Lima tahun kemudian
"Kamu lagi ngapain?"
Alena terkejut karena kehadiran Shankara. Cewek itu menggeser kursor laptopnya dan menutup salah satu tab.
Shankara duduk di sebelahnya, sempat mengelus puncak kepalanya sebentar. "Serius amat. Sampai aku masuk pun kamu gak nyadar."
Alena tersenyum. "Kamu udah beli jas itu?"
Shankara mengangguk, "Udah dong."
Alena berpaling ketika sebuah pop up muncul di laptopnya. Jemari cantik itu menari di atas keyboard dengan cepat, sampai-sampai Alena lupa dengan keberadaan Shankara.
"Petisi?" tanya Shankara, "petisi apa itu?"
"Petisi pemberat hukuman untuk pelaku pelecehan seksual."
"Siapa pelakunya?"
Jemari Alena berhenti mengetik. Cewek itu lalu menutup laptop, memutar kursi lalu langsung menggenggam tangan Shankara. "Udah lupain aja. Ayo, katanya kita mau pergi ke acara reuni SMA?"
Shankara sontak berdiri, ia terlihat bersemangat. "Oke. Ayo."
Menit-menit berlalu, mereka berdua sudah mengenakan pakaian yang menawan. Alena mengenakan dress model mock neck berwarna merah marun sementara Shankara mengenakan jas dengan warna senada.
"Kamu cantik." Shankara tertawa ketika melihat senyum semringah Alena di depan cermin full body.
"Kak Alena emang cantik!" puji Masayu yang duduk di sofa dekat sana. Dia sibuk live dengan ponselnya. Lumayan. Mana tahu pengikutnya bertambah karena shipper Alena dan Shankara.
"Eh. Lo masih live?" Shankara bertanya pada Masayu, memberi kode padanya agar segera mematikan siaran langsung itu.
Dengan cemberut, Masayu mematikan ponselnya dan lanjut minum thai tea yang tadi dia beli.
"Shankara."
Shankara menoleh. "Hm?"
"Kita jadi ketemu kakak aku kan?"
Sudut bibir Shankara terangkat, hangat, "Iya. Kita ketemu kakak kamu dulu sebelum ke acara reuni."
Alena menyengir, menampilkan sederet giginya yang rapi, "sekarang kamu udah akur ya sama kakak."
"Udah," balasnya singkat. Cowok itu mengulurkan tangan. "Karena gimana pun juga, dia kakak kamu kan?"
Alena menerima uluran tangan itu bersamaan dengan senyum mereka berdua yang merekah, "Iya, Sayang."
∆∆∆
"Aku gak nyangka kalo kamu nyuruh aku buat milih mobil mana yang mau kita pakai untuk ke acara reuni."
Shankara tersenyum. Dia bersidekap dada sambil mengamati seluruh isi garasi mobilnya. "Iya. Kalo bisa pun, kamu pilih tipe pesawat sekalian."
"Hah?" Alena agak kaget. Namun, sifat isengnya langsung keluar. "Kalo gitu aku pengin naik pesawat first class."
"Ngapain first class. Naik pesawat sendiri aja."
"Hah? Ada?"
"Ya enggak."
Alena memicing. "Kirain beneran."
Cowok itu justru tergelak. Ia mendekati Alena lalu merangkul pundak gadis itu. "Alena, diatas orang kaya masih ada orang super kaya terus diatasnya lagi masih ada orang yang sangat sangat kaya."
"Terus diatas orang yang sangat sangat kaya lagi ada siapa?"
"Ada Tuhan."
"Ya... nggak salah sih." Alena menggumam. Matanya lalu menangkap sebuah mobil di paling pojok garasi besar itu. Warnanya biru. Alena tidak tahu itu merek apa, tapi ia langsung menunjuk itu.
"Good choice." Shankara menuntun Alena ke mobil itu, membukakan pintu lalu mempersilakan gadis itu masuk.
Namun, yang membuat jantung Alena lebih berdebar lagi, Shankara memasangkan seatbelt-nya, tersenyum dan menepuk puncak kepalanya, lalu berkata, "Alena, the world is so lucky to have you."
Gadis itu tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Senyum lebarnya membuat Shankara sangat bahagia, hingga tanpa sadar ia juga tersenyum kecil.
"Meanwhile, I'm so lucky to have you as my world, Shankara."
Kemudian, kedua insan itu saling melempar senyum salah tingkah, sama seperti saat mereka pertama kali kencan sebagai pasangan.
Shankara dan Alena.
_____
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔
Romance"𝙳𝚘 𝚢𝚘𝚞 𝚛𝚎𝚊𝚕𝚕𝚢 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚎?" Mungkin itu yang selalu ingin Shankara Arjunasetya tanyakan pada Alena Callysta Heidi karena selama berpacaran dengannya, Alena itu seperti memiliki dua kepribadian. Kadang Alena terlihat bangga memiliki pac...