LEMBAR 6 ✓

44.4K 4.1K 86
                                    

Nama : Arkanza Ataya Kaleandra
Tanggal Lahir : 27 Desember 20**
Golongan Darah : AB-
Nama Orang Tua : -

_______________

Fano berdesis, informasi mengenai anak ini masih terlalu abstrak. "Jadi sebenarnya ini bocah anaknya siapa? Masa ga punya orang tua sih?"

Dehaman seseorang seketika membuyarkan fokus Fano. Salah seorang rekannya membawa dua cangkir kopi dan menyodorkan satu ke arahnya.

"Lo semalem ada shift, No?" tanya sang rekan, melihat Fano yang sedari tadi duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit sambil sibuk membolak-balik berkas.

"Enggak, tapi semalem nemenin adek gue," balas Fano.

"Si Ziel sakit???"

Fano mengehela nafas. "Bukan. Dia diduga adek sepupu, sekaligus anak dari Paman gue. Dan sekarang lagi nunggu hasil tes DNA-nya keluar."

Pemuda itu hanya manggut-manggut sebentar. Hingga tak berselang lama, seorang dokter dengan name tag Karina menghampiri mereka dengan surat berlogo rumah sakit yang ada digenggaman tangannya.

"Gimana?" tanya Fano, tak sabaran.

"Apa Tuan muda Refano tidak bisa membaca?" Dokter ber-gender wanita itu begitu jutek. "Baca aja sendiri!" Lanjutnya ketus, dan menyorkan kasar kertas itu.

Fano mendengus pelan, sebelum dengan cepat meraih kertas itu dan mulai membacanya. Matanya terlihat berbinar-binar, melihat kecocokan gen yang hampir mencapai angka seratus persen identik.

"Jadi benar? Dia beneran adek gue, Rin?? Lo serius???" tanya Fano tak mampu lagi menyembunyikan rasa senangnya saat ini, berganti memegang pundak Karina yang membeku sekaligus heran.

"Eh?"

Terlebih ketika Fano tanpa aba-aba langsung menubruk tubuhnya, dan tak sadar telah memeluknya erat.

"Ehem ... physical distancing, please!" Brian kembali berdeham menyadarkan Fano, hingga ia tersadar dan tersenyum kikuk, berbeda dengan dokter wanita itu yang kini merasa syok.

"Dia benar adek gue, Yan!" ucap Fano masih tak percaya saat menatap tulisan di kertas itu, dan memperlihatkannya ke arah Brian yang hanya mengaguk mengiyakan.

"Yoi .... jadi buat ngerayainnya, sekarang traktir kita makan di kantin dong," celetuknya menyengir seraya merangkul pundak, disambut wajah datar Fano.

Modus! Ngaku temen, tapi hobinya demen morotin fulus.

***

"... Lo itu adek gue, paham!"

Kanza berdecak ketika teringat ucapan pemuda aneh itu tadi. "Helow! Enak aja gue dibilang adeknya dia. Dari muka aja udah kelihatan ga sekasta, masih aja sok-sok deket sama gua."

"Idihhhh, dikata dia siapa?"

"Sableng emang!"

Sumpah serapah itu terus saja keluar dari bibir mungilnya. Anak itu mencabut paksa jarum infusnya. Masa bodo jika tubuhnya masih lemas, bahkan untuk sekadar berjalan pun susah.

Arkanza (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang