“Alam punya rencana, alam juga punya bencana. Apa pun itu, kamu harus siap.”Selamat Membaca---
***
"Ren..." Sang empu mengalihkan atensi pada gadis yang berada di sampingnya, "Lo yakin?" lanjutnya setelah mendapat atensi.
"Kenapa nggak?" jawabnya lantang.
"Emang nggak ada cara lain, selain ini?" Jujur, jika saja ada penolakan ia adalah orang pertama yang menyetuskan keberatannya atas rencana gilanya.
"Apa lo meragukan rencana gue?" bukannya menjawab ia malah melemparinya pertanyaan.
Gadis itu menunduk, mungkin tak sanggup untuk situasi saat ini. "Maaf--"
Lelaki itu, menjulurkan tangannya mengusap puncak rambut sang gadis "Kenapa? lo percayakan sama gue?" ia mengangguk, "Tapi apa lo sanggup sama kebencian dari mereka?"
"Itu nggak ada apa-apanya dibanding rasa sakit yang selama ini gue selami," ucapan itu, berhasil membungkam sang gadis, "nggak usah khawatir. Senyumlah!" Lelaki itu mencoba meyakinkannya, "Gadis kecilku," lanjutnya dalam hati.
Gadis itu, menyulutkan senyumnya seolah ia sudah cukup yakin kali ini. "Nah gitu kan cantik." Gadis itu memonconkan bibirnya.
"Berarti selama ini gue ngga---"
"Gue nggak bilang gitu."
"Gue cabut." Gadis itu, berdiri hendak meninggalkannya sebelum tangan lelaki itu mencegahnya. "Gimana pun lo..." Gadis itu, tetap tidak mau mendengarkan komentar lelaki menyebalkan itu menurutnya.
"Lo adalah wanita pertama yang mungkin akan singgah dihati gue!" ucapannya dengan frekuensi sangat rendah namun indra pendengar sang gadis masih bisa menangkap gelombang itu. Sang gadis menatapnya.
"Hati-hati," ucap sang lelaki kemudian fokus pada layar laptopnya.
"Ini mungkin hanya mimpi," batin sang gadis yang masih menatanya, "Tapi bolekah gue bantu untuk kata 'mungkin' itu menjadi sebuah kenyataan?"
***
"WOY!!" gebrakan yang diperbuat lelaki itu berhasil menarik jutaan setan yang melintas untuk sebuah protes.
"Gemblung!!!"
"Wong edan!!!"
"Kampret."
"Anj*r."
"Brantem yuk!"
"Puret!!!"
Kemungkinan seperti itu efek yang ditimbulkan dari sebuah gebrakan tanpa sengaja yang menyebabkan seisi kantin refleks yang meretep. Alih-alih merasa bersalah, lelaki itu seolah bangga atas aksinya barusana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh || HHJ
Teen Fiction"Gue tahu apa yang akan terjadi kedepannya." "Gak usah sok tahu lo, masih bau kencur udah belagu!" -Hyunjin. 13+