Apa hal yang istimewa dibalik sisi dunia yang hanya sebatas fana?
Indahnya cinta sebagai fitrah sekaligus anugerah.
Jika manusia memang tercipta berpasangan-pasangan begitu juga dengan Arya dan Diana. Ikatan mereka telah lama ditulis di dalam garis takdir yang dipertemukan lewat hal tak terduga, ketika kedua keluarga tiba-tiba menjodohkan mereka.
Sekuat apapun Arya ataupun Diana yang dulu menghindari perjodohan itu, jika sudah menjadi kehendak Tuhan, mereka pasti akan kembali dipertemukan. Sama halnya dengan keduanya, ketika harus berakhir dengan perpisahan.
Mobil yang Arya kendarai, berhenti disebuah kediaman mewah milik keluarga mertuanya.
Pagar langsung dibuka ketika sang penjaga melihat wajahnya. Siapa yang tak tau menantu dari putri satu-satunya keluarga ini?
Tok! Tok!
Arya berulang kali menekan bel dan mengetuk pintu menunggu sang pemilik rumah keluar.
"Ayah kita mau ngapain?" Kanza mulai menarik-narik lengan baju sang Ayah. Membuat pria itu menatap kearah bawah, dan tersenyum tipis sebagai balasannya.
"Tunggu aja nanti," jawabnya.
Klek!
Pintu dibuka menampilkan seorang pria paruh baya.
"Pah!" Belum sempat Arya melanjutkan ucapannya, pintu itu akan kembali ditutup.
"Tunggu, Pah! Arya mau bicara."
Pria paruh baya itu kembali membuka pintu, matanya seakan enggan menatap kearah Arya, menantunya.
Matanya memicing. "Mau apa lagi kamu kesini? Apa masih kurang menyakiti perasaan anak saya!" ketusnya penuh penekanan.
Hampir dirinya menutup kembali pintu, seorang bocah menghentikannya, dengan muncul dari belakang tubuh Arya.
"Halo!" Sapa Kanza dengan melambaikan tangan, canggung.
***
"Kau tau apa kebodohan terbesar ku selama ini?" Arya hanya diam menunggu jawaban.
"Menikahkan putri semata wayangku dengan lelaki bajingan sepertimu, Arya," lanjut pria paruh baya itu seraya tersenyum kecut, membuat Arya menghembuskan nafas kasar.
"Jadi kau sudah menikah lagi? Dan kesini ingin memamerkan anak dengan wanita selingkuhanmu itu?" tanyanya menohok.
"Saya tidak pernah selingkuh!" Tegas Arya. Rendra--Papah Diana, hanya berdecak. "Hanya Diana yang menjadi wanita satu satunya yang saya cintai sebagai seorang istri, dan tidak ada yang lain. Andai Papah tau jika semua itu dulu hanyalah kesalahpahaman," sambung Arya.
"Omong kosong!" Pria paruh baya ini berdecih. Tidak ingin lagi percaya pada ucapan seseorang yang sudah terlalu jauh mengecewakannya.
Arya menundukkan kepala melihat Rendra membuang muka. Tentu saja, ia juga tahu, Ayah mana di dunia ini yang tidak sakit hati melihat putrinya yang ia besarkan penuh sayang disakiti oleh pria lain. Terlebih jika Diana adalah putri satu satunya.
Rendra kecewa? Iya, bahkan sangat. Arya menghancurkan kehidupan putrinya sedemikian rupa. Hingga sampai kehilangan tempat berpulang, seakan menghilang begitu saja.
Bahkan dari dulu, sekuat tenaga Rendra juga ingin menemukannya, dan membawanya kesini, mengingatkannya bahwa dia masih punya rumah berpulang selain bersama Arya, suaminya.
"Arkanza. Ke sini, sayang!"
Panggilan itu menghentikan Kanza yang sedari tadi mengamati pajangan unik yang terletak di atas meja, tak jauh dari sofa ruang tamu berada. Bocah laki-laki berpipi tembam itu segara berjalan, mendekat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanza (End)
Teen Fiction[HALAL AREA] BUKAN lapak bl atau b×b👊 ⚠️Revisi Lanjutan Hanya tentang Arkanza, bocah laki-laki yang hidup sebatang kara, dengan segala tingkah ajaib yang tak perlu lagi ditanya. Lalu, bagaimana jika ada yang datang dan mengaku sebagai keluarganya...