41. Sisi Raksal

248 33 4
                                    

•Selamat membaca•

_____

"Aku benar-benar sayang Shankara, Kakak."

Raksal terlonjak dari tidurnya. Astaga. Kenapa ia sampai memimpikan ucapan Alena kemarin itu?

Cowok itu lalu bangkit dari ranjang, menggeliat sedikit dan sadar kalau dia ketiduran karena menunggu Alena pulang.

Hari sudah semakin sore. Raksal tidak tahu apa Alena sudah tiba di rumah atau belum. Hanya saja, dia tahu, Alena lagi-lagi pergi ke rumah sakit untuk menemui Shankara.

Raksal mengusap wajah. Ia keluar dari kamar dan tertegun tatkala melihat tas sekolah Alena di ruang tamu. Artinya, cewek itu sudah pulang.

Wajah Raksal berubah ceria. Dengan langkah cepat, ia bergegas membuka pintu kamar Alena. Namun, baru saja membuka pintu, ia melihat Alena tengah terpaku di dekat jendela dengan ponsel yang menempel di telinganya. Cewek itu seperti sedang menerima panggilan yang mengejutkan karena wajahnya yang pucat.

Raksal buru-buru berlari ketika Alena hampir menjatuhkan ponselnya. Cowok itu berhasil menangkap ponsel Alena. Lalu ketika ia mengamati cewek itu, hatinya sedikit tercubit karena manik indah perempuan yang disayanginya itu berkaca-kaca.

"Kenapa?" tanyanya pelan.

"Shankara...," suara Alena tersendat, "Shankara udah sadar."

Oh jadi begitu.

Raksal segera menarik Alena ke pelukannya. Ia elus kepala perempuan itu dengan sayang, sesekali memeluknya dengan erat tak terkira. Kemudian, seperti yang Raksal tunggu, cewek itu menangis, Alena-nya menangisi Shankara. Lagi.

Tangan Raksal sempat ingin menghapus airmata Alena, tetapi fakta bahwa ia akan melewati batasan lagi, menghalangi niatnya. Akhirnya, ia menarik tangannya kembali.

"Jadi gimana? Mau kesana?" Raksal bertanya setelah melihat Alena agak tenang.

Alena menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku takut...," jawab Alena.

"Apa yang lo takutin?"

"Shankara. Aku... belum siap ngeliat Shankara." Alena membalas lagi. Jejak airmata di wajahnya membuat Raksal tersiksa.

Enggak. Lo gak takut ketemu dia. Lo takut gue marah. Raksal membatin. Alena, lagi-lagi, gue selalu melewati batasan gue, dan menghalangi lo untuk ngelakuin apa yang lo mau.

∆∆∆

Besoknya, setelah Raksal tahu kalau Shankara sudah sadar dari koma, diam-diam ia pergi ke rumah sakit setelah mengantar Alena ke sekolah. Alena tidak mau menemui Shankara, jadi sepertinya, dia lah yang harus menemui cowok itu terlebih dahulu.

Tidak banyak orang yang berkunjung ke rumah sakit di jam pagi seperti ini. Raksal sudah bertanya kepada resepsionis tentang ruang rawat Shankara Arjunasetya. Semula, Raksal kira cowok itu ditemani oleh keluarganya. Namun ketika ia membuka pintu bernomor 14A itu, Shankara ada di ruangan itu sendirian.

Ketika Raksal melangkah masuk, ia dengar Shankara mendengus sebal. "Dari semua orang selain keluarga gue, kenapa harus lo duluan yang datang?"

Raksal terdiam sebentar sebelum balik bertanya. "Lo ngeharapin siapa? Alena?"

Giliran Shankara yang bungkam seribu bahasa.

Kedua laki-laki itu diterpa keheningan cukup lama. Shankara berulang kali memejamkan mata sementara Raksal masih meliarkan pandang ke ruang rawat itu.

ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang