bab 15. (Anita vs Reva)

770 125 5
                                    

My silence and smile is just another word for my pain.

__________

Aku saranin kalian bacanya sambil dengerin lagu itu.

Pagi hari yang cerah memperlihatkan gadis cantik yang masih terlelap dalam tidurnya. Sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya dan melewati kelopak matanya.

"Argghh!" Tubuhnya menggeliat dan menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya, kepalanya juga terasa pening. Karena, semalaman ia tidak bisa tidur dan memilih bermain games konsolnya sampai pukul 02.00 dini hari. Beruntung hari ini ia kuliah malam, jadi Anita bisa menghabiskan pagi harinya dengan Kasur tercinta.

Alasan dia bermain games hanya untuk berusaha melupakan kejadian tadi malam. Kejadian dimana bibirnya sudah tidak perawan lagi, kejadian dimana Arka berhasil mengambil ciuman pertamanya.

Tapi percuma, kejadian itu sangat menempel di otaknya. Dalam hati ia sering bergumam 'jadi seperti ini rasanya'. Walau ini menjadi pengalaman pertamanya, secara naluriah Anita juga ikut terhanyut dan membalas pangutannya. Efek setelahnya juga membuat hormon bahagianya meluap-luap. Dan sepertinya ia tidak akan sanggup untuk bertemu dengan Arka.

Anita mengerjapkan matanya saat ada telpon masuk di ponselnya, tangannya meraba-raba mencari sumber suara tersebut. Ponsel sudah berada di tangannya dan langsung mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera.

Anita meng-loudspeaker dan bicara dengan mata yang terpejam. "Hallo." suaranya juga sangat pelan dan agak serak.

'Anita, kau tidak kuliah?' ucap seseorang dari sebrang sana.

Anita langsung membelalakkan matanya. Arka meneleponnya, darahnya kembali berdesir. Ia masih malu untuk bicara pada laki-laki itu. Anita bangun dari posisi tidurnya dan bersandar di kepala ranjang.

"Aku kuliah malam."

"Oh, padahal aku sudah di depan rumahmu."

Whatt!

"Maaf."

"Iya, selamat istirahat."

Anita tersenyum. "Iya, aku tutup ya teleponnya?"

"Hmm.."

Anita langsung menutup teleponnya dan ia berlari keluar untuk melihat Arka dari jendela. Ia menyingkap gordennya sedikit, terlihat Arka yang sedang berjalan menuju mobilnya. Tiba-tiba Arka menoleh ke belakang dan mata mereka bertemu.

Laki-laki itu melempar senyum dan melambaikan tangannya, setelah itu masuk ke dalam mobil. Anita hanya tersenyum kaku dan menutup gorden kembali.

Anita menghembuskan napasnya berkali-kali mencoba untuk menetralkan kembali detak jantungnya. Anita berpikir akan sangat susah untuk bersikap biasa-biasa saja saat bersama Arka. Padahal dulu Anita agak risih, karena Arka terus menganggunya. Tapi sekarang? Rasa bahagia terus menghampirinya saat Anita berada di dekatnya, bahkan saat sedang jauh sekalipun otaknya selalu memikirkan orang itu.

Dengan senyum yang terus mengembang, Anita berjalan menuju kamarnya dan melompat ke kasur. Tangannya meremas kain seprai dan wajahnya juga ia tutupi dengan bantal untuk menyalurkan perasaan bahagianya saat ini.

_________

Tidak ada bakat yang Anita punya selain belajar dengan tekun. Dari semester awal hingga semester 4 Anita selalu memiliki nilai ip yang sempurna. Mendapatkan pujian dari para dosen sudah biasa menurutnya, bahkan Anita pernah ditawari untuk menjadi Asisten Dosen di Universitasnya dan sudah pasti Anita enggan menerima tawarannya. Ia terlalu malas.

𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang