bab 50. (Pertemuan terakhir) [End]

899 86 32
                                    

Cinta seperti perang. Mudah untuk dimulai, tetapi sangat sulit untuk dihentikan.

________

Seorang gadis berambut pendek dan bermanik mata hitam, tengah asyik menatap layar komputer, nyaris selama 5 jam lamanya sejak pukul 4 pagi dan tidak terlihat lelah sedikit pun. Sementara, jari-jarinya dengan lincah menekan tuts keyboard. Sesekali bibir tipisnya mengulas senyuman penuh kepuasan, saat berhasil menulis kabar berita terbaru yang sedang hangat diperbincangkan.

Gadis ber-nametag Anita Iva Jovanka yang kini berprofesi sebagai Jurnalis, sudah hampir 2 tahun ia menjabat pekerjaan itu. Ia sangat menyukai pekerjaannya, menurutnya profesi ini keren. Anita merasa sangat disiplin ketika melakukan tugas jurnalistik. Ketika menjumpai narasumber misalnya, gadis itu tidak akan pernah telat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan berita.

Anita juga tidak punya waktu istirahat yang pasti, dan bisa mandi dimana saja. Ketika peristiwa terjadi di suatu tempat, ia akan tetap tiba dengan melewati berbagai halangan dan rintangan. Mengimprovisasi pertanyaan atas isu yang sedang berkembang. Dengan konsep pertanyaan yang belum matang, Anita berani mengabarkan apapun yang bisa ia kabarkan.

Pekerjaan seperti ini juga, Anita kerap menjadi sasaran teror dari orang-orang yang tidak senang atas suatu pemberitaan. Para pencela itu biasanya memang tidak paham dengan delik pers yang bisa diselesaikan melalui mekanisme hak jawab dan hak koreksi dari media terkait. Beruntung ia mampu melawan para pencela itu dengan fakta yang beredar. Mereka hanya bisa menggunakan otot-otot mereka, dan cara berpikir mereka begitu rendah.

Ia meregangkan tubuhnya setelah akhirnya berita yang ia tulis sudah terkirim ke seluruh media dan internet.

"Uh, pukul 9." Anita beranjak dari kursi kerjanya dan menyambar tas kecilnya.

"Hey, kau mau kemana?" Tanya seorang gadis berambut ikal.

"Aku mau melihat persidangan yang dipimpin temanku." Ucap Anita dengan senyum simpulnya.

"Ohhh, Hakim muda itu. Oke, semoga persidangannya lancar."

Anita mengangguk. "Iya... Terima kasih, Carla." Setelah mengatakan itu, ia bergegas pergi dengan kendaraan mobil miliknya menuju ke Pengadilan.

_________

"Syukurlah belum dimulai." Anita duduk di kursi penonton yang masih kosong. Semua tampak sudah siap dari jaksa, pengacara, dan terdakwa kecuali, Hakim. Orang itu belum menampakkan dirinya.

Sebenarnya dimulai jam berapa? Kenapa Leo belum muncul juga?

Tak lama Hakim itu datang dan duduk di kursi tertinggi dan paling depan. Sudut bibirnya tertarik melihat temannya menjadi peran paling tinggi di persidangan, dia juga tampak begitu tampan saat memakai Toga berwarna hitam dan ungu gelap. Leo terlihat sangat berwibawa dan tegas.

 Leo terlihat sangat berwibawa dan tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang