•Selamat membaca•
_____
"Babay!"
Karina melambaikan tangan kearah Halsa yang berjalan menuju parkiran. Sahabatnya itu akan pulang bersama Keenan. Dari tempatnya berdiri saja, ia sudah dapat melihat cowok tengil itu. Bahkan sedikit kaget karena melihat Keenan mengecat rambutnya. Dasar. Sementang ia sedang di skors. Karina kan juga pengin ngecat rambut tapi takut ibunya bakalan marah.
Sebuah ide jahil tiba-tiba menyala di atas kepalanya.
"Keenan!! Halsa suka sama lo!!" Teriak Karina.
Beberapa orang disana sempat menoleh kearahnya tapi Karina langsung menyengir.
Disisi lain, wajah Halsa sudah merah padam. Ingin rasanya ia menabok Karina. Apalagi, dia baru saja menerima helm dari Keenan.
"Nunggu apa?" Keenan bersuara lagi, "Ayo naik."
Halsa mengernyit, apa Keenan tidak mendengar teriakan Karina?
"Kok malah bengong?" Keenan bertanya lagi ketika Halsa tak kunjung naik di boncengannya.
"Ah, iya," Halsa buru-buru menepis perasaannya dan naik keatas motor. Biarkan saja. Toh, Keenan juga tidak mendengarkan ucapan Karina.
Mari bersikap seolah tidak ada apapun yang terjadi.
Karina masih senyum-senyum di tempat ketika melihat motor Keenan sudah melesat pergi dari sana. Ketika cewek itu memalingkan wajah, senyumnya justru merekah ketika melihat seseorang.
"Faris!"
Faris juga ada di parkiran. Terlihat sudah memakai helm dan bersiap untuk pergi. Kenapa Karina lambat sekali untuk sadar?
"Wah, motor lo udah bagus lagi ya?" Karina menatap takjub kearah motor Faris, "Boleh dong gue nebeng lo lagi?"
"Gak."
Karina mengerjap, "Hah?"
Faris menoleh, menatap Karina tepat di kedua mata cewek itu, "Gue bilang enggak."
"Biasanya kan gue nebeng sama elo."
"Biasanya kan? Bukan selalu?" Faris memalingkan wajah, "Mending lo minggir, gue mau pulang."
"Loh, loh," Karina terhenyak, "Gak bisa gitu dong. Gue pulang sama siapa?"
Faris sudah menyalakan mesin motornya. Dia membuka kaca helmnya, "Jangan manja. Lo bisa pulang naik apa aja, Tuan Putri. Lo punya heli? Lo punya lamborghini? Ya udah pulang aja sana. Jangan naik motor butut gue."
Karina merengut, "Gue gak punya."
"Gak usah sok miskin."
"GUE EMANG-" Karina menjeda ucapannya, keningnya berkerut samar, "Kenapa lo sejutek ini sama gue sih?"
Faris menatapnya selama beberapa saat sampai Karina merasa matanya benar-benar panas. Ia ingin menangis sekarang.
"Karena lo bukan siapa-siapa gue."
Setelah mengatakan itu, Faris langsung tancap gas dan membawa motornya keluar dari lingkungan sekolah. Meninggalkan Karina dengan perasaan yang kacau dan mata yang berkaca-kaca.
Ternyata benar.
Cowok kalo udah ngatain, sakitnya luar biasa nusuk.
∆∆∆
Alena mengerucutkan bibir ketika melihat pesan yang baru saja masuk di ponselnya.
From: Raksal
Lo pulang sendiri. Gue masih rapat bareng band gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔
Roman d'amour"𝙳𝚘 𝚢𝚘𝚞 𝚛𝚎𝚊𝚕𝚕𝚢 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚖𝚎?" Mungkin itu yang selalu ingin Shankara Arjunasetya tanyakan pada Alena Callysta Heidi karena selama berpacaran dengannya, Alena itu seperti memiliki dua kepribadian. Kadang Alena terlihat bangga memiliki pac...