20. Lembar Baru

96 11 2
                                    

“Kalau gue gak berharga, seenggaknya lo kasih tahu gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kalau gue gak berharga, seenggaknya lo kasih tahu gue. Apa susahnya?”



Selamat Membaca














































Mina menatap pantulan dirinya. Malam ini, ia pergi ke rumah orang tuanya dengan Hyunjin. Setelah bersiap, Mina keluar dari kamar, menuruni tangga, dan menghampiri Hyunjin yang sibuk bertelepon entah dengan siapa.

"Iya, ntar gue kesana deh."

"...."

"Awas lu kagak buat makanan kesukaan gue!"

"...."

"Bodo amat, pokoknya harus. Semeleketek lu, ah! Dahlah gue males."

"...."

"Ya, ya, ya, ya, dah say!"

Hyunjin berbalik setelah berbincang dengan orang diseberang sana. Kedua matanya menatap Mina yang berdiri meremat ujung dress biru selututnya di ujung tangga.

"Udahan?" tanya Hyunjin.

Cewek itu, mengangguk pelan. "Udah," katanya.

Dirinya berjalan keluar rumah membututi Hyunjin yang malam ini berpakaian kemeja putih dan celana bahan yang agak mencetak kaki jenjangnya.

Hening, emang biasanya hening diantara mereka. Hyunjin yang sibuk mengendara dan Mina sibuk main handphone.

Cittt!!

Dencitan ban mobil terdengar jelas. Tubuh Mina terhempas ke depan hingga handphonenya terlempar ke dasboard. Dilihatnya Hyunjin yang berbuat ceroboh dengan mengerem dadakan.

"Hyunjin! Lo mau buat gue celaka!" dongkol Mina menatap Hyunjin kesal.

"Bukan Lo doang! Gue juga!" balas Hyunjin.

"Makanya dong! Kalau Lo gak bisa nyetir, kagak usah nyetir! Gue bisa pesen ojek aja!"

Hyunjin merotasikan bola matanya malas. "Dan kalau gue gak ngerem kita bakal kecelakaan bego! Liat noh! Mobil yang hampir buat kita celaka, diperempatan malah ngegas kek orang mabok!" jelas Hyunjin.

Mina menatap arah tunjuk Hyunjin. Dan gendang telinganya tanpa permisi berdenging hebat, kepalanya berat. Sekelabat bayangan putih menari-nari abstrak dihadapan Mina. Suara dencitan ban, teriakan orang-orang, dan menggemanya suara benturan besi.

Musuh || HHJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang