22. Keinginan Alena

254 65 38
                                    

Aloooo🙌🏻

Apa kabar kalian?

Update-an kali ini gak terlalu panjang kayak biasanya. Semoga kalian suka ya😆

Oh ya, terima kasih buat kalian semua yg sampai sekarang masih mau baca dan dukung cerita ini😻

Luv y'all~

Selamat membaca•

_____

Di luar begitu dingin.

Rasanya, udara itu langsung menusuknya begitu ia keluar dari rumah.

Di tangannya sudah ada satu tas berisi pakaiannya yang tidak seberapa. Dia tidak membawa seluruhnya. Takut jikalau Raksal mengira ia benar-benar minggat.

Dia butuh waktu.

Dan ruang.

Raksal belum kembali. Ini kesempatannya untuk pergi. Entah kemana tapi yang jelas ia tidak mau tetap di rumah karena Raksal pasti akan memaksanya ikut ke Bali.

Tubuh Alena merosot ke lantai begitu ia keluar dari rumah. Bahkan dinginnya ubin pun tak bisa membuatnya menggigil. Dia menengadah, menatap langit malam yang ditaburi sedikit bintang.

Ibu...

Setitik airmata jatuh di pipinya. Alena cepat-cepat menghapusnya. Tapi, ketika matanya menangkap jejeran pot bunga yang ditanam olehnya dan Ibu di halaman rumah, mau tak mau cairan bening itu mengalir lagi.

Kali ini, dia tak bisa menghentikannya.

Alena terisak di tempat. Dadanya terasa sesak sekali. Ia menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana.

Menangis dengan keras.

"Ketemu."

Tangis Alena menyurut. Ia mengangkat kepalanya pelan, melihat ada sepasang sepatu converse di depannya. Ia menengadah, mendapati Shankara ada di depannya dengan penampilan yang cukup kacau.

Mata Alena mendadak panas. Ia kembali sesenggukan. Sepertinya kedatangan cowok itu membuatnya semakin sesak. Padahal, Shankara tak pernah melihatnya menangis.

Shankara berlutut di depan Alena, ingin mendaratkan tangannya di puncak kepala cewek itu tapi ia mengurungkan niatnya.

"Alena..." Shankara berbisik, "You're my strong girl. Please, don't cry."

Yang ada, isak tangis cewek itu makin terdengar. Shankara merasa sakit mendengarnya.

"Aku tau kamu merasa kehilangan banget," Shankara melanjutkan, "Tapi, kamu gak bisa nangis selama 5 jam tanpa henti."

Alena membersit ingus, dia mendongak, "Kamu gak tau apa-apa."

Shankara tersenyum miris, ia menyentuh lantai yang dingin itu dengan sendu, "Iya. Aku memang gak tau apapun tentang kamu."

"Raksal bakal bawa aku ke Bali."

Shankara mengerjap.

"Aku gak mau, aku gak bakalan mau," suaranya menyayat hati Shankara, "Aku gak mau ninggalin rumah ini untuk selamanya. Aku gak bisa..." Isakan itu kembali keluar.

Sorot mata Shankara berubah serius, "Kalo gitu ayo."

Tangis Alena terhenti, "Ayo kemana?"

"Kamu mau kabur kan?" tanya Shankara sembari melirik tas bawaan Alena, "Kalo gitu, ayo kabur sama aku."

ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang