33. Pengecut

171 39 2
                                    

Haiiiii

Shankara updateeee^^

Semoga kalian suka ya:)

.

.

Selamat membaca•

_____

Besoknya, Alena memang pergi ke sekolah. Tetapi disana, ia tidak berpapasan dengan Shankara. Entah cowok itu datang atau tidak, Alena sendiri kurang memerhatikan. Selain beda kelas, toh juga mereka gak berniat buat ketemuan.

Dia ingin cepat pulang. Keadaan Raksal membaik setelah kemarin Alena memaksanya makan. Cowok itu tidak peduli pada tubuhnya sendiri, membuat Alena gemas dan ingin memaksa Raksal menelan apapun yang ia hidangkan.

Raksal sedang berbaring di kasur, mengutak-atik ponselnya ketika Alena masuk ke kamar cowok itu setelah pulang sekolah. Menyadari jika dia sudah lumayan sehat, rasa khawatir Alena sedikit menghilang.

"Udah sembuh dong ini," lontar cewek itu, mengambil tempat di kursi sebelah ranjang Raksal, "Dah bisa main hape kok."

"Belom."

"Udah," ia menjulurkan tangan ke kening Raksal, "Tuh, udah gak demam lagi. Apanya yang—"

Raksal menahan tangan Alena. Dia menjepit tangan cewek itu di lehernya, masih sembari menatap ponsel, "Masih sakit. Gue bakalan sakit lagi kalo lo ninggalin gue."

Alena menarik tangannya, "Bukannya kemaren ngomongnya pake aku-kamu? Kenapa sekarang jadi lo-gue lagi?"

"Kemarin gue lagi sakit, mulut suka jadi lembut kalo sakit," Raksal menyeringai, "Oh ya, dan itu temen lo, kenapa daritadi ngintip-ngintip di depan pintu? Gak mau masuk?"

Alena menoleh ke belakang, memasang wajah lelah ketika melihat Halsa berdiri kaku disana seolah kehadirannya hanya sebatas patung.

"Sa, aku udah nyuruh masuk loh."

"Diizinin gak? Kakak lo masih galak gak?" Halsa membalas, bersidekap dada.

"Halsa," sebut Raksal, "Masuk."

Sembari memasang wajah antipati, Halsa masuk ke kamar minimalis dengan aroma khas cowok itu. Dia meletakkan sebuah bungkusan yang berisi beberapa jenis buah di atas nakas, lalu mengambil sesuatu dari tas sekolahnya, "Len, ini obat buat kakak lo. Kemarin gue sempet salah ngambil dari ruangan nyokap gue. Untung aja dia ngasih tau gue obat mana yang cocok buat demam. Kalo gak, kakak lo mungkin aja keracunan."

"Dan lo masuk penjara," tukas Raksal seenaknya, "Btw, baik banget sih, thanks ya, temen."

"Aku bukan temen kakak ya!" Halsa melotot.

Alena yang melihat interaksi keduanya jadi merasa geli. Para sahabatnya sudah mengenal Raksal sejak mereka masuk SMA. Hanya saja, dari ketiga sahabatnya, cuma Halsa yang punya interaksi 'positif' dengan Raksal. Tidak seperti Karina atau Freya yang merasa esmoseh saat melihat batang hidung cowok itu.

Alena keluar dari kamar, berniat untuk menyiapkan sesuatu yang akan Raksal makan. Sebelumnya, dia masuk ke kamarnya dahulu untuk mengganti pakaian.

Disela-sela kegiatannya, Alena tidak sengaja melihat foto yang ada di meja belajarnya. Dia memejamkan mata, merasakan bagaimana hatinya mendadak sakit karena mengingat Shankara.

Entah apa yang sedang dilakukan cowok itu, Alena yakin, pilihannya kemarin, sangat menghancurkan Shankara.

Alena meraba foto itu sebentar. Is he okay? Dia menunduk, menghembuskan napas kasar, apapun itu, maaf.

ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang