati Taehyun yang memasang wajah datarnya. "Taehyun-ah? Kau bisa dengar Ibu?"

Taehyun hanya bergeming hingga Ibu menunduk seraya meraih wajah Taehyung. "Dengar, ini bukan kesalahanmu ..."

"Beomgyu..."

"Dia sudah tenang--"

"Tidak! Dia di sana! Kita harus kembali, Bu!" Pekikannya berubah jadi tangisa kencang dalam beberapa menit. Ibu sudah meraih tubuh Taehyun yang lemah dan membungkusnya dalam dekapan teramat erat. "Bu..."

*

*

Beomgyu mengenggam boneka itu dengan mengigil. Tidak yang dapat dia lihat dengan suasana gelap tersebut. Ada beberapa ranting dan akar pohon besar, membuatnya hampir terjungkal sedangkan jarak pandangannya kian minim. Akhirnya, karena lelah tidak mendapatkan apapun atau setidaknya satu tempat berteduh, Beomgyu pun terduduk di dekat salah satu pohon. Dia masih menangis dan diliputi rasa syok.

Adegan ketika si Jubah Hitam menarik tubuh adiknya ... Beomgyu merasa mual dan merasa bersalah teramat dalam. Seharusnya dia tidak langsung keluar! Seharusnya dia menarik gadis itu dengannya! Lebih banyak penyesalan menyesaki dadanya yang terasa memberat. Akhirnya, Beomgyu pun terdiam dalam beberapa saat. Sekarang apa? Tadinya, ia pikir segala penderitaan itu berakhir. Tadinya, dengan mati ia pikir ia akan bahagia.

Mengapa hidupku seperti serangkaian tragedi tanpa ujung?

Malam makin pekat. Terdengar suara burung yang mengoak-oak dari kejauhan maupun suara gemerisik di beberapa semak. Beomgyu pun merasa dingin menembus ke tulang dan rasa tidak nyaman karena tidur hanya beralaskan daun kering yang ia temui dengan harapan tidak ada hewan merayap atau serangga jahat yang hendak mengigitnya.

Beomgyu memejamkan mata, masih dengan sisa tangis yang meleleh di matanya. Berharap bahwa esok terampas dari gengamannya dan ini hanya mimpi di tengah siang bolong nan sepi.

MAGIC  (마법) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang