Selamat Membaca
"Maaf na, tapi gue butuh penjelasan,"
tanpa sadar angin menyapu kalimat itu.Mina pergi menjauh dari RS yang memang telah muak dengan bau obatnya.
Beberapa notif juga panggilan menghiasi layar ponselnya yang ia acuhkan. "Hiks..." Mina tersenyum hambar yang dihias derai air mata, "hah... hah... hiks... hiks... Kak Tae." Ia mengambil kater yang ada di tasnya yang ntah kapan ada. Entahlah! Ia memandangi dengan rasa yang berkecambuk. Apakan ini memang yang terbaik untuk mengakhiri takdirnya? Apakah dikehidupan selanjutnya akan menjadi lebih baik? Tentu tidak, tapi Mina Frustasi. Semua berkecamuk dalam benak. Semua orang--
Bunda,
Ayah,
dan
Hyunjin,
Semuanya masih terlalu berharga untuk menjadi sebuah ingatan yang mungkin pernah menjadi nyata.
"Na?" panggilan itu berhasil membuyarkan lamunannya. Ia mendapati sosok yang sangat familiar baginya. Ia menyodorkan jaket yang kemungkinan tadi ia pakai. "Nih." ia mendaratkan bokongnya disebelah gadis itu. Mina masih dengan rasa bingung! Untuk apa dia memberi jaketnya? Ia tidak merasa dingin, cuacanya masih cukup hangat saat ini.
Melihat gelagatnya ia paham. "Sorry, gue nggak bawa tisu. Pake itu aja," jelasnya dan Mina menurutinya.
"Ren..." Sang lelaki menoleh padanya, "Sekejam inikah...?" tanpa menjawab, lelaki itu menariknya dalam pelukan. Berusaha menguatkannya terutama ia tau jika Mina mungkin akan berbuat nekat seperti waktu lalu.
Ntah lah, karena suasananya atau lokasinya Mina benar-benar nyaman dalam pelukan sahabatnya itu dengan tanpa sadar ia menumpahkan tangisnya dalam pelukannya. "Gue tau lo kuat na. Lo bisa."
"Lo tau Na, inilah sakit atas kebenaran yang emang sebaiknya disembunyikan."
"Gue... gu..gue yang nyebapin itu... hiks."
Renjun mencoba mengambil kater yang masih digenggaman Mina. "Apa hah? Yang bakal lo lakuin?" ia berusaha mati-matian nyembunyiin kekawatirannya dengan amarah.
"Kasih ke gue!" Mina hanya menggeleng pelan.
"Kalo emang itu karena lo, harusnya lo buktiin kalo mereka nggak sia-sia mengorbankan dirinya buat lo bukannya malah bikin mereka percuma berkorban buat lo," kata Renjun menjeda, "Kalo lo emang mau buat mereka kecewa dan merasa sia-sia! Lakuin coba? Gue pengen liat!" lanjutnya tanpa ada jawaban dari lawan bicaranya.
"Buruan. Gue nggak punya banyak waktu." Tekannya yang malah membuat tangisnya menjadi.
"Gue emang nggak guna. Bodoh," geramnya sambil memukul-mukul kepalanya berharap denyutan yang terasa sakit menghilang. Renjun mencoba menghentikan aksi Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh || HHJ
Teen Fiction"Gue tahu apa yang akan terjadi kedepannya." "Gak usah sok tahu lo, masih bau kencur udah belagu!" -Hyunjin. 13+