38. Perasaan Sebenarnya

198 39 11
                                    

Hai, guys. Aku update lagi^^

Part ini juga panjang loh(^~^)

Oh iya, jangan lupa vote, komen dan kalo bisa, kalian share juga ke temen-temen kalian ya:))

*Di bagian ini, yang dicetak miring termasuk dalam flashback

•Selamat membaca•

.
.
______

"Halsa."

Keenan memanggil namanya. Dalam hati, Halsa sudah berdebar tak karuan. Masalahnya bukan karena gugup atau salah tingkah, melainkan karena dia ingat, pertemuan terakhirnya dengan Keenan sangat tidak mengenakkan.

Keenan memandangnya sejenak sebelum memasang senyum manis, "Lo barusan dateng ya?"

"Udah lama," Raksal yang menyahut. Halsa disebelahnya sedikit terkejut.

Keenan bertanya lagi, "Oh, berarti sekarang udah mau pulang?"

Baru saja Halsa ingin membuka mulutnya, Raksal duluan menyambar, "Iya dong. Lo liat sendiri dia udah pake helm 'kan? Masa mau ke ruang ICU pake helm?"

Halsa menepuk lengan Raksal geram.

"Dia siapa?" tanya Keenan tiba-tiba sembari menunjuk Raksal.

Halsa termenung sejenak. Pikirannya mulai meliar. Keenan tidak tahu kalau Raksal itu kakak Alena kan? Iya. Pasti tidak tahu karena Shankara saja yang menjadi pacar Alena dulu juga tidak tahu.

Jadi tidak apa-apakan kalau dia...

"Dia pacar gue."

Keenan melotot. Raksal juga menoleh kaget. Halsa melontarkan kalimat itu seringan kapas, tidak menyadari kalau ucapannya membuat dua orang di dekatnya itu gregetan. Yang satu karena kaget, yang satu karena ingin menampol.

"Lo...," Keenan speechless.

"Iya!" Halsa memasang senyum manis, tangannya bergerak untuk menggandeng lengan Raksal. Cowok yang sedang duduk di atas motor itu malah mendadak jadi patung.

"Gue gak tau kalo lo punya pacar," ungkap Keenan pelan, ekspresinya tertangkap sendu, namun sedetik kemudian ia mengangkat kepala dan menyengir, "Selamat ya."

Udah, itu aja? Halsa mengerjap. Seriusan? Padahal, Halsa bersandiwara seperti ini karena ingin melihat reaksi Keenan. Tapi sahabatnya itu tidak terlihat cemburu, malah mengatakan selamat sekaligus. Sangat tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Keenan lalu berjalan masuk ke rumah sakit. Halsa bahkan masih terdiam di tempat jikalau Raksal tidak mendadak menyentil keningnya.

"Aduh!"

"Mulut lo pinter banget."

Halsa mengelus keningnya yang perih, "Sori, Kak. Aku cuma bercanda."

"Candaan lo gak lucu," Raksal membenarkan letak spionnya, "Jadi, itu yang namanya Keenan?"

Halsa mengangguk.

"Kasian." Raksal mengejek, "Keliatannya, dia sama sekali gak cemburu."

"Terserah lah."

Halsa segera naik ke jok motor. Mengabaikan Raksal yang masih menertawainya.

"Udah nyerah nih?"

"Udah, ayo pulang aja, Kak." Halsa sudah tidak semangat lagi. Keenan benar-benar membuat mood-nya rusak. Jika terus begini, Halsa tahu, pada akhirnya, mereka tetap bertahan sebagai teman saja.

ꜱʜᴀɴᴋᴀʀᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang