"Pak, kalau mau cari ikan cupang segede gaban itu di mana sih?" celetuk bocah ini setelah puas memandangi banyaknya botol kaca berisi ikan cupang milik pedangan asongan dekat jalan raya.
"Kurang tau saya," jawab sang pedagang.
"Pak, kok ikannya kecil-kecil amat sih? Emang di rumahnya selalu dikasih makan tahu tempe terus ya?"
"Ikan ini emang kecil."
"Pak, kalau Kanza mau na--" Ucapan Kanza kali ini terpotong.
"Kamu jadi beli atau enggak!" Kesal sang pedagang, lama-lama kehadiran bocah tak diundang ini membuatnya naik darah, belum lagi jualannya tak laku-laku dari pagi tadi. "Kamu sebenarnya mau beli atau enggak sih?" Ulangnya, sedikit jengah.
"Enggak," jawab Kanza dengan begitu santai. "Rencananya cuma mau lihat doang, ngapain juga beli ikan kecil kayak gini, mending cari aja di kali belakang rumah, banyak soalnya." Sambungnya.
Hampir saja dirinya diusir secara tidak hormat, bocah ini dengan tampang tanpa dosanya langsung melangkah pergi. Not have akhlak memang!
"Panas banget sih?" Kanza mendengus, pipi chubby itu semakin memerah. Jaket kebesaran yang ia pakai kini dilempar tak tahu arah. Tak tahu saja jika harganya mahal dan edisi terbatas di dunia.
"Enaknya sih minumnya yang nyegerin, dingin terus ada manis-manisnya apa ya?" monolognya.
"Uwahhhh!!!" Wajah polos yang kadang terlihat menipu itu tampak takjub, ketika menatap tempat makan yang berada pinggir jalan.
Bakso.
Seblak.
Dua makanan itu kini berkecamuk di dalam hatinya.
"Tapi Kanza gak punya uang gimana, dong?" ucapnya berwajah sendu. "Pasti dede diperutnya Kanza juga laper kan?" sambungnya kemudian ngasal, seraya mengelus perutnya yang keroncongan.
"Permisi, Tuan."
"Hm? Ada yang bisa dibanting?" Kanza mengalihkan pandangan ke arah samping ada dua orang berbaju khas sales kini berdiri disana.
"Oh, mau ngamen ya? Maaf Kanza gak punya uang recehan!" Tolaknya cool. Baru saja Kanza melangkah, tangannya sudah dicekal lebih dulu.
"Kami ingin menawarkan produk minuman terbaru kami tuan. Ini ada minuman murahan, dengan ekstrak kulit durian didalamnya, cocok untuk penghilangan dahaga di waktu seperti ini."
Satu dari dua orang ini menimpali. "Pasti tuan tertarik kan? Apa tuan mau mencicipinya?"
Kanza menghela nafas lelah, sebelum mulai lagi berceloteh, "Kata Bunda, jangan mudah percayaan sama orang, apalagi kalau ada yang ngasih makanan secara gratisan, itu ga boleh." Dirinya memainkan jari telunjuknya tanda melarang.
"Jadi...." Dua orang ini sampai melongo melihat bocah ini lama sekali menggantungkan kata.
"KANZA MAU COBAAA!!!!" Teriaknya girang.
"Astaga!!!"
Ampun dah.
Telinga mereka seketika sukses berdenging saat mendengarnya.
Mumpung gratisan, pikir Kanza. Dengan cepat ia menarik kasar botol minuman ditangan meraka sebelum meminumnya dengan rakus.
Sialan!
Dua orang yang diketahui suruhan Fano yang menyamar ini sontak membulatkan mata, bukankah dirinya tadi menyuruhnya untuk sekedar mencicipinya saja bukannya meminumnya tanpa sisa, dan yang lebih sial lagi didalam minuman itu telah dicampur oleh obat bius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanza (End)
Novela Juvenil[HALAL AREA] BUKAN lapak bl atau b×b👊 ⚠️Revisi Lanjutan Hanya tentang Arkanza, bocah laki-laki yang hidup sebatang kara, dengan segala tingkah ajaib yang tak perlu lagi ditanya. Lalu, bagaimana jika ada yang datang dan mengaku sebagai keluarganya...