"Hatchiiiuuu!!!!"
"Hatchiuuuuuuuu!!!!"
Kanza menggosok hidungnya yang memerah. Sedari tadi terus bersin-bersin, sepertinya ia terkena flu, mungkin efek hujan-hujanan kemarin.
"B-bunda..."
Kanza mengusap sebuah foto yang ia peluk saat ini. Entah kenapa sekarang ia tiba-tiba sangat membutuhkan pelukan itu. Selalu ada rasa yang melebihi dari kata rindu.
Pelukan hangat, dengan tangan yang mengelus pucuk kepalanya lembut. Serta bisikan menenangkan, yang mengatakan jika ia tak akan pernah sendirian.
Kanza seolah merasa tertampar keras, jika sekarang ia benar-benar kehilangan sosok itu. Sebuah fakta pahit, yang entah sampai kapan, akan benar-benar ia sadari jika merupakan sebuah kenyataan.
***
Panasnya sinar matahari yang membakar ditambah dengan keramaian di luar pusat perbelanjaan pada siang hari.
Terhitung untuk keberapa kalinya Kanza kembali kepergok saat tengah mencopet, dulu Arya dan untuk kedua kalinya pemuda ini. Lengan Kanza diseret untuk paksa menjauhi keramaian mau tak mau dirinya ikut walupun sedikit meronta tadi.
"Nama lo siapa?"
"Buat apa lo tau! Lo mau ngelaporin gue? IYA?!!" Main nyolot seperti biasa. Sudah tahu salah, malah tambah galak juga.
Mata orang ini semakin tajam, berbeda dengan Kanza yang malah menatap malas. Lengan putihnya dicengkeram semakin erat mau tak mau ia akhirnya menjawab.
"Kanza."
"Nama lengkap!"
Anak itu memutar bola matanya. "Kepo amat lo! Ga sekalian ditanya umur sama alamat domisili?" Seperti petugas dukcapil saja, pikirnya.
Namun, tatapan tajam masih mengarah padanya, penuh intimidasi, membuat Kanza menghela nafas berat. Meskipun enggan, ia akhirnya kembali melanjutkan, acuh. "Arkanza Ataya Kaleandra."
Mata orang ini membola.
Kaleandra?
Lengan Kanza kembali dicekal kasar oleh pemuda berbaju kemeja kotak-kotak ini, saat ingin beranjak pergi. "Mau kemana?" tanyanya.
"Sialan!" umpat Kanza terpaksa kembali membalikan badan. "Mau lo apa sebenarnya?!" tantangnya menatap nyalang.
"Gue yang harusnya nanya!!" Pemuda ini tak kalah membentak membuat mata Kanza memicing. "Lo mau ngambil dompet gue, itu kriminal!" tegasnya.
"Terus maksud lo, gue peduli, gitu?" balas Kanza dengan acuhnya.
"Gue ga perlu rasa peduli lo, tapi gue butuh rasa tanggung jawab lo!"
"Emangnya gue habis ngebunuh orang sampai gue harus tanggung jawab!" Setelah mengatakan itu Kanza menepiskan tangan itu kasar. Kembali berbalik badan tanpa memperdulikan lagi ocehan tak penting dari pemuda itu.
Sial!
Siang ini, matahari bersinar begitu terik. Dari pagi bocah itu merasa tak enak badan mungkin karena sehabis hujan hujanan kemarin. Keringat sebesar biji jagung itu jatuh begitu saja membasahi pelipisnya, bibirnya yang kini terlihat sangat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanza (End)
Teen Fiction[HALAL AREA] BUKAN lapak bl atau b×b👊 ⚠️Revisi Lanjutan Hanya tentang Arkanza, bocah laki-laki yang hidup sebatang kara, dengan segala tingkah ajaib yang tak perlu lagi ditanya. Lalu, bagaimana jika ada yang datang dan mengaku sebagai keluarganya...