Tok! Tok!
Klek!
Bocah yang barusan membukakan setengah pintu kamar itu malah menyorot seorang pria yang berdiri didepannya itu dengan tajam.
"Ayah pulangnya malem terus perasaan, lain kali kalau Ayah pulang malem lagi tidur di luar!" Omelnya, dengan cepat akan menutup kembali pintu, jika saja tangan Arya tak lebih cepat menghentikannya.
"Ndan, jangan gitu dong!" Bujuknya. Kanza sekuat tenaga mendorong tubuh pria itu agar tak berhasil masuk, dan ia bisa kembali menutup pintunya.
"Ihhhh .... ini pelajaran tau! Ayah itu ga disiplin!!" Bentak anak itu. "Mulai sekarang, kalau pulang lewat jam sepuluh, tidur di luar!" cetusnya kejam.
"T-tapi ini kan masih jam tujuh," balas Arya, apa adanya.
"Ya terus?" Sewot Kanza sinis.
"Apanya?" Arya belum ngeh.
"Siapa yang peduli? Kanza??? Gak akan keles!!!" Malah nyolot pangkat tiga, bibir mungilnya bahkan maju lima senti saat mengatakan itu.
Tangan kekar Arya kembali berhasil menahan pintu itu yang sekuat tenaga akan Kanza tutup.
Mata Kanza semakin menajam, sedangkan Arya hanya menatap santai, namun terlihat menusuk. Beberapa detik mereka hanya tatap-tatapan.
Jauh didalam lubuk hati Arya yang paling dalam sebenarnya ia menahan gemas mati-matian. Ya Tuhan! Mengapa komandan kecilnya itu begitu menggemaskan?
Keadaan ini bahkan benar-benar terlihat seperti tengah membujuk seorang istri, karena sama-sama mengancam tidur diluar.
"Arkanza!"
"Pak Arya!"
Arya seketika menatapnya datar, rupanya anak ini benar-benar tak mau mengalah. Pria itu kemudian menghembuskan nafas pelan. Sebelum mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
Tampak setangkai permen yang kini mulai ia pamerkan didepan mata Kanza yang mulai terhipnotis dengan jahilnya. Akan tetapi anak itu masih mencoba jaim, dan hanya menghiraukannya.
Arya menghembuskan nafas gusar, akhirnya dengan berat harus mengambil keputusan final. "Ya sudah."
Arya menarik tangan yang tadinya masih memegang kenop pintu. Kanza bahkan heran, bisa-bisanya pria itu dengan mudah mengalah. Biasanya ga tuh!
"Tidur aja sendirian. Apa gak takut ditemenin Mbak-mbak rambut panjang kayak di film itu kemarin?" Arya pura-pura bergidik ngeri.
Mencoba mengingatkan anak itu tentang film horor yang sempat mereka lihat di TV kemarin. Pria itu akhirnya mulai melangkah menjauhi pintu kamar dengan senyum jahil yang tak bisa lagi ditahan.
Arya begitu yakin anak penakut itu pasti langsung akan berubah pikiran. Terbukti dari pintu yang tadinya bahkan nyaris tertutup, mendadak dibuka lebar.
Kanza bahkan kurang cepat melangkah keluar dari kamar, dan menyusul sang Ayah yang akan berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
"AYAAAHHH!!!"
Seolah tuli, panggilan itu hanya Arya hiraukan, tak peduli. Sungguh, mengerjai anak itu memang begitu candu. Hingga kemudian, tangan Arya berhasil dicekal kasar.
Arya menatap ke arah bawah, sosok bertubuh pendek itu tengah menatapnya berkaca-kaca, karena saking takut tentunya.
"Ikut...!" Rengeknya.
"Kenapa? Tadi aja ngusir tuh." Sindir Arya. Wajahnya menyiratkan kata seolah tak peduli, tidur aja sendirian sana!
Kanza menghentakkan sebelah kakinya kesal. "Ihhh ...ngambekan banget sih! Cuma bercanda aja tadi!" Sekali berkedip, dapat dipastikan air hujan akan turun dari pelupuk matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanza (End)
Teen Fiction[HALAL AREA] BUKAN lapak bl atau b×b👊 ⚠️Revisi Lanjutan Hanya tentang Arkanza, bocah laki-laki yang hidup sebatang kara, dengan segala tingkah ajaib yang tak perlu lagi ditanya. Lalu, bagaimana jika ada yang datang dan mengaku sebagai keluarganya...