24. Sebuah Kepedulian

237 61 71
                                    

Haiii, gais.

Welcome back, my lovely readers 💖

Yuk, jangan lupa vote dan komen cerita ini supaya aku makin semangat nulisnya^^

Selamat membaca•

_____

"Aku adik angkat Raksal."

Alena mengatakannya dengan gamblang. Shankara mengerjapkan mata. Fakta itu tidak pernah disangkanya. Saat kemarin ia bertanya lebih jauh pada Halsa tentang hubungan Alena dan Raksal, cewek itu memilih bungkam. Sejujurnya, Shankara merasa lebih khawatir jika Alena ternyata bukan saudara kandung Raksal.

Itu artinya~ suatu hari nanti, mereka berdua bisa saja bersama karena tak ada hukum yang akan melarang.

"Dulu, orang tua Raksal itu orang yang berada, sampai setiap minggu selalu datang ke panti asuhan buat ngasih sumbangan ke anak-anak panti," Alena menatap Shankara serius, "Aku anak yang dibuang ke panti asuhan, Shankara. Aku gak punya keluarga."

Hati Shankara mencelos. Kenapa Alena tak pernah memberitahukan semua itu kepadanya? Ia benar-benar merasa sangat buruk karena tidak mengetahui apapun tentang cewek yang disukainya.

Alena mengusap lengannya yang mendingin karena angin malam, "Mereka selalu bawa Raksal setiap kali datang ke panti dan disitu kami berteman. Aku sama Raksal benar-benar dekat banget sampai kami punya janji sejak kecil."

"Janji apa?"

Mata Alena menyorotnya bimbang sebelum menjawab, "Kamu bakal lebih kaget lagi kalau tahu."

"Kalo gitu kasih tahu aku sekarang."

Alena tertawa kecil, "Aku janji bakal nikah sama Raksal suatu hari nanti."

Yah, seperti dugaan, Shankara membatu di tempat.

APA LAGI YANG LEBIH MENYAKITINYA DIBANDING INI?!

Shankara mendadak dongkol dalam hati. Kalau Raksal ada di dekatnya saat ini, dia akan menonjok wajah arogan cowok itu. Lihat saja. Kenapa saat kecil dia sudah mengajak Alena untuk menikah?

"Kamu tau? Karena orang tua Raksal tiba-tiba ngadopsi aku jadi anak mereka, Raksal dan aku jadi ngejauh sejak hari itu. Raksal~ jadi pendiem banget. Mungkin dia gak senang karena aku mendadak jadi adiknya," tawa kecil kembali keluar dari bibir Alena, "Dia benar-benar jaga jarak sama aku dan kami jarang main-main bareng lagi."

"Terus kenapa sekarang dia mendadak ngeklaim kamu seolah-olah dia calon suami kamu?" Shankara ingat momen pertamanya bertemu Raksal. Saat itu dia sungguh percaya jika Raksal memang calon suami Alena karena postur tubuh dan pembawaannya, tetapi tetap saja hati Shankara menolaknya.

"Karena dia bilang dia gak mau ngelihat aku sama cowok lain," Alena melirik Shankara sendu, "Itu alasan kenapa aku mutusin kamu tiba-tiba. Sori."

"Karena ucapan Raksal?" Shankara mendadak emosi, "Wah, jancuk!"

Alena menggeleng, "Bukan sepenuhnya karena dia. Kamu tahu alasannya."

Mata mereka saling bersitatap selama beberapa detik. Shankara yang pertama kali memutuskan pandang. Cowok itu menunduk. Sudut bibirnya berkedut, "Jadi maksudnya~ kamu anggap aku bukan cowok baik-baik karena selalu ngasih kamu apapun? Karena mudah emosi? Atau karena aku yang kamu anggap gak pernah menjadi diri sendiri?"

Alena membisu. Cewek itu memalingkan wajahnya. Shankara masih menunggu reaksinya.

"Alena, apa kamu sadar? Selama ini aku selalu jadi diri aku sendiri. I mean, kamu tahu aku emosian dan kamu juga tahu aku selalu royal sama kamu," ujar Shankara, "Aku gak pernah menyembunyikan itu semua. Justru kamu yang punya banyak rahasia yang enggak aku tahu."

ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang