Nyatanya, jatuh cinta itu indah hanya untuk mereka yang saling mencintai.
_________
Entah kenapa perasaan Anita tidak nyaman malam ini. Setelah Arka mengantarnya pulang, firasat Anita selalu buruk. Padahal seharusnya ia senang, karena mereka akhirnya bisa kembali bersama. Tapi, karena kabar buruk tentang Ayah Arka, ia jadi tidak tenang. Sedari tadi Anita terus berguling kesana-kemari di atas kasur.
"Kenapa, Anita? Kau seperti sedang gelisah." Tanya Reifan masih bermain games.
"Kak, perasaanku tidak enak."
"Maksudnya bagaimana?"
"Firasatku buruk tentang Arka."
"Arka pacarmu barusan?"
"Iya, tadi ada kabar buruk tentang Ayahnya, makanya dia langsung cepat-cepat pergi. Aku sudah menelepon Arka dari tadi, tapi sepertinya nomorku di blokir."
Reifan mengernyit. "Ha? Kenapa nomormu di blokir?"
"Ah kak, itu sekarang tidak penting. Sekarang coba aku pinjam ponselmu."
"Di meja."
Anita langsung mengambil ponsel kakaknya di atas meja nakas, dan segera menyalin nomor Arka ke ponsel Reifan setelah itu ia langsung meneleponnya.
Anita bernapas lega saat akhirnya telepon terangkat.
'Hallo, selamat malam.'
Anita agak terkejut, karena suara dari sebrang sana adalah suara perempuan.
"Bisa bicara dengan Arka?"
'Ah sebelumnya saya mau memberikan informasi, jika pemilik ponsel ini sedang tak sadarkan diri di Rumah sakit ***. Dia baru saja dibawa dari tempat tinggalnya, bersamaan dengan Ayah dari pemilik ponsel ini yang meninggal disebabkan bunuh diri.'
Anita menelan ludahnya, mendengar informasi tersebut membuatnya diam dan membeku. Dadanya juga naik turun, cobaan apa lagi yang menimpa kekasihnya itu? Arka pasti sangat terpukul karena harus kehilangan kedua orangtuanya.
Anita memutus sambungannya dan menangis setelah itu. Reifan yang sebelumnya sedang asyik bermain games, langsung menghampiri Anita.
"Kenapa, hmm? Ada sesuatu terjadi?"
"Ayah Arka bunuh diri." Cukup sulit untuk dirinya berbicara disela tangisnya. "-Dan sekarang Arka pingsan, dia pasti sangat syok."
Reifan sama terkejutnya dengan Anita, ia memeluk adiknya itu dan mengelus punggungnya. "Mau ke Rumah sakit sekarang?" Tanya Reifan yang dibalas anggukan oleh Anita.
________
"Arka, bangunlah." Setelah tiba di Rumah sakit, Anita dan Reifan segera ke kamar tempat dimana Arka dibaringkan. Tangannya tidak berhenti mengelus rambut Arka, air matanya masih setia mengalir. Anita sendiri tidak bisa membayangkan jika ia yang harus kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu dekat seperti ini.
Reifan juga berusaha menenangkannya dan tidak hentinya mengusap-usap punggung Anita. Reifan juga merasa iba pada Arka, pasti berat baginya untuk ditinggal pergi oleh orang tua selama-lamanya.
Anita duduk di kursi samping ranjangnya dan menangis dengan kepala yang ia telungkupkan di tepi kasur.
Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan Sara yang berlinang air mata. Sebelumnya ia yang mengurus jenazah Gerald untuk pemakaman besok dan melakukan transaksi. Sara juga terkejut saat melihat Arka tergeletak di kamar Ayahnya barusan. Ia berjalan mendekati ranjang dan mengelus rambut Arka, pasti akan sulit bagi Arka menerima semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝑰𝒔 𝑨 𝑷𝒊𝒂𝒏𝒊𝒔𝒕 | 𝘃𝘀𝗼𝗼 [End]✓
Romance𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 21+ •Scene at a Glance• 𝙎𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙪𝙡𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙂 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧 𝘽𝙖𝙘𝙝. Kemampuan jari-jarinya terhadap tuts Piano itulah yang paling Anita suka. Tapi, Ketertarik...