EXTRA PART I ✓

20.7K 1.4K 21
                                    

Name tag yang tertera di dada sebelah kanan itu menampilkan nama, Kendra. Lelaki yang kini menjabat sebagai perwira menengah tentara itu, membuka pintu.

Wajah penatnya seketika berganti dengan senyuman tipis tatkala melangkahkan kaki masuk kedalam kamar. Menatap sosok mungil yang tak lain adalah putra kecilnya kini sudah tertidur di atas ranjang.

Pandangan lain, ia tak sengaja menatap ke arah meja bundar yang kebetulan terdapat didalam kamar. Terlihat beberapa hidangan makanan dan secangkir teh aroma melati yang mungkin sudah mendingin.

Sepertinya anak itu memang sengaja menyiapkannya untuknya seraya menunggunya pulang, namun ternyata ketiduran.

Pria itu menghampiri ranjang yang ditempati sang putra, tangannya mulai merapikan beberapa album foto yang tergeletak berserakan disamping bocah itu tidur. Dan sebuah pigura foto sang Bunda yang saat ini tengah dipeluknya.

Pria ini tersenyum, mengamati wajah damai milik Kanza. Sesekali terkekeh kecil, saat bibir mungilnya terlihat mengomel seperti biasa.

Sekarang Arya akui jika situasinya masih sama saja seperti dulu, walaupun tinggal seatap mereka hanya memiliki sedikit momen untuk bertemu, sehingga membuat perasaan yang selalu rindu.

Di usianya yang masih terbilang muda, dirinya sudah mampu mengisi salah satu posisi penting dikesatuannya. Jabatan yang baru dipegangnya selama beberapa bulan terakhir, membuat ia lebih sering menghabiskan waktu di kantor ketimbang bersama putranya.

Namun disamping itu, Arya juga sekaligus merasa lega, karena posisinya sekarang ia tidak akan sesering dulu diterjukan langsung ke lapangan maupun dikirim pergi bertugas dalam waktu yang lama sehingga memaksa mereka untuk kembali berjauhan.

"Eughhh..."

Tidur Kanza merasa terganggu, terlebih ketika merasa ada sebuah tangan yang mengusap punggungnya. Mata itu akhirnya mengerjap beberapa kali, menatap ke arah pria yang tersenyum lembut, tepat dihadapannya sekarang.

"Ayah ... pulang? Kenapa ga bilang?" Kanza dengan suara seraknya khas bangun tidur.

"Bobo lagi aja gapapa." Titah Arya pelan, mengelus surai lepek milik sang putra yang basah karena keringat.

Anak itu berganti mengucek pelan matanya yang terlihat masih berat, karena mengantuk, "Kanza dari tadi siang belum maem tauk!"

"Lho, kenapa?" tanya Arya.

"Nungguin Ayah. Biar bisa makan bareng," balas Kanza bangkit dari posisi berbaringnya dengan wajah bantal. Kini merentangkan tangan minta digendong sambil setengah merengek, mengundang helaan nafas sang Ayah.

"Ayah ganti baju dulu."

***

"Bibirnya kenapa manyun gitu?"

Setelah hanya bunyi sendok yang beradu dengan piring, Arya bertanya karena sedari tadi ia lihat bibir mungil anak itu manyun lima centi.

Kanza menunduk, tak berani menatap wajah sang Ayah saat berucap, "Senin nanti, Ayah disuruh datang ke sekolah Kanza!"

"Kenapa?" tanya Arya, mengernyit.

Kanza mengangkat wajahnya. "Ya, disuruh!"

"Masa tanpa sebab disuruh datang?
Jangan bilang kalau kamu buat masalah lagi!" Selidik pria itu kemudian.

"Terserah ihhh!" Kanza akhirnya memilih bangkit dari duduk, menuju kearah ranjang tanpa memedulikan tatapan sang Ayah.

"Hey!" Panggil Arya. "Jawab pertanyaan Ayah tadi, kamu ga denger?"

Arkanza (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang