•Selamat membaca•
_____
Freya sedang mengerjakan tugas fisika di ruang tamu ketika ia tiba-tiba mendengar suara ketukan di pintu depan. Dengan alis yang mengernyit, Freya berjalan untuk membuka pintu dan wajahnya tidak terkejut lagi ketika menemukan Halsa ada disana.
"Pasti lo kesini karena mau ngerjain pr fisika bareng," tebak Freya.
"Tau aja," Halsa mengikik, "Lo kan pinter, Frey. Bagi-bagi ilmu dong."
"Kalo sama lo bukan bagi ilmu, bagi contekan. Tolong bedakan ya."
Halsa hanya tergelak. Dia dipersilahkan masuk oleh Freya dan sempat ditawari minum tetapi Halsa berkata bahwa dia bisa mengambil minum sendiri.
"Lo tumben banget akhir-akhir ini ke rumah gue, ngerjain pr bareng," Freya membuka percakapan ketika Halsa di sampingnya mulai mengeluarkan buku dari tas, "Lo gak ke rumah Karina?"
Halsa hanya diam.
Freya dapat menebak ekspresi itu, "Oh. Belum baikan ya?"
Halsa melirik sedikit, "Lo tahu kita lagi ngejauh satu sama lain?"
"Keliatan jelas sih," Freya bersandar di kursi kayu di belakangnya, "Lo seringnya main sama Karina. Akhir-akhir ini kalian jarang keliatan bareng. Karina juga udah jarang main bareng kita," mata Freya bergulir menyelidik kearah Halsa, "Ada apaan sih?"
Halsa menurunkan pandangannya, "Faris 'katanya' suka gue."
"Anjrit."
"Gue gak tahu tentang hal itu. Tiba-tiba aja Faris bilang begitu di depan Karin dan Karin langsung ngejauhin gue padahal sebelumnya dia bilang dia baik-baik aja," Halsa mendengus, "Padahal Faris aja gak pernah deketin gue. Jarang ngobrol juga sama gue. Aneh banget."
Freya mengetuk-ngetuk dagunya, "Lo sendiri? Udah confess sama Keenan?"
"Udah,"
"Gimana hasilnya?"
"Buruk."
Freya memejamkan mata. Wah, kenapa semua teman-temannya sedang berada dalam masa kegalauan saat ini?
"Ya seharusnya gue lebih tahu diri aja kalo Keenan emang cuma anggep gue sebagai sahabat dia," Halsa tertawa sumbang, "Toh, masih banyak cewek yang lebih cantik dari gue yang suka sama dia."
"Sa, lo mengingatkan gue sama matahari, bumi dan bulan."
Halsa mengernyit, "Lah, kenapa?"
"Mereka gak akan pernah bersatu."
Halsa tergelak, "Ya iyalah, kalo matahari, bumi sama bulan bersatu, yang ada malah kiamat."
Lalu sedetik kemudian Halsa tercenung.
"Nah, lo tahu kan konsekuensinya?" gumam Freya, "Bakalan kiamat. Semua bakal hancur. Ya persis kayak keadaan yang sekarang."
Freya mulai menulis pr-nya kembali, tetapi bibirnya tidak berhenti mengoceh, "Keenan itu matahari, lo itu bumi dan Faris itu bulan. Lo selalu ada di sekeliling dunia Keenan sementara perhatian Faris berpusat ke elo. Kalo lo sama Keenan bersatu, bisa aja persahabatan kalian bakalan hancur kalo kalian putus. Nah, kalo lo sama Faris, persahabatan lo sama Karina yang bakalan hancur."
Kemudian Freya memalingkan wajahnya dari buku, "Gimana? Cocok gak perumpamaan gue?"
"Diem lo," desis Halsa, "Nanti gue nangis lagi."
Freya tertawa. Dia menarik tubuh Halsa dan memeluk sahabatnya itu dengan erat. Halsa awalnya ikut tertawa, tetapi lama kelamaan Freya dapat mendengar suara isak tangis pelan dari mulut cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔
Romance"𝙳𝚘 𝚢𝚘𝚞 𝚛𝚎𝚊𝚕𝚕𝚢 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚎?" Mungkin itu yang selalu ingin Shankara Arjunasetya tanyakan pada Alena Callysta Heidi karena selama berpacaran dengannya, Alena itu seperti memiliki dua kepribadian. Kadang Alena terlihat bangga memiliki pac...