[Note : Jika cerita ini hanya akan melalaikan lebih baik tinggalkan]
Tandai typo dan ingatkan jika terdapat kesalahan✧
Jangan lupa vote dan komen🤍
by Kasyafani14
***
Udara berembus pelan, terasa begitu dingin tatkala bersentuhan dengan kulit. Fajar belum menyingsing, terlihat cahaya remang lampu stasiun kereta api yang sedikit menerangi gelapnya malam yang masih amat kentara.
Air mata itu jatuh seakan tanpa diminta, dia berkali-kali memukul dada, disaat rasa sesak dan sakit begitu terasa.
Wanita muda itu seakan hilang arah, duduk di kursi stasiun dengan pikiran yang melayang entah ke mana. Ia hancur, menyadari pernikahan yang ia coba pertahankan selama ini harus kandas begitu saja dalam waktu semalam.
Pria yang telah menjadi suaminya itu kini dengan tega mengkhianatinya, hingga yang tersisa hanyalah sebuah luka.
Kini, ia memutuskan ingin secepatnya pergi dari sini.
Sejauh yang ia bisa.
Bersama luka, ia akan pergi membawa bayi yang ada di kandungannya. Ia tak boleh lemah, ia harus kuat demi anaknya.
Wanita itu berjanji akan membesarkannya sendirian, walau nanti tanpa mengenal seorang Ayah.
"Maafin, Bunda..."
***
[8 Tahun Kemudian]
"TOLONG, COPETTTTT!!!!!!!"
Suara gaduh memecah keramaian pasar pada Minggu sore ini. Seorang bocah laki-laki terlihat berlari cepat, menerobos kerumunan.
Arkanza namanya, anak berpakaian serba kumal dengan dompet hitam kulit yang ada digenggaman tangannya. Apalagi kalau tak lain dan tak bukan, bocah ini sedang mencopet!
Kaki mungilnya berlari cepat, sangat lincah. Bahkan dengan mudah ia menghindar dari kejaran beberapa pria dewasa dari arah belakangnya.
Sampai di sebuah warung kelontong pinggiran pasar. Ia berhenti dan duduk di kursinya, mengecoh dengan berpura-pura ingin membeli. Hingga orang-orang yang mengejar tadi tak lagi menyadari keberadaan dirinya.
Bocah itu seketika tersenyum sinis.
Misi kali ini sukses, pikirnya.
Ia kemudian melepas jaket, hingga menampakkan kaos polos berwarna biru gelap. Memakai topi untuk meninggalkan jejak dan kembali berjalan dengan biasanya, santai, seperti tak pernah terjadi apa-apa. Orang-orang yang mengejarnya tadi kini juga tak tampak lagi.
Bruk!
Tanpa sengaja bocah itu malah menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengan dirinya, membuat tubuh mungilnya terjerumus ke depan.
"Ssshhhh..." Ia meringis, merasakan lututnya perih karena barusan terbentur keras dengan aspal.
Dengan posisi yang masih tersungkur, matanya langsung terbelalak saat melihat dompet dari saku celananya ikut jatuh tepat di depan kaki seorang pria yang ditabraknya.
Tap!
Tangannya dengan gerak cepat langsung megambil dompet tersebut. Lalu berdiri, tanpa berniat meraih uluran tangan orang yang menabraknya tadi
"Kembalikan!" titah orang ini spontan, membuat Kanza yang tadinya berniat akan kabur mengernyitkan alis.
"Ha?" Pura-pura tak ngeh.
Pria itu segera memutar bola matanya malas. "Ga usah pura-pura bego! Kembalikan dompet saya yang barusan kamu bawa lari!" terangnya, menohok.
Deg!
Sweat drop!
Kanza diam telak!
Sebisa mungkin ia mencoba menampilkan ekspresi tenang saat kepergok seperti ini. Tangan mungilnya menggenggam erat dompet berbahan kulit itu dan menyembunyikannya dibelakang badan.
"Ngomong apaan sih?" sanggahnya.
Berbeda jauh dengan batinnya yang malah berucap, Mati gua!
Kanza berganti mengigit ujung bibir gelisah, otaknya memberikan instruksi agar segera berlari, ia ingin kabur. Tapi itu kalau bisa, bagaimana jika belum sempat kabur tubuh pendeknya ditangkap lebih dulu oleh pria ini? Bisa-bisa alamatnya nanti adalah kantor polisi.
"Sudah saya bilang kembalikan!" ulang pria ini dengan nada yang sama.
Mata elang itu terlihat semakin menajam. Ucapan yang keluar dari mulutnya penuh dengan penekanan.
Kanza bahkan menelan salivanya susah payah. Ia juga sama sekali tak mengira jika orang ini masih saja mengenalinya.
Bahu Kanza yang baru akan bergerak, dengan cepat kembali ditahan. "Cepat kembalikan sekarang!" Desak pria itu.
"Apaan?!" Sudah tahu salah malah semakin galak.
"Dompet saya!!!"
Kanza hanya berdecak, "Gaje amat lo!"
"Kembalikan sekarang terus saya selesaikan secara baik-baik, atau perlu saya teriakin nih?" tawar pria itu membuat Kanza dengan kontan memutar bola matanya malas.
"Ck, terserah gue gak peduli!" balasnya ketus.
Baru saja pria itu akan membuka mulutnya lebar-lebar, berniat ingin mengancam. Dengan cepat Kanza menyodorkan kasar dompet itu ke arahnya. "Makan aja tuh!" ketusnya, kemudian melengos pergi begitu saja.
Sepeninggalnya, pria itu hanya menghembuskan nafas gusar seraya geleng-geleng kepala menyadari keteledorannya.
Dengan cepat membuka isi dompetnya, kini tak terdapat sepeserpun uang, yang tertinggal sekarang hanyalah beberapa kartu debit dan kartu pentingnya yang masih utuh.
Spontan saja ia menaikkan satu alisnya heran, jadi dia lebih memilih uang dua ratus ribu? pikirnya melihat punggung mungil yang kini mulai menjauh.
__________________
[Batas]
Okay, dengan penuh pertimbangan pake bangettt, aku berencana publish ulang cerita ini. Tapi tolong ya, sebelum baca lihat dulu genre-nya!
Sakit hati aku tuh:)
Tolonglah ya. Ini bukan cerita boyslove, bxb, atau yang lain sebagainya❗
Jadi baca secara bijak, dan tolong saling menghargai, okay? Biar tambah semangat nulis lagi niee hehe...
Maaf ya, nanti komentar kasar dan tidak berkenan akan dihapus🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanza (End)
Teen Fiction[HALAL AREA] BUKAN lapak bl atau b×b👊 ⚠️Revisi Lanjutan Hanya tentang Arkanza, bocah laki-laki yang hidup sebatang kara, dengan segala tingkah ajaib yang tak perlu lagi ditanya. Lalu, bagaimana jika ada yang datang dan mengaku sebagai keluarganya...