Saat mencari senyummu aku mendapat kebahagiaan.
__________
"Hallo,, Arka, kau dimana?"
"Maaf, Anita. Tadi ponselku ada di kamar. Kenapa meneleponku? Aku di rumah."
Hatinya meringis, sepertinya Arka lupa jika malam ini mereka harus pergi kencan. Anita sangat benci dengan penyakit sialan itu.
"Tidak, aku hanya merindukanmu. Kau sedang apa?" Ucapnya seolah-olah jika malam ini tidak ada janji apapun.
"Sebenarnya aku sedang menunggu Ibuku pulang," Terdengar suara helaan dari sebrang sana.
"Padahal udara sedang sangat dingin, tapi kenapa Ibuku malah berkeliaran. Eh iya, Anita. Ibuku memiliki nama yang sama denganmu."
Lagi-lagi Arka bersikap seperti ini, air matanya mengalir sekarang. Setiap membicarakan Ibunya, ia selalu berkata jika mereka memiliki nama yang sama. Arka terus mengucapkan kata itu berulang kali, hatinya benar-benar hancur mengingat kondisi laki-laki itu yang kian memburuk.
"benarkah? Aku tidak menyangka jika aku dan Ibumu memiliki nama yang sama." Ia berusaha untuk terdengar biasa saja olehnya, dan bicara seolah ia juga baru mengetahui kesamaan nama mereka.
Terdengar suara tawaan kecil dari sebrang telepon.
"Arka, aku tutup teleponnya ya,"
"Iya."
Setelah itu Anita memutus sambungannya, ia melempar ponselnya ke sembarang arah. Ia masih terus terisak, dan menjambak rambutnya sendiri.
Gadis itu beranjak dari duduknya dan berniat untuk pergi ke Rumah Arka dengan taksi, rasanya ia sangat ingin memeluk Arka saat ini.
Saat di perjalanan Anita terus meminta supir taksi untuk mempercepat lajunya. Dan karena itu Anita tiba di rumah Arka dalam 10 menit. Namun, dari dalam mobil, Anita malah melihat Arka yang berdiri di depan gerbang. Dengan segera ia membayar tarif dan turun dari mobil.
Anita kembali terisak saat melihat Arka yang menunggu Ibunya di luar.
"Anita? Apa yang kau lakukan malam-malam begini ke rumahku?" Arka dibuat bingung oleh Anita. "Dan kenapa kau menangis? Ada yang melukaimu?" Jarinya terus mengusap air mata Anita yang tidak berhenti mengalir.
"Kau sedang apa Arka di luar?" Tanya Anita dengan bibir yang bergetar.
"Aku kan sedang menunggu Ibuku. Anita, berhentilah menangis, bilang padaku siapa yang mengganggumu, hmm??" Arka benar-benar khawatir dengan pacarnya itu.
Bukannya menjawab, Anita malah menghempaskan dirinya ke pelukan Arka. Ia memeluknya erat dan tangisnya memecah keheningan malam. Anita merasa dadanya semakin sesak, derai air mata mengalir dengan derasnya membasahi garis pipi, hatinya tentu sangat sakit karena keadaan Arka yang seperti ini.
Arka sendiri masih tidak mengerti, ia mengusap punggung Anita dengan lembut. "Katakan padaku, apa yang membuatmu seperti ini."
Anita melepas pelukannya. "Bagaimana kau menahannya?" Ia mengepal dan memukul dada Arka pelan. "Sekarang aku tahu apa yang kau rasakan, tapi aku tak bisa membantumu."
"Anita?"
"Kenapa kau menyembunyikan ini dariku? Berhentilah bersikap baik-baik saja."
Arka diam mencoba mencerna ucapannya.
"Apa kau masih tidak mengerti? Berbagi denganku rasa sakitmu, berbagi, Arka!! Kenapa kau selalu memendamnya sendiri?!!!"
Seketika laki-laki itu tersadar atas apa yang telah ia lakukan malam ini. Saat di perjalanan menuju rumah Anita, tiba-tiba dirinya malah mengingat Ibunya. Ia pergi ke Restoran berniat untuk menjemput Ibunya, namun pekerja disana mengatakan jika Pianist yang masuk shift pagi sudah pulang. Dan akhirnya Arka kembali ke rumah dan berdiri di depan menunggu Ibunya pulang hingga 2 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓
Roman d'amour𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 21+ •Scene at a Glance• 𝙎𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙂 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧 𝘽𝙖𝙘𝙝. Kemampuan jari-jarinya terhadap tuts Piano itulah yang paling Anita suka. Tapi, Ketertarik...