15. Hal yang Mengganggu

277 69 128
                                    

•Selamat membaca•

_____

Kalau orang pada bertanya siapa gebetannya, Karina akan menjawab dengan lantang. "Faris Aharon Meshach!"

Lalu orang-orang akan menertawakannya. Menganggapnya konyol karena menyukai Faris yang seperti mayat hidup itu.

Tapi, Karina tetap tak bisa beralih hati. Sejak SMP, saat melihat Faris pertama kali, Karina langsung terpesona padanya. Dia sangat menyukai ketenangan dalam diri Faris, tatapannya yang datar dan namanya.

Karina sangat menyukai nama cowok itu. Faris Aharon Meshach. Bibirnya bahkan selalu tersenyum jika ia menyebut ataupun mendengar nama itu.

Karina kira Faris cuma cinta monyet saja baginya. Lalu ketika ia sadar jika Faris juga lanjut sekolah di SMA Catesza, Karina merasa bahwa rasa sukanya tak akan hilang dengan mudah.

Walaupun Faris selalu disebut seperti mayat hidup-karena dia jarang ngomong-, Karina tidak peduli. Karena mereka semua tidak melihat Faris melalui matanya.

Faris itu menenangkan. Jika Karina selalu pusing karena pertengkaran orang tuanya di rumah, maka saat ia melihat netra kehitaman milik Faris, ia merasa energinya datang kembali.

He is her cure. He heals her.

Maka, Karina selalu mendekati Faris. Setiap ada kesempatan, dimanapun itu-kecuali toilet cowok karena Karina tak suka baunya- maka dia akan menemui Faris. Seperti sekarang, ketika tahu cowok itu pergi ke perpustakaan saat istirahat, Karina langsung ngacir dari kelas untuk menemui pujaan hatinya itu.

"Faris." Karina bersuara pelan, "Faris. Faris. Faris."

Faris menurunkan buku yang dibacanya, melirik Karina dengan tajam seolah memeringati gadis itu agar jangan mengganggunya.

Namun Karina malah terkekeh pelan, "Lo ganteng."

Faris kembali membaca bukunya.

Karina yang diabaikan akhirnya merebut buku Faris dari tangan cowok itu. Faris sempat berdecak sebal melihatnya.

"Lo baca buku tentang mimpi. Lo mau tau gak mimpi gue apaan?" Karina iseng bertanya. Faris justru menjawab.

"Enggak."

Karina tidak peduli. Dia malah mengambil pena dari saku roknya, melirik sekeliling-memastikan tidak ada pegawai perpus yang horor itu- lalu mencoret sesuatu disana.

Faris menelungkupkan kepala di meja. Dia ingin mencari buku lain di rak tapi ia terlalu malas untuk berdiri. Lagipula, ia sedang ingin membaca buku yang diambil oleh Karina.

"Nah." Karina mengembalikan buku itu kepada Faris. Senyum jahil perlahan terbit dari bibirnya.

 Senyum jahil perlahan terbit dari bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang