34. You're the reason

54 9 3
                                    

“Because I need you to see, that you are the reason

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Because I need you to see,
that you are the reason.”




























***

Hari yang cerah dipilih Nayeon dan Mina untuk pergi ke toko buku sekaligus membeli persiapan untuk perkuliahan. Keduanya memakai setelah mocca menjadikan tampak seiras.

"Cute banget keyboardnya." Nayeon berhenti disalah satu etalase toko elektronik.

"Warnanya pastel, gue suka," imbuh Mina.

Kedua mata Nayeon berbinar. "Masuk dulu, yuk, gue mau beli lain-lain biar ipad baru tambah baru," ajak Nayeon.

"Tapi jangan lama-lama."

"Iya, udah sini masuk dulu. Gue jamin lo bakal keracunan juga." Nayeon menarik tubuh Mina cepat.

Mina membututi Nayeon yang banyak membandingkan barang-barang lucu disini. Ia tidak dapat mengelak, jika Mina mau dia juga akan kalap melihat barang-barang lucu ini itu.

"Bentar, Yeon," kata Mina meninggalkan Nayeon yang sedang memilih papan keyboard.

Mata Mina jatuh hati pada sebuah case tab berwarna hijau pastel dengan gambar aesthetic disampulnya. Ada keinginan besar untuk membeli case tersebut.

Puk! Puk!

Sebuah tangan menepuk bahu Mina pelan.

"Dunia terlalu sempit rupanya. Sehingga kita selalu bertemu."

Mina tersenyum pelan menatap Jeong Woo dengan setelan baju hitam oblong dan celana bahan. "Benarkah? Wah, kebetulan sekali. Kau sendiri kemari?" tanya Mina.

Jeong Woo mengangguk cepat. "Oh, ya, apa kau kenal Kak Hyunjin sebelumnya?"

"Tentu," jawab Mina tanpa ragu.

"Apakah kau bagian dari keluarganya?"

Mina membisu seribu bahasa. Memilih menatap sneakers putih yang ia gunakan. Oh, tidak, sepatu Mina tidak baru. Ia hanya sedikit tertekan dengan pertanyaan itu.

Puk! Puk!

"Boleh aku cerita sedikit?" tanya Jeong Woo.

"Tentu, silahkan."

"Ayah dan ibuku menemukan kak Hyunjin dibalik hujan yang deras di pemakaman kota. Keadaannya sangat kacau saat itu, sembari menangisi sebuah gundukan baru. Lantas ayah dan ibuku menawarkan rumah untuk tinggal. Saat malam tiba, ia bercerita begitu banyak masa. Hingga pada akhirnya, ayah dan ibu memutuskan agar kak Hyunjin tetap bersama kami--"

"Lo kenapa gerak-gerak gitu tangannya?" suara Nayeon membelah waktu serius itu.

Jeong woo nampak gugup. Ia menyilangkan tangan di depan dada. Lalu berpamit pergi. Sepertinya lelaki itu tak terbiasa bertemu orang modelan Nayeon.

Musuh || HHJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang