•Selamat membaca•
_____
Bel pulang sudah berbunyi.
Faris masih duduk diam di kelas padahal teman-temannya yang lain mulai berhamburan keluar kelas. Pikirannya kosong. Faris tidak tahu kenapa tapi ia yakin jika ada sesuatu yang salah disini.
Hari ini, tidak ada cokelat ataupun minuman isotonik di laci mejanya.
Biasanya, seseorang secara rutin memberikan itu padanya. Seseorang yang sempat Faris yakini adalah Halsa karena cewek itu selalu terlihat membawa minuman isotonik kemana-mana.
Kenapa Halsa tidak memberikan apapun hari ini?
Apa cewek itu akhirnya merasa malu karena Faris sudah mengetahui rahasianya yang diam-diam selalu memberi Faris cokelat setiap pagi?
Cowok itu berdecak sebal, menendang salah satu kaki meja lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Hoi!" seseorang memanggil. Regan, teman sekelasnya menepuk bahunya kasar.
"Kenapa?" Faris menjawab tak semangat.
"Lo lemes banget. Kenapa? Gak dapat cokelat ya pagi tadi?" tebak Regan.
Faris buru-buru mengangkat kepalanya, "Kok lo tau?"
"Pantes aja," Regan menghela napas, "Gue gak ngeliat Karina datang ke kelas ini tadi pagi."
Faris tercekat, "...Karina?"
Regan mengangguk ragu, "Iya. Lah... Lo gak tahu kalo selama ini Karina yang ngasih lo cokelat sama minuman tiap pagi?"
Sesaat melihat ekspresi Faris yang berubah drastis, Regan berdecak tak percaya, "Astaga! Keterlaluan banget lo kalo gak tahu itu!"
Lidah Faris kelu.
Karina?
Bukannya Halsa yang suka minuman isotonik?
"Ck, memangnya lo kira siapa? Siapa cewek di sekolah ini yang suka sama elo selain Karina?" Regan berkata lagi, "Lo tahu gak kenapa lo gak pernah dideketin sama cewek manapun di sekolah ini padahal wajah lo lumayan ganteng? Ya karena Karina lah! Cewek itu setiap kemana-mana selalu bawa nama elo. Selalu bilang kalo elo pacarnya dia!"
Faris mengusap wajahnya kasar. Jantungnya berdetak lebih kencang dibanding sebelumnya. Fakta itu menyakitinya lebih dari apapun. Rasanya, jantung Faris serasa ditikam oleh sebilah pisau tajam tak kasat mata dan sebenarnya ia pantas merasakan hal itu karena ia sudah menyakiti hati Karina.
Cewek yang setiap pagi rutin mengirimnya cokelat dan surat kecil berisi ucapan penyemangat diri.
Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Faris mengacak rambutnya kasar. Kepalanya mendadak pening seketika.
"Heh, sekarang lo gila ya?" tuduh Regan.
Faris menarik bahu Regan mendekat, membuat mata Regan bersitatap dengan manik Faris yang tersirat akan kecemasan disana.
"Kasih tau gue," Faris berbisik, "Hari ini anak cheerleader latihan 'kan? Dimana tempat mereka latihan?"
∆∆∆
"Lo berantem sama Halsa 'kan?"
Karina yang tadinya sedang asyik tertawa karena melihat beberapa anak cheers melakukan gerakan yang salah tetapi lucu, harus menolehkan kepalanya ketika mendengar nama Halsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔
Romance"𝙳𝚘 𝚢𝚘𝚞 𝚛𝚎𝚊𝚕𝚕𝚢 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚎?" Mungkin itu yang selalu ingin Shankara Arjunasetya tanyakan pada Alena Callysta Heidi karena selama berpacaran dengannya, Alena itu seperti memiliki dua kepribadian. Kadang Alena terlihat bangga memiliki pac...