•Selamat membaca•
.
._____
Kakak.
Raksal mematung di tempat.
Kakak?
Sudah lama sekali sejak terakhir Alena memanggilnya kakak. Raksal bahkan hampir lupa, di umur berapa mereka saat itu.
"Kak! Aku baru aja beliin permen karet buat Kakak. Ini ada yang rasa jeruk sama mint. Kakak mau yang mana?"
Raksal yang saat itu sedang bermain game, menjeda kegiatannya untuk menoleh kearah Alena, "Jangan manggil gue kakak."
Gadis itu mengerutkan kening, "Loh, kenapa?"
Raksal justru memalingkan wajah, "Gue bukan kakak lo."
"Tapi...," Alena sedikit ragu, "Tapi Raksal udah jadi kakak aku kan?"
"Gue gak akan pernah jadi kakak lo!" Raksal membanting stik ps-nya, "Gue gak akan mau anggep lo sebagai adik gue!"
"Kenapa...," mata Alena berkaca-kaca, "Kata Ibu, Raksal itu kakak aku. Jadi–"
"Gue bukan kakak lo," tekan Raksal. Mata cowok itu menatap Alena tajam, "Karena seorang kakak gak boleh punya perasaan lebih buat adiknya kan?" manik Raksal menyorot sendu, "Jadi, gue gak bisa jadi kakak lo."
Alena terlihat sedih. Seolah Raksal belum cukup menyakitinya, cowok itu kembali bicara, "Kalo lo manggil gue kakak, gue gak mau bicara lagi sama lo sampe kapanpun."
.
Dan sekarang Alena memanggilnya kakak ketika dia menangisi orang lain.
"Jangan nangis lagi."
Namun Alena masih sesenggukan.
Raksal menghela napas kasar. Dia beringsut dari lantai, berjalan menuju jendela kamar Alena lalu memandang keluar.
"Lebih baik sekarang lo tidur," Raksal bergumam, "besok lo harus sekolah kan?"
Sungguh tidak bisa dipercaya oleh dirinya sendiri. Biasanya, jika menyangkut cowok lain, Raksal akan bereaksi berlebihan, tapi sekarang, melihat Alena menangis seperti itu, Raksal justru tidak bisa menunjukkan sisi cemburunya.
Shankara memang sedang terkena musibah. Ya, itu sudah keharusan untuk bersedih karenanya. Namun, entahlah. Raksal sendiri tidak pernah suka melihat Alena menangis. Sejak dulu sampai sekarang.
Alena sudah berbaring di ranjang. Raksal menarik selimut gadis itu sampai batas leher, lalu mengusap keningnya pelan.
"Raksal," panggil Alena.
Raksal menaikkan alis.
"Sori, karena manggil kamu Kakak."
Raksal tertegun sebentar.
"Aku salah. Maaf."
"Lo gak salah," timpal Raksal, manik cowok itu memandang Alena penuh kasih sayang, "Mulai sekarang, lo boleh manggil gue apa aja."
Karena sedikit terkejut, Alena melebarkan mata, "Kenapa?"
Raksal mengedikkan bahu, "Entah. Mungkin karena gue emang kakak lo?"
"Tapi dulu... kamu gak mau dipanggil kayak gitu."
"Alena," suara Raksal terdengar lembut, "gue gak masalah lagi sekarang. Selama lo nyaman sama gue, apapun yang buat lo bahagia, bakal gue lakuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔
Romance"𝙳𝚘 𝚢𝚘𝚞 𝚛𝚎𝚊𝚕𝚕𝚢 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚎?" Mungkin itu yang selalu ingin Shankara Arjunasetya tanyakan pada Alena Callysta Heidi karena selama berpacaran dengannya, Alena itu seperti memiliki dua kepribadian. Kadang Alena terlihat bangga memiliki pac...